Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kontroversi Greenflation dengan Contoh Demo Rompi Kuning yang Masih Berlanjut
23 Januari 2024 17:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah panggung perdebatan antara dua calon wakil presiden, dan satu kata yang menciptakan riuh rendah, yakni: greenflation.
ADVERTISEMENT
Pada debat Cawapres Kedua tanggal 21 Januari, Cawapres Nomor Urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menghadirkan pandangannya mengenai greenflation, sebuah istilah baru yang menyentuh ranah inflasi hijau di tengah pergeseran ke energi bersih dan teknologi hijau yang ramah lingkungan.
Gibran tidak ragu memberikan contoh yang menggemparkan: Demo Rompi Kuning di Prancis. Namun, apakah kisah ini benar-benar terkait dengan greenflation ataukah ada yang lebih kompleks di balik layar?
Sebelum menyelami kontroversi, mari kita melacak jejak ke green economy. Ini bukan sekadar konsep, melainkan sebuah sistem ekonomi yang berfokus pada keberlanjutan dan efisiensi sumber daya. Green economy menjanjikan pertumbuhan yang seimbang dengan pelestarian lingkungan.
Namun, apa sebenarnya greenflation? Kata ini mencerminkan inflasi hijau yang muncul seiring perubahan menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Namun, sebutan ini punya saingan: greedflation. Greedflation melibatkan kenaikan harga yang lebih terdorong oleh ketamakan dan keinginan keuntungan tanpa memperhatikan keberlanjutan.
ADVERTISEMENT
Gibran menghubungkan greenflation dengan Demo Rompi Kuning, sebuah protes di Prancis terhadap kenaikan harga bahan bakar. Namun, tanggapannya menciptakan kontroversi, dituduh tidak tepat dan kurang relevan. Demo Rompi Kuning sebenarnya terkait dengan kebijakan lingkungan Prancis, bukan greenflation.
Menyelidiki lebih dalam, kita menemukan bahwa Demo Rompi Kuning sebenarnya lebih terkait dengan greedflation. Greedflation, istilah untuk kenaikan harga yang didorong oleh ketamakan untuk keuntungan, muncul dalam konteks kebijakan kenaikan pajak bahan bakar di Prancis.
Pemerintah Prancis menaikkan pajak bahan bakar untuk menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi hal ini malah memicu protes karena dampak pada biaya hidup masyarakat.
Kisah Ekonomi Hijau dari Masyarakat Madura
Dalam debat tersebut, Mahfud MD memberikan kontrast yang menarik. Ia membawa kita ke kisah ekonomi hijau dari masyarakat Madura. Masyarakat Madura menjadi pelopor ekonomi hijau dengan mengumpulkan dan mengolah sampah plastik, menciptakan siklus ekonomi sirkuler yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Mahfud MD menanggapi greenflation dengan menyoroti bahwa mengatur kebijakan-kebijakan yang bijaksana dapat menjadi kunci mengatasi inflasi hijau. Menyelipkan ukuran emisi dalam penilaian kemajuan ekonomi menjadi langkah penting untuk memahami dampak lingkungan.
Kontroversi ini memberikan pelajaran berharga. Konteks dan contoh yang tepat sangat penting dalam mendiskusikan konsep-konsep kompleks seperti greenflation. Pemahaman yang keliru dapat menyulitkan pemahaman dan memberikan dampak yang merugikan pada pandangan masyarakat.
Menyadarkan Diri dalam Memilih Pemimpin: Membaca di Antara Baris Greenflation dan Greedflation
Dalam gelombang perdebatan dan kontroversi, kita dihadapkan pada pertanyaan penting: bagaimana kita memilih pemimpin yang akan membimbing bangsa ini ke masa depan yang lebih baik? Setelah menyimak perdebatan Cawapres dan melibatkan diri dalam diskusi tentang greenflation, greedflation, dan kisah ekonomi hijau, kita harus memberikan perhatian lebih pada esensi di balik kata-kata yang terucap.
ADVERTISEMENT
Di tengah percakapan tentang ekonomi hijau dan perubahan kebijakan, Demo Rompi Kuning di Prancis memberikan cerminan kebijakan yang memiliki dampak riil pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya terpaku pada istilah-istilah canggih, tetapi juga melihat bagaimana kebijakan tersebut memengaruhi rakyat.
Pentingnya melihat lebih dalam dari kata-kata dan menggali konteks menjadi kunci dalam memahami setiap pandangan calon pemimpin. Meskipun perdebatan bisa menjadi panggung dramatis, kita sebagai pemilih harus bertanya pada diri sendiri, "Apakah calon pemimpin tersebut memahami realitas dan kebutuhan rakyat?"
Sebuah kisah dari masyarakat Madura yang menjadi pelopor ekonomi hijau memberikan kita inspirasi. Mereka tidak hanya berbicara tentang konsep-konsep tinggi, tetapi menjalankan aksi nyata yang memperbaiki lingkungan dan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam memilih pemimpin, mari lihat apakah mereka memiliki visi yang tidak hanya besar tetapi juga tindakan nyata.
ADVERTISEMENT
Pemilihan pemimpin tidak hanya tentang memilih seseorang berdasarkan kata-kata yang indah di atas panggung. Ini tentang memilih pemimpin yang akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat, yang akan menjalankan pemerintahan dengan kebijakan yang dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Maka, sebelum kita memberikan hak suara, mari introspeksi diri. Mari pilih pemimpin yang tidak hanya memahami isu-isu kompleks, tetapi juga memahami dan merangkul kebutuhan rakyat. Kita, sebagai rakyat Indonesia, memiliki peran besar dalam membentuk masa depan negeri ini.
Mari bersama-sama menciptakan perubahan positif untuk generasi mendatang.