Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Harmoni di Tengah Hingar-Bingar Kota : Manajemen Stres untuk Lansia
20 November 2023 16:43 WIB
Tulisan dari Mezaluna De Azhuri Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada umumnya dalam sebuah kehidupan, manusia tidak luput dari masalah yang menimpanya. Masalah tersebut tentu muncul dari berbagai faktor, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, ataupun faktor lainnya. Masalah yang ditimbulkan dari berbagai faktor tersebut tentu menjadi sebuah pemicu adanya stres yang ditimbulkan dan berdampak terhadap kesejahteraan. Dapat dikatakan bahwa stres merupakan suatu gangguan emosional dan fisiologis yang dapat terjadi ketika seseorang berusaha untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang sedang mengganggu atau mengancam keseharian mereka. Tidak dapat dipungkiri, stres dapat terjadi pada siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa, atau lansia sekalipun. Kelompok yang paling rentan mengalami stres ialah kalangan lansia, karena masa lansia memiliki penurunan terhadap fisik, seperti stamina yang menyebabkan rentan terjadi gangguan kesehatan. Hal tersebut, menuntut lansia untuk dapat memanajemen stres dengan baik agar tingkat stres tidak terus dipicu serta muncul dalam dirinya.
Lalu apa yang menyebabkan stress pada lansia?
ADVERTISEMENT
Faktor yang menjadi penyebab stres berasal dari internal lansia maupun eksternal (sosial, lingkungan, pekerjaan). Faktor internal atau individu, terutama dari kepribadian, memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seseorang merasakan stres. Aspek-aspek ini mencakup faktor intelektual, motivasi, dan karakteristik kepribadian. Hal lain yang menyebabkan stres timbul dalam individu adalah penilaian tentang konflik motivasi yang berlawanan saat mereka menghadapi situasi yang memicu ketegangan. Dari segi faktor individu (internal), stres pada lansia seringkali muncul sebagai akibat dari perubahan dalam kesehatan fisik dan mental mereka, termasuk penyakit yang diderita lansia, penurunan fungsi fisik, atau perasaan isolasi sosial yang muncul seiring bertambahnya usia.
Di samping itu, faktor eksternal yang dapat menyebabkan stres pada lansia umumnya berasal dari lingkungan sosial dan pekerjaan. Stres pada lansia dapat dipicu oleh berbagai situasi sosial, seperti proses adaptasi dengan perubahan lingkungan, peristiwa kehilangan orang terdekat, atau kendala fisik seperti masalah penglihatan. Lingkungan tempat tinggal yang tidak nyaman, seperti kebisingan atau pencemaran, juga berpotensi menjadi sumber stres. Di sisi pekerjaan, kesesuaian dengan kondisi fisik dan psikologis menjadi penting, terutama jika lansia memutuskan untuk bekerja. Terdapat tekanan tambahan jika mereka memiliki tanggung jawab finansial terhadap keluarga. Oleh karena itu, pemilihan pekerjaan yang sesuai menjadi kunci untuk mengurangi stres pada lansia.
ADVERTISEMENT
Apa cara yang jitu agar lansia terhindari dari stres?
Dalam menghadapi masalah sehari-hari, lansia menerapkan beberapa teknik untuk memanajemen dan mengatasi tingkat stres. Pertama, mayoritas dari lansia setuju bahwa olahraga menjadi salah satu cara untuk mengatasi stres. Dengan berolahraga, para lansia dapat mempertahankan kesehatan tubuh. Hal tersebut menjadi salah satu kunci tubuh dapat tetap berfungsi dengan baik dan membantu dalam mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, tidur yang cukup dianggap penting untuk mengisi ulang energi dan mengelola stres. Kurangnya waktu tidur diketahui dapat meningkatkan rasa cemas dan stres, sementara tidur yang cukup membantu mengurangi stres. Ketiga, melakukan hobi. Kegiatan ini merupakan cara lain untuk meminimalisir stres. Hobi dapat mengisi waktu luang dan membantu lansia dalam mengatasi rasa jenuh akibat rutinitas yang membosankan.
ADVERTISEMENT
Selain ketiga teknik tersebut, manajemen stres yang dapat dilakukan ialah dengan beribadah karena ibadah merupakan cara paling efektif untuk mengurangi stres. Orang yang taat beribadah, berdoa dan melakukan kegiatan religius lainnya menjadi bisa proses healing yang memperbaiki kondisi mental dan fisik lansia.
Peran keluarga diperlukan dalam mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia. Keluarga dapat mengurangi tingkat stres yang dialami lansia dengan membantu mengurangi beban mereka. Melihat pada praktiknya, usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk membantu lansia diantaranya: membantu dalam pengelolaan makanan, transportasi, komunikasi, kesehatan, finansial, dan spiritual. Pada dasarnya, keluarga dapat dikatakan memiliki tanggungan yang cukup berat dalam merawat lansia. Namun, terdapat nilai moral yang harus dipenuhi sebagai bentuk balas jasa kepada mereka. Dalam hal ini, lansia tidak boleh dianggap sebagai beban. Keluarga sudah sepatutnya melihat mereka sebagai anugerah, yaitu bagian dari keluarga yang harus dirawat dengan penuh hormat dan rasa syukur. Meminta nasihat dari lansia sebagai tanda penghormatan terhadap pengalaman hidup dan membantu lansia untuk melakukan hobi, menjadi contoh upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk mengurangi tingkat stres mereka.
ADVERTISEMENT
Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat lansia. Pertama, tipe kepribadian lansia. Kedua, kondisi fisik lansia. Meskipun stres berkaitan dengan kondisi psikis seseorang, kesehatan fisik juga mempengaruhi kondisi mental. Masalah kesehatan, kegiatan rutin, dan pola tidur menjadi tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam merawat lansia. Ketiga, melakukan komunikasi. Keluarga dapat meluangkan waktu untuk berbagi cerita tentang keseharian mereka atau memberikan kesempatan kepada lansia untuk berinteraksi dengan anak, cucu, dan kerabat dekat. Hal tersebut akan mengurangi rasa kesepian mereka, menjadi mood-booster, dan memanajemen tingkat stres lansia.
Stres memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan seseorang, terutama dalam hal mood, emosi, dan fisik. Stres mempengaruhi mood dan emosi sehari-hari, membuat seseorang cepat merasa letih, mengurangi motivasi, dan mengganggu produktivitas.
Dalam konteks lansia, proses penuaan alami dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, yang semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Gejala stres fisik, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan masalah pencernaan, sangat umum terjadi pada lansia. Penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut adalah hal yang normal, namun berlangsung lebih cepat pada individu dengan kesehatan fisik yang buruk. Lansia dengan penyakit degeneratif atau kondisi kesehatan kronis rentan terhadap stres. Stres pada lansia menciptakan ketidakseimbangan biologis, psikologis, sosial, dan mempengaruhi respons terhadap ancaman dan bahaya pada usia lanjut. Stres juga mempengaruhi tekanan darah dan sistem pembuluh darah, yang berkontribusi pada perkembangan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada pembuluh darah perifer pada usia lanjut, seperti aterosklerosis dan hilangnya elastisitas, juga mempengaruhi tekanan darah. Dapat disimpulkan bahwa stres akan mempercepat perkembangan penyakit degeneratif dan mempengaruhi kesehatan lansia secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Stres pada lansia dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi karakteristik kepribadian dan perubahan kesehatan fisik dan mental, sementara faktor eksternal mencakup lingkungan sosial dan pekerjaan. Penting untuk memahami faktor-faktor ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengelola stres pada lansia. Hal ini dapat membantu mereka menjalani masa tua dengan lebih sejahtera dan kualitas hidup yang lebih baik. Para lansia mengatasi stres dengan menggunakan beberapa teknik seperti dengan berolahraga, tidur yang cukup, melakukan hobi dan beribadah. Teknik-teknik tersebut, terutama beribadah, diketahui berperan efektif untuk mengurangi stres pada lansia. Stres berdampak negatif terhadap fisik dan mental lansia. Secara fisik, stres dapat menyebabkan kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, dan tekanan darah tinggi. Secara mental, stres dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, perubahan suasana hati, dan kesulitan tidur.
ADVERTISEMENT