Konten dari Pengguna

Cryptocurrency, Sebuah Hype atau Ekonomi Masa Depan?

Micky Ardyanto
Investing & Tech Enthusiast, Tertarik dengan Dunia Keuangan, Ekonomi, dan Teknologi
10 Juni 2022 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Micky Ardyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah anda pernah mendengar mengenai Cryptocurrency? Beberapa tahun belakangan ini teknologi tersebut berkembang dengan sangat pesat, banyak orang mulai mencoba membeli aset digital ini karena hype yang sangat tinggi. Namun apakah semua orang yang terjun masuk ke dunia Cryptocurrency benar-benar paham teknologi di baliknya atau hanya sekedar ikut-ikutan hype yang tinggi? Saat berita ini dimuat pasar Cryptocurrency sedang jatuh, apakah pasar Crypto akan bangkit lagi kedepannya? Sebelum kita menjawab hal tersebut sebaiknya kita memahami teknologi di baliknya yaitu Teknologi Blockchain.
Masa Depan Cryptocurrency. Sumber : www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Masa Depan Cryptocurrency. Sumber : www.pexels.com
Sederhana nya teknologi Blockchain mendesentralisasikan sebuah database ke banyak pihak sehingga tidak adanya satu pihak yang memiliki kekuatan besar untuk menguasai dan memanipulasi data. Teknologi tersebut menjawab beberapa keinginan sebagian masyarakat dunia untuk memiliki mata uang yang tidak dikendalikan oleh satu entitas (Bank Sentral negara), sehingga ekonomi bergerak secara bebas mendekati pasar persaingan sempurna. Hal ini lah yang memicu mengapa Bitcoin cryptocurrency pertama di dunia diburu oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT

Pemanfaatan Blockchain pada Cryptocurrency dan lainnya

Pemanfaatan teknologi Blockchain diluar cryptocurrency digunakan sebagai bukti kepemilikan aset digital (NFT). Ketika suatu transaksi tercatat pada blockchain maka tidak ada satupun orang yang dapat mengubah transaksi tersebut.
Contoh jika A menciptakan lagu dan menjual ke B seharga Rp.1.000.000 maka tercatat kepemilikan lagu berpindah dari A ke B, dan jika B ingin menjual ke C seharga Rp.2.000.000 maka kepemilikan lagu akan berpindah ke C. Si A sebagai seorang pencipta dapat menetapkan royalty pada lagu tersebut yang secara otomatis di blockchain tanpa bantuan orang lain (pengacara, HAKI, dll). Misal A menetapkan royalti sebesar 5% maka selain mendapatkan satu juta rupiah dari penjualan ke B, dia juga mendapat royalty fee dari hasil penjualan ke C sebesar 5% dari Rp.2.000.000, dan penjualan berikutnya selamanya.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan tersebut akan dapat mengakselerasi ekonomi digital dan mempercepat lahirnya Web 3.0. Saat ini sebenarnya sudah banyak web 3.0 yang dapat kita temukan, namun pengguna nya masih belum banyak.
Contoh pada Network Ethereum terdapat sekitar 300 ribu nodes (server blockchain), artinya terdapat 300 pihak tersebar diseluruh dunia yang menjadi server untuk mendukung transaksi pada network Ethereum, dan masing-masing pemilik nodes juga tidak dapat memanipulasi data tersebut (karena terenkripsi oleh cryptografi). Kemudian pada Network Ethereum tersebut saat ini terdapat sekitar 3 ribu Dapps (Decentralization Application) yang merupakan jumlah aplikasi (seperti facebook, youtube, dll pada Web 2.0) dengan jumlah pengguna harian sekitar 500 ribu orang. Itu baru satu network terdapat banyak network dengan nodes, dapps dan user mereka masing-masing di dunia ini.
ADVERTISEMENT

Investor dan Masa Depan Cryptocurrency

Mayoritas pembeli Cryptocurrency yang ada tidak memanfaatkan teknologi Blockchain tersebut, mereka hanya membeli koin pada Exchange dan berspekulasi bahwa koin tersebut akan naik. Padahal dunia Blockchain tersebut merupakan sebuah Web 3.0 yang merupakan masa depan Internet itu sendiri. Dapps pada dunia Blockchain itu sendiri pun tidak semuanya baik, mayoritas justru buruk (scam dan hype).
Kondisi seperti ini pernah terjadi pada saat awal Web 2.0 muncul. Pada zaman itu Internet booming sehingga Investor berbondong-bondong membeli semua saham yang terkait dengan internet, hal tersebut memicu kenaikan luar biasa sehingga menimbulkan Bubble yang disebut dot com Bubble (dimana ekspektasi terlalu besar untuk suatu teknologi yang baru muncul sehingga orang membayar sangat mahal atas suatu produk yang masih belum matang). Pada saat itu akhirnya bubble dot com pecah dan pasar saham hancur. Namun tidak semua perusahaan internet yang lahir pada masa dot com bubble hancur, beberapa selamat dan bahkan saat ini menjadi perusahaan raksasa (Amazon, eBay, dan lainnya).
ADVERTISEMENT
Web 3.0 dengan blockchain nya pada saat ini sama persis dengan kondisi dot com bubble pada masa Web 2.0, perlu waktu agar teknologi blockchain tersebut matang untuk melihat potensial penuhnya, namun melihat potensi dan manfaat penerapan teknologi tersebut dapat kita simpulkan bahwa cryptocurrency merupakan Ekonomi masa Depan.