Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
A Luta Continua: Playlist untuk Suarakan Keresahanmu
24 September 2019 18:00 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:12 WIB
ADVERTISEMENT
Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Beberapa waktu belakangan, banyak kejadian tidak mengenakkan terjadi. Mulai dari isu rasialisme Papua, kebakaran hutan di beberapa titik daerah di Indonesia, revisi UU KPK yang dinilai mematikan kinerja lembaga antirasuah, RKUHP yang diprotes, hingga RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang belum juga disahkan.
Atas hal ini, sejumlah massa yang didominasi mahasiswa turun ke jalan. Aksi demonstrasi juga tersebar di beberapa kota di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Enggak cuma melangsungkan protes langsung, di media sosial tagar #HidupMahasiswa dan #MosiTidakPercaya pun ramai sebagai bentuk dukungan aksi massa.
Di tengah kalutnya situasi seperti ini, rasanya semua orang berhak mengemukakan apa yang mengganggu dan menjadi kegelisahan mereka. Untuk itu, berikut kumparan rekomendasikan playlist yang pas buat mengutarakan keresahan kamu sama kondisi akhir-akhir ini.
John Squire dan Ian Brown terinspirasi oleh gerakan protes yang dilakukan para mahasiswa di Prancis pada 1968. Dikutip dari Q Magazine, Squire bercerita bahwa Brown pernah bertemu seorang cowok Prancis yang ikut terlibat dalam gerakan tersebut.
Cowok itu memberi tahu Ian bagaimana ia menggunakan lemon sebagai penangkal gas air mata.
ADVERTISEMENT
"Bayangkan seorang pengunjuk rasa menyanyikan lagu ini di wajah seorang polisi selama kerusuhan Paris. Lalu, kamu akan tahu ini semua tentang apa," kata Brown.
Dalam lagu ini, Morgue Vanguard mengkritisi soal banyak hal. Mulai dari konflik agraria, isu politik identitas yang memuakkan, hingga fasisme. Semua dikemas dalam lirik yang menghujam bagai peluru.
ADVERTISEMENT
Awalnya, lagu ini lekat dengan anak muda anti kemapanan atau yang dikenal sebagai hippie dan konflik gap generation antara orang tua-anak. Kemudian, lagu ini juga banyak dikaitkan pada gerakan hak sipil di Amerika Serikat.
"Saya ingin menulis lagu besar, semacam lagu tema, dengan syair pendek dan ringkas yang saling menumpuk dengan cara menghipnotis. Ini jelas sebuah lagu dengan tujuan. Saya tahu persis apa yang ingin saya katakan dan pada siapa saya ingin mengatakannya," ujar Dylan dalam salah satu buku biografinya.
Rage Against the Machine termasuk band yang terkenal vokal menyuarakan pandangan politiknya. Mereka menggunakan musik sebagai medium untuk menyuarakan keresahannya. Tema dan lirik mereka pun sering mengkritik kebijakan dalam dan luar negeri pemerintah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Genius, De la Rocha, sang vokalis, mengungkap bahwa "Take The Power Back" berfungsi sebagai pesan untuk memberdayakan individu untuk merebut kembali kekuasaan dari pemerintah sehingga dapat dikembalikan kepada rakyat.