Biar Mahal Asal Gaya

23 November 2018 15:23 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lipsus Hypebeast, Gaya Mahal Remaja Kota (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lipsus Hypebeast, Gaya Mahal Remaja Kota (Foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
Hasrat yang dijebak zaman Kita belanja terus sampai mati Awal dari sebuah kepuasan Kadang menghadirkan kebanggaan Raih keangkuhan - Efek Rumah Kaca-
ADVERTISEMENT
….
Mengantre berjam-jam, menabung bertahun-tahun, mencari penghasilan tambahan sebagai sopir ojek online, terbang ke Amerika Serikat, Hong Kong, atau negara lain, lalu menghabiskan uang hingga puluhan dan ratusan juta rupiah. Semua itu tak mengapa demi sepasang sepatu Air Jordan, Yeezy, atau lainnya.
Koleksi North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Berbagai alasan begitu banyak disampaikan, serupa tapi tak sama. Harta dan waktu dikorbankan untuk barang mahal yang identik dengan gaya hypebeast.
Misalnya saja, bagi Vellen Roeslan, menggunakan barang-barang bermerek memberinya kebanggaan tersendiri.
"Everytime lu jalan tuh, (ada yang bilang) 'Sepatu lu keren ya'. Itu pasti ada kepuasan tersendiri. Bullshit manusia nggak suka dipuji," ujar pemuda 28 tahun itu ketika berbincang dengan kumparan di rumahnya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Kamis (15/11).
Sneakers, salah satu koleksi Vellen Roeslan dari North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sneakers, salah satu koleksi Vellen Roeslan dari North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Lagi pula, Vellen merasa mampu mengeluarkan jutaan rupiah demi membeli sepatu atau pakaian yang ia inginkan.
ADVERTISEMENT
"Gue pakai barang mahal, karena gue mampu. Bukan harus. That's the difference. Jadi kalau orang tanya, 'Kenapa mesti beli brand-brand seperti itu?' Karena gue mampu, Bos. Dan gue suka," katanya.
Sneakers, salah satu koleksi Vellen Roeslan, Ketua North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sneakers, salah satu koleksi Vellen Roeslan, Ketua North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Jadi, buat Vellen, apa salahnya membeli dua-tiga sneakers tiap bulan, toh uangnya ada.
Belum lagi rasa bangga yang menyelimuti karena bisa menggunakan barang-barang yang tidak dimiliki oleh semua orang.
Koleksi North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Di kemudian hari, ketika menemukan orang lain menggunakan pakaian dengan merek dan seri yang sama seperti yang ia miliki, Vellen memilih untuk menjual barang tersebut.
"Gue pernah pakai BAPE. Gue lagi nongkrong di PIK saat itu. Semua anak muda pake itu. Terus gue pake kayak merasa, 'Udah nggak ada keren-kerennya lagi,'" ujar Vellen.
Vellen Roes, North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Vellen Roes, North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Vellen ialah salah satu pionir penebar candu hypebeast di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Vellen Roeslan, Ketua North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Vellen Roeslan, Ketua North Sneaker Squad. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Rekan Vellen, Jeffry Jouw alias Je Jouw yang membangun komunitas Urban Sneaker Society, menilai kultur fesyen jalanan (streetwear) yang lalu menjadi barang mewah ini dibawa oleh arus industri musik hip hop dan media sosial, terutama Instagram.
"Padahal streetwear itu asal mulanya tuh murah loh, malah baju jalanan kan istilahnya. Cuma gara-gara social media ini, there's bad things and good things. The bad things-nya apapun yang hype, harga langsung naik," tuturnya menanggapi fenomena hypebeast yang mengglobal.
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
zoom-in-whitePerbesar
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
Terlebih, merek-merek yang identik dengan hypebeast memanfaatkan strategi marketing yang membuat pakaian, sepatu, dan produk-produk mereka seolah istimewa.
Barang-barang yang diluncurkan terbatas (limited edition), musiman (seasonal), atau hasil kolaborasi para desainer hypebeast yang lantas menjadikannya bernilai lebih tinggi dibanding produk-produk reguler pada merek tersebut.
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
zoom-in-whitePerbesar
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
"Orang itu punya mentalitas di mana 'Gue nggak mau sama (kayak orang lain),'" ujar Je Jouw.
ADVERTISEMENT
Maka bagi mereka yang tergila-gila pada produk tertentu (holy grail), wajar jika harga sepasang sepatu Jordan 1 Retro High Off-White Chicago dibeli hingga Rp 40 juta.
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
zoom-in-whitePerbesar
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
Je Jouw yang bapak satu anak itu kini lebih mementingkan kenyamanan dibanding merek. Baginya, untuk tampil keren dan berbeda, tidak harus menggunakan barang-barang dari merek mewah tertentu.
"Menurut gue, sometimes lebih baik lu pake baju yang bikin lu kelihatan keren, dibanding lu mau kelihatan kaya," ucapnya.
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
zoom-in-whitePerbesar
Gaya hypebeast Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
Tren busana di era media sosial kini memang seolah menentukan kelas sosial seseorang dalam kehidupan.
Pertanyaannya kemudian: apakah itu penting buat hidupmu?
Your life, your choice.
Koleksi sneakers Nike Air Jordan X Fragment milik Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi sneakers Nike Air Jordan X Fragment milik Jeffry Jouw. (Foto: Instagram/@jejouw)
------------------------
Simak selengkapnya di Liputan Khusus kumparan, Hypebeast: Gaya Mahal Remaja Kota.
ADVERTISEMENT