Hal-hal yang Harus Diketahui tentang Quiet Quitting dan Cara Mengatasinya

21 Oktober 2022 11:48 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi karyawan kecapekan kerja. Foto: CrizzyStudio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi karyawan kecapekan kerja. Foto: CrizzyStudio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Belakangan ini muncul istilah yang menjadi tren di kalangan para pekerja yaitu quiet quitting. Istilah ini merujuk untuk pekerja yang melakukan pekerjaan sesuai porsinya dan enggak berlebihan.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan dengan tujuan para pekerja mendapatkan keseimbangan hidup antara pekerjaan dan juga kehidupan pribadi. Saat bekerja, kamu mungkin akan mengalami pasang surut emosi dan performa dalam bekerja. Hal ini biasanya disebabkan karena banyak hal, salah satunya adalah kelelahan.
Mengutip dari Usnews, saat seseorang melakukan quiet quitting itu bukan berarti mereka benar-benar mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tapi, mereka hanya fokus dalam mengerjakan pekerjaan utama dan menolak jika diberi tanggung jawab di luar pekerjaannya.
Kamu juga dapat menganggap quiet quitting ini sebagai gerakan minimal untuk dapat mempertahankan pekerjaan, tetap tenang dalam menjalani pekerjaan daripada mencoba untuk unggul tapi melakukan secara berlebihan.
Fenomena ini sendiri dapat membahayakan perusahaan sebab jika sebagian pekerja terus-menerus melakukan quiet quitting, maka dapat berujung ke keputusan resign. Nantinya, karyawan yang resign ini akan memberikan beban kerja lebih ke rekan kerja lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada tanda-tanda yang dapat dilihat dari karyawan yang melakukan quiet quitting, di antaranya menolak tugas di luar pekerjaan, enggak membalas email atau pesan di luar pekerjaan, pulang kerja tepat waktu, investasi emosionalnya kurang, enggak ada lagi pencapaian yang berlebihan, dan juga berkurangnya minat untuk melampaui promosi di perusahaan.
Lantas bagaimana cara menghindari quiet quitting?
Meskipun ini menjadi tren di kalangan para pekerja, tapi bergabung dengan barisan orang yang mudah menyerah mungkin enggak cocok untuk semua orang. Jika kamu sangat membutuhkan pekerjaanmu, maka sebaiknya hindari hal tersebut.
Di bawah ini, ada beberapa strategi yang dapat membantumu menghindari quiet quitting, di antaranya:

Komunikasikan dengan Atasan

Ilustrasi Pemberdayaan Perempuan di Tempat Kerja Foto: Shutterstock
Jika kamu merasa lelah dengan pekerjaanmu, bicarakan dengan atasanmu. Jelaskan mengapa beban kerjamu saat ini terlalu banyak. Kamu juga bisa memberikan solusi tentang bagaimana hal tersebut dapat diperbaiki.
ADVERTISEMENT

Beri Diri Sendiri Kesempatan untuk Recharge

Ilustrasi seorang pekerja wanita dengan kerjaan yang melebihi kapasitas. Foto: TORWAISTUDIO/Shutterstock
Pastikan untuk menggunakan waktu cuti atau masa istirahatmu. Di banyak perusahaan, waktu istirahat ini enggak diperpanjang. Dengan enggak meluangkan waktu utnuk beristirahat akan membuatmu merasa bekerja sangat keras.

Beri Waktu Sebentar dari Komputer

Ilustrasi wanita rileks. Foto: fizkes/Shutterstock
Gunakan istirahat atau gunakan beberapa waktu untuk berolahraga atau berisitrahat sejenak. Kamu dapat jalan-jalan, duduk di luar dan makan siang jauh dari komputer atau laptopmu. Hal ini dapat membuatmu merasa enggak terlalu terjebak dan membantu untuk mengalirkan kreativitasmu.

Luangkan Waktu untuk Hobi dan Berkumpul dengan Teman Serta Keluarga

Ilustrasi keluarga bepergian menggunakan mobil. Foto: Shutter Stock
Dengan menetapkan batasan dan mematuhi batasan tersebut sangat penting. Hal ini untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan juga kehidupan pribadimu. Dengan memastikan kamu memiliki waktu yang dapat dinikmati di luar tanggung jawab pekerjaanmu, kamu bisa membuat keputusan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Laporan Afifa Inak