Lika-liku Selfie: dari Putri Rusia sampai Paris Hilton

2 April 2018 12:07 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Akhir 2017 lalu, Paris Hilton bikin geger di dunia maya. Dia mengaku jadi orang pertama yang melakukan selfie, dan dunia hanya ikut-ikutan dia.
ADVERTISEMENT
Hilton mengumumkan klaim tersebut dengan membuat sebuah twit di akun Twitter pribadinya. Tak kurang, ‘bukti kuat’ ia sertakan, yakni foto selfienya bersama Britney Spears yang diambil tahun 2006.
“11 tahun yang lalu, aku dan Britney Spears menciptakan yang namanya selfie!” tulis Paris Hilton dengan sangat percaya diri, 20 November 2017.
Netizen pun bereaksi. Tak sedikit yang merasa ‘tertantang’ dan menyodorkan bukti tandingan melawan klaim pemeran film ‘House of Wax’ tersebut.
Robert Cornelius, orang yang pertama swafoto (Foto: Library of Congress)
Pertanyaannya, benarkah Paris Hilton adalah sosok di balik munculnya tren selfie? Bukan.
Dirunut jauh ke belakang, seorang pria bernama Robert Cornelius adalah orang yang pertama kali melakukan selfie. Itu tahun 1839. Fotografer asal Philadelphia, Amerika Serikat itu, seperti dikutip dari BBC, berhasil menangkap gambar dirinya sendiri dengan cara yang cukup rumit.
ADVERTISEMENT
Untuk mendapatkan foto yang diinginkan, Robert harus mencari tempat dan menata kamera miliknya, melepas tutup lensa dan menekan rana kamera, lalu berlari ke tempat dia akan berpose.
Tak cukup sampai di situ, dia juga harus berdiri diam selama 15 menit. Hal ini harus ia lakukan karena kemampuan kamera di zaman itu memerlukan waktu eksposur cahaya yang sangat panjang.
Dengan karyanya itu, Library of Congress Amerika Serikat mengakui karya Cornelius sebagai selfie pertama di dunia.
Jadi klaim Paris Hilton jelas salah.
75 tahun setelah aksi selfie pertama Robert Cornelius, gantian putri Rusia, Anastasia Nikolaevna, menjadi perempuan pertama yang melakukan mirror selfie --jauh sebelum selfie di kamar mandi itu populer lewat Kim Kardashian dan Kylie Jenner di Snapchat.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Anastasia yang baru berumur 13 tahun menggunakan kamera Kodak untuk memotret dirinya di pantulan cermin. Dalam sepucuk surat yang ditulis untuk ayahnya, Anastasia menulis kesan tentang betapa sulitnya mengambil gambar tersebut.
“Membuatnya sangat sulit, tanganku sampai gemetar,” kata Anastasia dalam surat yang ditulis untuk ayahnya, Tsar Nicholas II, 28 Oktober 1914.
Selfie baru berkembang menjadi wefie (selfie berkelompok) pada 1920. Adalah Joseph Byron, fotografer asal New York, yang melakukannya.
Wefie itu dilakukan Byron di atap sebuah studio di Fifth Avenue, New York, bersama keempat temannya. Pada saat gambar diambil, dibutuhkan dua orang untuk memegang kamera karena bobotnya terlalu berat untuk dipegang seorang diri.
Gitaris The Beatles, George Harrison, juga melakukan selfie saat berwisata ke Asia.
ADVERTISEMENT
Pada perjalanan di 1966, ia mendokumentasikan banyak pengalaman pribadinya lewat foto-foto selfie. Menariknya, Harrison juga sudah lebih dulu melakukan selfie dengan lensa fish eye di depan Taj Mahal.
Republik Selfie. (Foto: Shutterstock)
Selfie Lahir Tahun 2002
Meski sudah muncul sejak 1839, istilah selfie sendiri baru muncul pada 2002 di Australia. Kata ini muncul karena kebiasaan orang Australia yang gemar memperpendek kata dan menuliskan akhiran ‘-ie’ di kata yang mereka ucap. Misalnya, ‘tradie’ untuk trademan, ‘prezzie’ untuk present, atau ‘chrissie’ untuk Christmas.
Kata selfie pertama kali digunakan dalam sebuah forum online Australia. Saat itu, seorang pria bernama Nathan Hope mengunggah foto bibirnya yang sedang terluka usai jatuh di pesta ulang tahun temannya yang ke-21.
ADVERTISEMENT
“Aku mabuk saat di pesta temanku. Aku jatuh bibir terlebih dahulu. Harap maklum fokus foto ini (yang blur), lagipula ini adalah selfie,” tulis Hope di forum tersebut.
Meski begitu, butuh waktu lama untuk membuat selfie mendunia. Tagar #selfie baru muncul di Flickr pada 2004. Keadaan berbalik 10 tahun kemudian, ketika di tahun 2013 Oxford English Dictionary menetapkan selfie sebagai ‘Word of The Year’.
Seiring perkembangan zaman, selfie bukan lagi sekadar kegiatan mengabadikan foto wajah dengan gestur tersenyum di depan kamera. Lebih dari itu, remaja dari berbagai belahan dunia membuat berbagai tren unik terkait selfie. Salah satunya dilakukan anak-anak muda di Taiwan pada 2015.
Saat itu, remaja di Taiwan ramai-ramai mengunggah foto selfie mereka yang hanya mengenakan kantung plastik. Dikutip dari Huffington Post, para remaja itu sengaja pergi ke minimarket untuk membeli sesuatu.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika sampai di rumah, mereka akan menanggalkan pakaiannya dan mengenakan kantung plastik yang mereka dapat dari minimarket. Setelah itu, mereka akan melakukan selfie.
Setahun setelahnya, muncul tren selfie lain yang tak kalah unik, yakni selfie sambil bertepuk tangan. Mengingat selfie harus dilakukan dengan menggunakan minimal satu tangan untuk memegang ponsel, hal tersebut jadi terkesan mustahil.
Namun tidak bagi Seth Schneider. Ia berhasil melakukan selfie dengan pose bertepuk tangan dan mengunggah foto tersebut di Twitter. Ajaibnya, dia benar-benar melakukan selfie tersebut tanpa menggunakan alat bantu apapun, termasuk tripod.
Hasilnya bisa ditebak. Apa yang dilakukan Schneider langsung ramai diikuti oleh banyak orang di media sosial. Bahkan, hingga saat ini, foto tersebut masih kerap dibagikan dan telah mendapatkan 427 ribu likes.
ADVERTISEMENT
Milenial Generasi Selfie
Berbicara soal selfie tidak bisa dilepaskan dari peran generasi milenial. Penguasaan atas perkembangan teknologi yang pesat dan hasrat narsis ingin ‘tampil’, membuat para milenial menjadikan selfie sebagai kegiatan wajib di tahun-tahun belakangan.
Berdasarkan riset Now Sourcing and Frames Direct, dalam seminggu milenial membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mendapatkan selfie terbaik. Waktu tersebut merupakan jumlah yang dibutuhkan saat mulai mengambil foto hingga melakukan proses editing lewat aplikasi yang diunduh via smartphone.
Lebih lanjut, riset tersebut juga menyebutkan bahwa foto selfie yang beredar di media sosial didominasi oleh milenial (55 persen). Setelahnya, menyusul Gen X (24 persen) dan baby boomers (9 persen).
Laporan yang sama juga menyebut milenial melakukan selfie sekitar kira-kira 25.700 kali selama hidupnya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan milenial gemar melakukan selfie? Menurut sebuah penelitian oleh University of Toronto, mereka yang hobi selfie adalah orang-orang yang terlalu melebih-lebihkan tingkat ketampanan atau kecantikannya.
Meski begitu, sebagian milenial Indonesia tak begitu setuju dengan simpulan itu.
Selfie. (Foto: Thinkstock)
“Selfie bisa mengekspresikan diri sendiri. Selain itu, selfie juga bisa menunjukkan kepada orang lain bahwa ‘aku percaya diri’,” tutur Putri (22), seorang karyawan swasta di Jakarta kepada kumparan.
Senada dengan Putri. Gustav (23), juga karyawan swasta di Jakarta, menilai selfie baik buat rasa percaya dirinya.
“Selfie bisa jadi sarana dokumentasi diri. Gue mau lihat perubahan dari hari ke hari. Gue bisa selfie tiap jam,” jelas milenial asal Bandung tersebut.
Kalau Gustav selfie tiap jam, bagaimana dengan kamu?
Awal Mula Selfie. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
ADVERTISEMENT