Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Mengintip Dapur Produksi Video Edukatif dari 'Kok Bisa?'
2 Mei 2018 16:58 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:26 WIB
ADVERTISEMENT
Menjawab beragam pertanyaan unik lewat sebuah video animasi mungkin terdengar sederhana. Namun, setelah mendengar cerita dari Ketut Bayu dan Gerald sebagai orang di belakang layar dari 'Kok Bisa?', prosesnya pembuatan ternyata berjalan tidak semudah yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Selain perlu menyajikan referensi data yang kredibel, memilih pertanyaan untuk diangkat sebagai sebuah topik video yang edukatif pun menjadi urusan lain yang perlu diperhatikan.
Lalu seperti apa sebenarnya kesibukan di dapur kanal YouTube 'Kok Bisa?'? Ditemui kumparan (kumparan.com ) pada Jumat (27/4) lalu di kawasan Jakarta Pusat, Ketut dan Gerald bercerita tentang proses pembuatan video pada kanal yang terbentuk pada tahun 2015 tersebut.
Dengan mengangkat tagline "tidak ada pertanyaan yang bodoh", 'Kok Bisa?' mencoba mengajak para penontonnya untuk terbiasa ikut terlibat mengajukan pertanyaan yang mereka miliki lewat kolom komentar.
"Itu sudah menjadi budaya penonton kami juga untuk bertanya. Karena reward-nya adalah kamu bisa dikutip ke dalam video, hahahaha," ucap Ketut pada kumparan.
ADVERTISEMENT
Ketut lalu menceritakan bagaimana ia dan timnya memilih beragam pertanyaan yang masuk ke redaksi mereka, untuk kemudian diangkat sebagai sebuah topik video untuk dibahas.
"Ada dua pertimbangan. Pertama dari trending kami melihat apa yang sedang ramai dibahas dan dibutuhkan masyarakat, lalu kami kaji. Tapi enaknya di YouTube juga, misal kami pasang satu video dan dapat ribuan komen," ucapnya.
"Kami datanya ambil dari situ, kami buat database juga. Kami keluarkan sama halnya dengan cara dari teman-teman media juga, mengikuti sembilan prinsip jurnalisme," lanjutnya.
Saat ditanyai soal pertanyaan paling unik yang pernah mereka terima hingga saat ini, Gerald menjawab sambil diikuti tawa; "Kenapa ada orang jahat?".
"Ini sih yang buat kita terpacu dan seneng untuk semakin ngembangin kanal ini. Ternyata di Indonesia ada yang mau ngomongin se-unik, 'dilema manusia lawan robot', 'quantum physics', dan lain semacamnya," pungkas Gerald.
ADVERTISEMENT
Setelah penentuan topik selesai, tim 'Kok Bisa?' kemudian melanjutkan prosesnya ke tahap riset. Riset selesai, mereka merangkum beragam hasil temuan jawaban yang ada ke dalam sebuah naskah video.
Hal itu dianggap keduanya sebagai bagian yang paling seru. Sebab mereka harus bisa menerjemahkan "bahasa riset yang super keren itu menjadi bahasa 'manusia'".
Usai itu, naskah tersebut akhirnya divisualisasikan ke dalam bentuk storyboard, lalu dimulailah pembuatan ilustrasi yang dibutuhkan. Dilanjutkan dengan penambahan berbagai macam pelengkap, pemeriksaan kualitas, hingga akhirnya baru bisa diunggah.
"Dan itulah yang kadang orang enggak lihat, dikira bikinnya gampang-gampang aja, animasi dan segala macamnya gitu. Tapi enggak, ya kalau enggak gitu, kapan kita bisa capai level edukasi seperti di negara lainnya," lanjut Ketut.
ADVERTISEMENT
Selain menyajikan beragam konten pendidikan melalui kanal YouTubenya, 'Kok Bisa' juga membuat sebuah program yang dinamai 'Kelas Kok Bisa?'. Program tersebut bertujuan untuk mengajarkan para pelajar SMP dan SMA membuat video animasi seperti yang mereka lakukan, dengan proses seleksi dan jumlah yang terbatas.
"Masalah edukasi itu bukan masalah yang kecil, kalau kamu maju sendiri, yaudah bakal di situ-situ aja. Makanya kami ingin membagi ke temen-temen bahwa kami juga ingin ada 'the next' 'Kok Bisa?'," tutup Gerald.