Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Merchandise Band, Salah Satu Investasi Seksi Masa Kini
4 Mei 2018 20:37 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:26 WIB
ADVERTISEMENT
Kemunculan merchandise dinilai bukan hanya pemanis atau pelengkap dari sebuah album package semata. Lebih dari itu, Yongki, pemilik dari Quickening store, menganalogikan merchandise sebagai hati dari sebuah band.
ADVERTISEMENT
“Kalo ibaratnya band itu adalah suatu tubuh, rilisan mereka jantungnya, maka merchandise adalah hatinya,” ungkapnya ketika ditemui oleh kumparan (kumparan.com ).
Merchandise juga memiliki peran yang esensial dalam menunjang eksistensi seorang musisi atau band. Selain menambah pemasukan untuk sebuah band, kehadiran merchandise bahkan bisa menjadi komoditas di tengah militannya layanan streaming musik.
Dengan membeli sebuah merchandise, maka dia telah membantu keberlangsungan band tersebut. Hal ini dibenarkan oleh Redy dari Rocknation.
“Lo membeli merchandise band, sama aja lo ngedorong band itu untuk bangkit dan maju. Bahkan setelah suatu band vakum pun terkadang masih banyak yang cari merchandisenya,” ujar Redy.
Meskipun beberapa merchandise terbilang mahal, namun keberadaannya dinilai sepadan dengan citra yang dimiliki. Yongki yang juga seorang kolektor menjelaskan, faktor yang menjadikan harga sebuah merchandise mahal biasanya terletak pada historical value yang terkandung dalam sebuah merchandise.
ADVERTISEMENT
“Dulu ada kaus tour ‘Superbowl of Hardcore’ yang dikeluarkan ketika festival tersebut berlangsung, sekarang kaus itu banyak jadi incaran para kolektor,” cerita Yongki yang mengaku bisa menghabiskan setengah uangnya untuk membeli kaus band.
Jumlah produksi merchandise yang terbatas dan eksklusifitas juga menjadi faktor mengapa harganya bisa melambung tinggi. Beberapa faktor itulah yang membuat merchandise atau kaus band ini bisa dilirik sebagai sebuah investasi.
Banyak kolektor yang membeli merchandise dari beberapa tahun lalu, kemudian dijual lagi dan menghasilkan untung. Redy bahkan bercerita pernah dititipkan sebuah kaus band untuk dijual kembali dan terjual dengan harga yang lebih mahal nyaris sepuluh kali lipat.
“Dulu gue pernah ngelihat kaosnya Smashing Pumpkins, itu lisensinya tahun 2001. Di jual di sini sekitar Rp 1 juta, paling si pembeli terdahulu beli sekitar Rp 150 ribu,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bertambahnya harga sebuah merchandise atau kaus band, berjalan seiring dengan pertumbuhan inflasi. Mengantongi keuntungan dari penjualan kaus band juga dirasakan oleh Yongki.
“Ketika pertengahan 2000 beli kaus, mungkin harganya masih Rp 150 ribu, kemudian saya pakai dan simpan. Suatu hari saya jual, harganya bisa Rp 1 juta sampai Rp 2 juta, apalagi kalau barangnya collectible,” tuturnya.
Jadi bagaimana, apakah kamu tertarik untuk investasi dengan mengoleksi merchandise?