Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Film Oppenheimer dan Upaya AS Memulihkan Hegemoninya
7 Agustus 2023 15:15 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak tayang pada tanggal 19 Juli 2023, film Oppenheimer menarik animo masyarakat karena sudah ditunggu sejak lama. Film ini diangkat dari kisah nyata J. Robert Oppenheimer yang merupakan ahli fisika dan pemimpin proyek Manhattan. Dia berperan sangat signifikan dalam mengembangkan senjata nuklir termasuk bom atom yang sudah diledakkan tahun 1945 di Jepang.
ADVERTISEMENT
Meskipun merupakan tokoh sentral dalam pengembangan senjata nuklir, ternyata Oppenheimer merasa menyesal setelah menyaksikan ledakan bom atom di dua kota besar Jepang dan menyadari bahwa betapa berbahayanya teknologi yang berkembang dari tangannya. Akhirnya dia memilih untuk menjadi kritikus dalam proses pengembangan senjata nuklir dan melakukan berbagai tindakan advokasi dalam mengendalikan penggunaan senjata nuklir.
Atas keputusannya aktif dalam tindakan pengendalian senjata nuklir, dia akhirnya dituduh sebagai simpatisan Komunis. Tuduhan yang dilancarkan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menghentikan tindakan Oppenheimer dalam membatasi penggunaan senjata nuklir. Ironisnya, dia meninggal akibat kanker tenggorokan sementara salah satu penyebab penyakit kanker karena terpapar radiasi nuklir.
Film Oppenheimer hadir di tengah isu delegitimasi Amerika Serikat yang dialami di dunia global beberapa tahun terakhir. Friksi Amerika Seriikat dengan Tiongkok dalam hal perang dagang, melemahnya hubungan dengan Arab Saudi, ketidakmampuan menghalangi Rusia menginvasi Ukraina, termasuk menguatnya isu dedolarisasi yang digaungkan oleh negara-negara yang tergabung dan BRICS.
ADVERTISEMENT
Sangat dini untuk menyimpulkan bahwa film Oppenheimer ini menjadi salah satu instrumen Amerika Serikat untuk mengabarkan kepada dunia bahwa jika status quo nya terganggu oleh pihak-pihak tertentu, maka mereka mempunyai senjata terakhir yaitu nuklir. Sejarah masa lalu sudah membuktikan bahwa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan senjata nuklir sangat besar dan skala yang sangat luas.
Hiroshima dan Nagasaki sudah merasakan betapa berbahayanya nuklir jika dijadikan sebagai senjata. Bahkan dampaknya tidak hanya dirasakan pada saat itu juga tetapi memiliki dampak jangka panjang dan degradasi lingkungan yang cukup masif. Dampak jangka panjang akan dirasakan oleh manusia yang terkena radiasi seperti cacat genetik dan risiko kanker yang sangat besar.
Propaganda Melalui Film
Semua produk film termasuk film Hollywood pada dasarnya tidak bebas nilai. Pasti ada keberpihakan nilai yang diusung dalam setiap produksi film. Ada berbagai contoh film Hollywood yang digunakan sebagai alat justifikasi Amerika Serikat dalam melakukan keputusan yang berhubungan dengan negara lain.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa film Hollywood memiliki kuasa yang sangat signifikan untuk mengubah persepsi masyarakat internasional terkait citra Amerika Serikat. Salah satunya untuk memamerkan ketangguhan militer Amerika serikat yang digambarkan dalam berbagai film perang yang diproduksi oleh Hollywood contohnya film Black Hawk Down dan Transformer.
Amerika Serikat juga memulihkan nama baik mereka ketika kalah perang, melalui film seperti dalam film Rambo yang ingin mengembalikan prestise Amerika Serikat sebagai negara adikuasa setelah babak belur dalam perang Vietnam.
Melalui film Rambo tersebut, secara halus membuat masyarakat umum denial terhadap kekalahan Amerika Serikat pada perang Vietnam kecuali masyarakat yang memang membaca referensi melalui buku dan jurnal ilmiah, atau mereka yang melakukan penelitian mendalam tentang perang Vietnam. Dengan sumber yang kredibel dan tervalidasi, kita akan mengetahui bahwa betapa sengsaranya Amerika Serikat pada perang Vietnam.
ADVERTISEMENT
Selain menggambarkan negara Amerika Serikat sebagai negara adiluhung, beberapa produksi film Hollywood juga mendiskreditkan negara-negara yang sering kontra dengan Amerika Serikat. Misalnya negara yang berada di kawasan Timur Tengah dianggap negara sarang teroris, Korea Utara dan Rusia dicitrakan sebagai negara yang menyimpan senjata nuklir yang membahayakan stabilitas geopolitik global.
Contoh lain, pasca melakukan invasi ke Irak, Amerika Serikat menyodorkan narasi melalui film Green Zone yang seolah-olah ingin menyampaikan pesan bahwa Irak memang menyimpan senjata pemusnah massal. Sementara realitasnya, senjata pemusnah massal sama sekali tidak ditemukan di Irak bahkan setelah negeri ini porak poranda akibat invasi Amerika Serikat.
Film memang tidak secara gamblang akan menceritakan dirinya membawa pesan tertentu tetapi ketika selesai menonton film dan ternyata persepsi penonton berubah karena menonton film maka dapat dipastikan bahwa produksi film tersebut berhasil membawa misi terselubung yang berlangsung secara laten.
ADVERTISEMENT
Dalam kajian hubungan internasional, penggunaan film sebagai alat propaganda disebut sebagai soft power dan pada umumnya, pesan yang ingin disampaikan melalui film seringkali tersirat. Tentunya film Hollywood sangat efektif dalam hal ini karena ditayangkan di seluruh dunia.
Delegitimasi Amerika Serikat
Sejak pemerintahan Donald Trump periode sebelumnya, Amerika Serikat menghadapi berbagai dinamika politik yang cukup krusial. Tidak hanya yang sifatnya domestik namun juga di dunia internasional. Fenomena tersebut yang membuat masyarakat global semakin meyakini bahwa Amerika Serikat sedang mengalami delegitimasi dalam berbagai bidang.
Pada masa pemerintahan Donald Trump, wacana perdagangan internasional dikagetkan dengan perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Pada saat itu, kebijakan Trump dalam bidang perdagangan internasional mengundang reaksi yang cukup keras dari Tiongkok. Amerika Serikat bahkan sempat melarang perusahaan telekomunikasi Tiongkok untuk membeli komponen dari Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Rusia, Tiongkok, dan Iran semakin agresif menggoyang hegemoni Amerika Serikat di tataran geopolitik global. Sementara Amerika Serikat menghadapi persoalan-persoalan domestik seperti kondisi sosial. Pengaruh Amerika Serikat di politik kawasan juga melemah seperti di kawasan Timur Tengah.
Wacana dedolarisasi menjadi marak ketika aliansi negara BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan semakin mempopulerkan isu tersebut. Harus disadari bahwa negara-negara yang tergabung dalam BRICS merupakan negara yang memiliki modal dasar untuk menggoyang hegemoni Amerika Serikat.
Mempertahankan Status Quo
Sejarah mencatat bahwa Amerika Serikat selalu mempunyai mekanisme untuk mempertahankan status quo mereka sebagai negara adidaya di mata internasional. Usaha yang dilakukan tidak terbatas pada pendekatan yang persuasif bahkan seringkali melakukan tindakan agresif seperti invasi ke negara lain. Selama tindakan tersebut dianggap mampu memulihkan hegemoninya maka Amerika Serikat akan melakukan apa saja.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa fenomena yang menjadi kekhawatiran bagi Amerika Serikat akan terjadinya delegitimasi pengaruh mereka di dunia internasional yaitu kegagalan menunjukkan diri sebagai negara super power pada konflik Rusia-Ukraina. Melemahnya hubungan dengan Arab Saudi sementara di lain sisi, Iran dan Arab Saudi sudah melakukan rekonsiliasi, artinya bahwa pengaruh Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah terancam melemah.
Selanjutnya pengaruh Tiongkok yang semakin menguat di dunia global khususnya dalam bidang ekonomi. Program Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok masih terus berlanjut memberikan pinjaman kepada negara yang membutuhkan. Kekuatan ekonomi Tiongkok diprediksi akan semakin kuat di masa mendatang.
Isu dedolarisasi juga tidak bisa dikesampingkan karena sudah semakin menguat. Meskipun mungkin secara teknis belum bisa diterapkan dalam waktu singkat karena cadangan devisa negara-negara di dunia masih didominasi dalam bentuk dolar AS dan ketergantungan terhadap nilai dolar AS masih sangat kuat. Namun demikian, isu ini tetap menjadi perhatian oleh Amerika Serikat karena merupakan proyeksi jangka panjang dari beberapa negara yang mempunyai peluang menyaingi kemampuan ekonomi Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Pihak Amerika Serikat menyadari semua ancaman tersebut dan tidak akan tinggal diam untuk membiarkan pengaruh mereka didelegitimasi oleh negara lain, bahkan pada masa pemerintahan Donald Trump, dia mempopulerkan jargon “Make America Great Again.” Jargon ini mengafirmasi bahwa pemerintah Amerika Serikat menyadari posisi mereka yang sudah tidak se-great sebelumnya sehingga perlu dilakukan langkah-langkah nyata untuk mengembalikan Amerika Serikat ke posisi semula.
Dari beberapa variabel yang disebutkan di atas, kemunculan film Oppenheimer yang populer di seluruh dunia, merupakan salah satu mekanisme Amerika Serikat untuk mengabarkan kepada seluruh dunia bahwa jangan mencoba untuk mengganggu status quo Amerika Serikat dan jangan menyebarkan berbagai wacana yang mendelegitimasi hegemoninya di dunia internasional karena mereka punya senjata nuklir yang bisa diledakkan kapan pun.
ADVERTISEMENT
Tentu ini kesimpulan sederhana untuk melihat geopolitik global yang sedang mengalami berbagai ancaman misalnya ancaman bahaya senjata nuklir termasuk juga ancaman kelangsungan eksistensi bumi jika benar-benar perang nuklir menjadi kenyataan.