Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kenapa Banyak Kotak Amal Dibuat Tembus Pandang?
22 September 2023 8:55 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya yakin bahwa kita sangat mudah menjumpai kotak amal yang diletakkan di tempat umum, entah itu tepat berada di SPBU tepatnya sangat dekat dengan antrean kendaraan yang akan mengisi bahan bakar, di depan kasir swalayan, di meja-meja warteg, di pintu masuk ruang tunggu bank, dan di berbagai tempat umum.
ADVERTISEMENT
Kotak amal kerap kali berwarna bening dan tembus pandang. Selain itu, kita jarang menemui kotak amal yang kosong, selalu terisi sejumlah uang dengan varian pecahan mulai dari ribuan sampai ratusan ribu. Kita akan menjumpai kotak amal dengan jumlah uang yang tidak sedikit di dalamnya.
Pada beberapa kali kesempatan, saya dan mungkin kita semua, seringkali terdorong untuk menyumbang ketika melihat kotak amal dengan penampakan yang tembus pandang dengan sejumlah uang di dalamnya, meskipun awalnya tidak ada niat untuk menyumbang.
Pernahkah kita berpikir bahwa uang yang berserakan di dalam kotak amal tersebut pada dasarnya bukan semuanya hasil sumbangan dari masyarakat umum tetapi disengaja oleh para kelompok yang meminta sumbangan sebagai salah satu umpan agar orang lain ikut menyumbang?
ADVERTISEMENT
Ada dorongan psikologis untuk ikut menyumbang ketika melihat kotak amal yang terisi sejumlah uang. Dorongan tersebut muncul tiba-tiba yang terstimulasi dari otak. Mungkin karena niat tulus untuk ikut membantu, atau bahkan perasaan merasa tidak nyaman jika tidak sekadar memasukkan sejumlah uang ke dalamnya.
Menyumbang adalah satu hal yang baik sementara kemampuan marketing adalah hal yang lain. Saya pun kemudian menerka-nerka, kenapa setiap kotak amal yang ada di SPBU lebih sering ditempatkan di dekat antrean motor dan jarang sekali diletakkan di antrean mobil?
Ternyata fenomena ini pernah menjadi bahan riset oleh peneliti sosiologi dan psikologi Erasmus University, Belanda. Topik penelitian fokus pada menyelidiki perilaku berderma. Salah satu hasil penelitiannya adalah orang miskin menyumbang lebih banyak porsi harta ketimbang orang kaya.
ADVERTISEMENT
Secara lahiriah, menyumbang adalah perbuatan terpuji karena membantu orang lain yang membutuhkan. Namun pada perkembangannya, menyumbang dikomodifikasi oleh sebagian kalangan tertentu sebagai profesi untuk jalan kompas mengeruk keuntungan dari khalayak ramai. Menyumbang menjadi bisnis paling menjanjikan di negeri ini yang sangat mudah terprovokasi oleh iklan-iklan atau seruan untuk menyumbang.
Marketing Politik
Ketika membayangkan kotak amal yang sengaja memperlihatkan isinya, saya langsung teringat terhadap para politisi yang sering kali dengan bangganya mengungkit semua sisi kehidupannya, entah dengan gamblang melakukannya sendiri atau didesain dan dipublikasikan oleh media yang berafiliasi dengan mereka.
Tujuannya tidak lain untuk membangkitkan dorongan dan simpati dari masyarakat memilih mereka dalam pilihan elektoral. Mengungkit kehidupan pribadi merupakan salah satu upaya efektif untuk menarik simpati kalangan masyarakat akar rumput untuk memilih politisi yang dianggap paling menderita atau paling dermawan.
ADVERTISEMENT
Kita sering bertanya, kenapa intrik politik sangat kental ketika masa kampanye menjelang pemilu sementara isu-isu politik dengan sendirinya akan meredup setelah pemilu sudah berlalu.
Pada momen inilah, semua hal diupayakan untuk memenangkan pertarungan politik. Politisi diperlakukan sebagai sebuah brand yang akan dijual ke konsumen dengan melalui berbagai tahap seperti brand identity, brand positioning, dan brand image.
Menurut Rizkia dkk (2022), marketing politik merupakan kombinasi penerapan dua ilmu yaitu pemasaran dan penerapan ilmu politik. Perkembangan demokrasi semakin membuka ruang bagi partai politik untuk melakukan manuver dengan tujuan menggapai tampuk kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Partai politik dan berbagai pihak yang berkepentingan kemudian mendesain sebuah mekanisme marketing yang mendekatkan figur kepada masyarakat. Marketing politik menjadi sangat populer juga tidak terlepas dari begitu banyaknya saluran media yang bisa digunakan apalagi di era media sosial yang semakin berkembang pesat.
Eskalasi konflik yang terjadi baik yang terjadi di dalam internal partai politik, maupun antar partai politik, alih-alih diselesaikan bahkan mereka akan menjadikan isu ini sebagai saluran untuk headline di media-media utama. Tujuannya jelas agar figur yang mereka jagokan akan akan menjadi familiar di perbincangan masyarakat.
Bahkan semua konflik masa lalu akan diangkat sedemikian rupa dan diberitakan agar menjadi drama politik.
Rasional dalam Memilih
Pada salah satu podcast yang menghadirkan Najwa Shihab sebagai narasumber, dia memberikan pandangannya mengenai bagaimana memilih pemimpin dalam pesta elektoral. Menurutnya, simpan rasa sayangmu untuk keluargamu. Jangan berikan untuk para politisi.
ADVERTISEMENT
Inti memilih itu adalah kebijakan apa yang akan ditargetkan oleh pemimpin ketika terpilih, sebatas itu. Jangan sampai menangis dan membela mati-matian politisi pilihanmu.
Begitulah seharusnya kita memilih pemimpin tetapi pada kenyataannya, banyak yang menghabiskan energi mereka untuk calon yang dipilih. Bahkan harus rela berkelahi dan berkonflik dengan orang-orang terdekat.
Parahnya, politisi memahami dengan baik karakteristik pemilih di negeri ini yang sangat sentimental, apalagi ketika berhubungan dengan citra diri yang agamais atau merasa menderita. Dari proses identifikasi itulah, para marketing politik mendesain calonnya agar terlihat agamais atau terlihat paling menderita oleh serangan lawan politiknya.
Kita semua tiba-tiba saja iba dan menjadikan semua citra artifisial sebagai dasar untuk memilih. Masyarakat di negeri itu adalah masyarakat pelupa dan pemaaf serta sangat sentimental. Mereka tidak mampu menakar segala sesuatu sesuai porsinya. Kapan harus memaafkan, kapan harus melupakan dan kapan harus sentimental.
ADVERTISEMENT
Memilih pemimpin ranahnya rasio. Jadi ketika memilih pemimpin, maka yang mendominasi keputusan kita adalah rasio yang bekerja. Misalnya program apa yang ditawarkan, apakah programnya membawa dampak bagi masyarakat luas? riwayat politisi di masa lalu ketika menjadi pejabat publik dan hal-hal lain yang memiliki korelasi dengan jabatan yang akan diemban.
Kita harus menyingkirkan sentimen pribadi ketika memilih pemimpin. Memilih karena kasihan, memilih karena sosok merupakan artis idola, memilih karena kedekatan keluarga dan alasan-alasan lain yang sentimental.
Pengalaman pahit pemilu periode sebelumnya bisa menjadi pelajaran bagi semua orang bahwa bagaimana politik itu bukan dunia hitam putih. Luka yang ditinggalkan sejarah pemilu periode sebelumnya masih terbuka lebar karena sebagian kelompok masyarakat menganggap memilih salah satu calon merupakan jalan jihad.
ADVERTISEMENT
Namun pada kenyataannya, politik hanya menyisakan luka bagi masyarakat awam sementara para politisi yang bersaing di pemilu, kemudian saling berpelukan sesaat setelah pemilu usai. Tidak ada politisi yang kalah, bahkan yang kalah adalah kita yang terbawa emosi ketika pemilihan.
Politisi sudah terlatih untuk langsung bersahabat dengan lawan politiknya namun masyarakat tidak dengan mudah melakukan rekonsiliasi dengan masyarakat yang berbeda pilihan. Mereka akan tetap menyimpan dendam dan menganggap yang lain bersalah.
Begitulah dampak dari dunia perpolitikan yang hanya bisa dimengerti dengan mengambil jarak yang pas. Satu hal yang harus kita yakini bahwa politisi akan selalu menjadi marketing paling andal untuk mencapai tujuan mereka.
Layaknya kotak amal, para politisi dengan senang memperlihatkan semua cerita hidupnya, bahkan kehidupan keluarganya agar menggugah hati masyarakat untuk memilihnya.
ADVERTISEMENT