Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Knalpot Free-Flow: Meningkatkan Performa atau Merusak Mesin?
25 Juli 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Misbahul Munir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada pandangan umum bahwa mengganti knalpot standar sepeda motor dengan knalpot racing model free-flow dapat meningkatkan performa mesin. Suara yang dihasilkan juga lebih nyaring, yang menurut para penggemar kecepatan, menambah semangat mereka saat berkendara.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan knalpot orisinal pabrikan yang memiliki banyak sekat di silencer sehingga volume gas buang yang keluar menjadi minim, pabrikan telah menyesuaikan setelan mesin dengan ukuran knalpot standar. Knalpot free-flow dapat mengoptimalkan sirkulasi gas buang dari silinder mesin. Menurut artikel “What Are the Benefits of an Aftermarket Exhaust System?” di laman Your Mechanic, knalpot free-flow memiliki lebih sedikit saringan atau sekat, sehingga aliran gas buang lebih lancar.
Saat pengendara menggunakan knalpot free-flow, setup mesin, terutama distribusi bahan bakar, dapat ditingkatkan sehingga energi yang dihasilkan bertambah. Agar dapat bekerja dengan presisi, knalpot free-flow juga harus sesuai dengan konstruksi mesin. Produsen knalpot sangat mengutamakan proses research and development (R&D). Dalam tahapan R&D, ukuran dan lekuk pipa knalpot, bentuk silencer, dan desain aliran udara dirancang untuk meningkatkan performa mesin sekitar 15 persen.
ADVERTISEMENT
Ukuran pipa, panjangnya, dan model silencer menentukan proses sirkulasi gas buang dari silinder. Menurut Rio Tan, Technical Support PT Enwan Multi Partindo, distributor knalpot Pro Liner, tidak semua knalpot racing memberikan hasil yang optimal, karena jika tidak dihitung dengan tepat, knalpot malah bisa menahan daya mesin.
Efek Buruk Knalpot Free-Flow
Knalpot minim hambatan tentu memiliki kekurangan. Salah satu yang sering dibahas adalah suaranya yang nyaring yang membuat telinga tidak nyaman.
Riset yang dilakukan Jashanpreet Singh, S. P. Nigam, dan L. K. Bhagi dalam “A Study of Effectiveness of Muffler on a Two-Wheeler Vehicle Noise” yang diterbitkan di International Advanced Research Journal, menunjukkan bahwa dimensi knalpot mempengaruhi tingkat kebisingan.
Eksperimen dengan motor berkapasitas 350cc 4-silinder yang dipasang empat knalpot berbeda jenis dan ukuran menunjukkan tingkat kebisingan tertinggi pada knalpot yang memiliki silencer pendek dengan diameter sedikit lebih besar dari ukuran standar pabrik. Hal ini disebabkan udara merambat keluar lebih cepat tanpa melalui banyak penyerapan pada knalpot dengan silencer pendek.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tulisan di Motorcyclenews menjelaskan bahwa knalpot free-flow yang mampu mengalirkan gas buang dalam jumlah besar perlu diimbangi dengan pasokan bahan bakar yang lebih banyak. Jika tidak diimbangi dengan penambahan suplai bahan bakar, komposisi air fuel ratio (AFR) untuk proses pembakaran menjadi tidak proporsional.
Dalam kondisi jumlah udara lebih banyak ketimbang bensin, percikan api dari busi akan kesulitan melakukan pembakaran. Saat ada bensin dan udara segar yang kembali masuk melalui katup intake, barulah pembakaran terjadi. Namun, karena ledakan berlangsung sebelum katup intake tertutup, bunga api menyebar keluar ruang pembakaran yang menimbulkan efek bunyi tembakan dari mesin.
Masalahnya, ada sepeda motor tertentu yang menerapkan sistem injeksi bahan bakar dengan ECU tipe close loop yang tidak bisa disetel secara manual dengan praktis. ECU ini mengandalkan beberapa sensor, salah satunya sensor O2 di pipa knalpot, untuk mengawasi kondisi pembakaran. Engine Control Unit (ECU) akan secara otomatis menyesuaikan AFR begitu terdeteksi ada perubahan volume gas buang.
ADVERTISEMENT
Namun, penyesuaian AFR yang dilakukan ECU terbatas untuk kebutuhan knalpot standar. Biasanya, ECU close loop tidak akan memerintahkan injektor untuk menyuplai bahan bakar lebih banyak sesuai kebutuhan knalpot free-flow. Untuk mengatasi hal ini, pemilik motor perlu menambah anggaran untuk membeli fuel controller seperti piggyback yang berfungsi memanipulasi informasi agar ECU memerintahkan suplai bahan bakar sesuai kebutuhan mesin.
Kerugian signifikan juga mungkin terjadi jika pemilik motor memilih knalpot berkualitas rendah. Produk knalpot yang dibuat dengan material murahan tanpa pengukuran yang presisi hampir pasti akan menimbulkan masalah di mesin. Perhitungan ukuran dan bentuk knalpot yang kacau akan membuat aliran gas buang menjadi berantakan, dan efeknya, back pressure justru menjadi lebih besar. Alih-alih menambah daya, knalpot seperti ini malah mengurangi performa mesin.
ADVERTISEMENT
Knalpot yang bagus tidak membuat mesin bekerja keras. Jika ukuran knalpot tidak benar, back pressure tidak akan sempurna. Knalpot memiliki aliran gas buang yang harus sesuai dengan putaran mesin. Jika aliran gas buang kacau dan tidak sesuai dengan putaran mesin, gas buang yang belum habis bisa terhambat dan menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna.
Terkait dampak buruk knalpot free-flow untuk sepeda motor, Rio berpendapat bahwa jika dibuat dengan presisi, knalpot tidak akan merusak mesin. Menurutnya, perilaku berkendara adalah penyebab utama kerusakan mesin.
"Walaupun bagus sekalipun kalau perilaku berkendaranya kasar ya cepat rusak," kata dia.