Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merencanakan Perjalanan Wisata untuk Anak Autisme
4 Mei 2021 13:33 WIB
Tulisan dari Mochammad Taufik Ramadhan Zain tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa sih autisme? Terdengar asing mungkin untuk masyarakat dengan kata autisme, bahkan ada yang menganggap anak autisme itu anak nakal yang memiliki kelainan jiwa.
ADVERTISEMENT
Pengalaman saya sebagai orang tua dari anak autisme yang berusia tujuh tahun, autisme dapat diartikan gangguan perkembangan otak yang menyebabkan terhambatnya kemampuan untuk berinteraksi sosial komunikasi dan perilaku.
Anak dengan gangguan autisme rentan terhadap stress dan kecemasan, sehingga tidak dapat dipungkiri mereka juga membutuhkan rekreasi seperti kebanyakan anak lainnya.
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan penat ataupun menjadi suatu kegiatan yang memiliki manfaat tersendiri bagi mereka. Sehingga perjalanan untuk anak dengan spectrum autisme harus benar – benar direncanakan dengan memastikan adanya dukungan dan keselamatan yang dibutuhkan anak autisme selama berwisata.
Anak yang gangguan autisme memiliki wajah normal seperti anak lain yang tidak memiliki gangguan. Sehingga apabila anak autisme akan mengunjungi tempat wisata akan disamaratakan dengan pengunjung lain.
ADVERTISEMENT
Orang tua harus menjelaskan kepada petugas yang berada di tempat wisata termasuk fasilitas yang ada di dalamnya seperti restoran dan toilet. Oleh sebab itu perlu adanya karyawan yang dilatih untuk memahami anak autisme juga adanya pemandu wisata khusus untuk menangani anak dengan spectrum autisme, misalnya berfokus pada pelatihan kemampuan motorik dan sensorik, bersosialisasi, komunikasi, lingkungan serta emosional.
Kita dapat mengadaptasi beberapa hal terkait perencanaan wisata untuk anak penyandang autisme baik itu wisata alam maupun buatan:
Wisata alam
Program hiking seru untuk anak autisme dan keluarga. Hiking memberi manfaat sebagai salah satu aktivitas sensorik motorik juga hiking ini melatih anak beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal ini beberapa kali diikuti oleh putri saya sejak tiga tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Program hiking ini dilakukan dengan jarak ]2,5 kilometer, dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam. Lokasi daerah berbukit, untuk Kota Bandung sendiri berada di daerah Bojong Koneng juga Dago. Selama mengikuti kegiatan ini, anak dilatih untuk focus berjalan mengikuti instruksi.
Satu hal yang penting saat kegiatan ini, jangan lupa untuk membuat anak tenang terlebih dahulu serta membawa perbekalan makanan yang cukup. Sebelum membuat program hiking ini, harus ada tim survei sebelumnya untuk melihat dan mengatur jarak, serta area hiking juga harus dipersiapkan dan dipilih dengan tingkat kemudahan yang sesuai dengan tujuan terapi.
Wisata buatan
Anak autisme tidak pandai bersosialisasi dan bermain. Di Amerika Serikat tepatnya di pinggiran Philadelphia, Pennsylvania, ada sebuah taman bermain bertemakan Sesame Street telah menjadi yang pertama di dunia yang menerima akreditasi aman dikunjungi oleh anak autisme.
ADVERTISEMENT
Taman tersebut menawarkan akomodasi, dukungan dan layanan untuk tamu penyandang disabilitas termasuk anak autisme. Anak – anak penyandang autisme disambut dengan berbagai layanan khusus, termasuk ruang dan dukungan yang ramah sensorik.
Ruang terapi sensorik anak autisme dapat menstimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan dengan fasilitas yang ada. Fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sensorik ini adalah jalur refleksi, texture table, sensory garden, serta wind chimes.
Anak autisme seringkali mengalami mood swing, artinya perubahan suasana hati yang berlangsung cepat. Saat anak senang, anak autisme bisa tiba-tiba menangis dan berteriak kencang sampai tantrum berlebih akibat beberapa factor seperti suara yang terlalu bising dan sorot lampu yang terlalu terang atau terlalu redup.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu diperlukan area khusus untuk membuat anak tenang dengan material yang tidak membahayakan dan beracun, tatanan cahaya yang lembut serta kedap suara.
Saat akan mengajak anak autisme berwisata dalam hal ini melakukan perjalanan darat dengan mobil pribadi, diperlukan persiapan khusus bagi orang tua. Pertama orang tua harus mengkomunikasikan mengenai perjalanan yang akan dilakukan, ke mana, pergi dengan siapa, aktivitasnya seperti apa.
Persiapan makanan, cemilan dan alat masak juga sangat penting, karena pola makan putri saya diatur dengan menerapkan makanan sugar free, casein free, glutein free.
Tidak lupa bawalah barang pribadi kesayangan anak. Berikut juga ada beberapa tips membawa anak autisme melakukan perjalanan dengan pesawat, sesuai pengalaman dari seorang ibu yang mempunyai anak autisme:
ADVERTISEMENT
1. Pilih jadwal penerbangan daylight karena jika penerbangan malam anak cenderung sudah lelah dan ingin tidur dengan nyaman.
2. Jika memilih tiket ekonomi, usahakan mendapat barisan awal. Barisan tersebut sedikit lebih lapang.
3. Beberapa maskapai terutama untuk rute internasional memiliki kebijakan DPNA (Disable Passenger with intellectual or developmental needing assistance) code / kode pelayanan bagi penumpang berkebutuhan khusus. Konfirmasikan dengan pihak maskapai.
4. Beberapa hari sebelum jadwal terbang, sosialisasikan ke anak tentang bepergian dengan pesawat seperti jadwal penerbangan, aturan selama di bandara dan di dalam pesawat, dan lain lain . Sesuaikan dengan kemampuan anak, bisa dengan membaca buku bersama mengenai pesawat, melihat PECS (Picture Exchange Communication System) atau gambar/kartu komunikasi/gambar sederhana tentang bepergian dengan pesawat, bermain peran / simulasi.
ADVERTISEMENT
5. Pastikan anak dalam keadaan sehat, cukup istirahat sehari sebelumnya.
6. Bawakan bekal makanan / snack dan mainan kesukaannya.
7. Tempat duduk pesawat bisa terasa menyesakkan. Walaupun anak di bawah 2 tahun masih bisa dipangku dan tarifnya 10-20% dari tiket dewasa, namun usahakan tetap membeli tiket tarif penuh agar mendapat satu kursi yang bisa membuat anak dan orang tuanya akan merasa lebih nyaman
8. Jika anak memiliki sensitivitas terhadap suara keras bisa dicoba memakai earmuff /headset. Jangan lupa untuk sosialisasikan penggunaan ini ke anak beberapa hari sebelum penerbangan.