Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Aroma Tertentu Dapat Membangkitkan Memori Masa Lalu?
27 November 2022 15:26 WIB
Tulisan dari MOH ARI PUTRA WIRAYUDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita pasti memiliki pengalaman saat mencium aroma tertentu—seperti aroma hujan, parfum, atau aroma kue yang baru matang—kemudian aroma tersebut seolah menjadi mesin waktu yang secara spontan membawa kita kembali ke masa lalu. Kita mengingat kembali masa dimana kita pernah menghirup aroma yang familiar tersebut. Ingatan tentang peristiwa, situasi, tempat, bahkan apa yang kita rasakan saat itu dapat terasosiasikan dengan aroma tertentu. Misalnya aroma tanah kering yang baru saja tersiram gerimis dapat mengingatkan kita kepada ingatan masa kecil tentang bermain hujan sepulang sekolah. Atau pengharum ruangan beraroma lavender yang seketika membawa kita ke beberapa tahun lalu saat libur akhir semester di bulan Desember. Memori yang dipicu dapat terasa begitu jelas seolah kita terbawa ke masa dimana peristiwa tersebut terjadi.
Neurosaintis menyebut fenomena itu Odor-Evoked Autobiographical Memory atau disingkat OEAM. OEAM sendiri merupakan peristiwa dimana ingatan pribadi seseorang terpicu akibat aroma yang diasosiasikan dengan peristiwa masa lalu tersebut. Hasil pengindraan lain seperti penglihatan, pendengaran, dan pengecap juga dapat memicu munculnya ingatan masa lalu. Namun, aroma sepertinya menjadi trigger yang paling jelas, kuat, dan emosional ketimbang indra lainnya. Diantara semua stimuli indra, aroma tampaknya memicu memori paling jelas dan emosional (e.g., Hinton and Henley, 1993; Chu and Downes, 2002; Herz and Schooler, 2002; Larsson and Willander, 2009).
ADVERTISEMENT
Beberapa literatur lain menyebutnya sebagai Proust phenomenon atau efek Proust, diberi nama berdasarkan novelis Prancis, Marcel Proust, karena ia mendeskripikan fenomena semacam ini di novelnya yang berjudul À la recherche du temps perdu pada tahun 1913. American Psychological Association mendefinisikan Fenomena Proust sebagai bangkitnya memori autobiografi secara tiba-tiba dan tidak disengaja, termasuk serangkaian ekspresi sensorik dan emosional yang terkait. Artinya, fenomena ini seringkali terjadi secara tidak sengaja dan melibatkan pengalaman yang emosional.
Kaitan kuat antara memori emosional dan indra penciuman disebabkan letak sistem penciuman yang berdekatan dengan struktur sistem limbik—seperti amigdala dan hipokampus, yang berperan dalam regulasi emosi dan memori emosional. Memori yang dipicu aroma tertentu dialami secara lebih emosional dan diasosiasikan dengan perasaan lebih kuat seolah dibawa kembali ke masa terjadinya peristiwa tersebut (Chu & Downes, 2000; Herz & Schooler, 2002; Rubin et al., 1984; Willander & Larsson, 2006, 2007).
ADVERTISEMENT
Indra penciuman sendiri bekerja dengan menangkap molekul di udara dan menginterpretasikannya sebagai aroma. Saat kita menghirup udara, aroma atau molekul yang melayang di udara akan terhirup melalui hidung. Kemudian, neuron yang membentuk sel reseptor olfaktori mengirim sinyal ke bagian otak yang disebut Bulbus Olfaktori. Sinyal tersebut kemudian melewati bagian-bagian mikro di Bulbus Olfaktori, dimana masing-masing bagian mendeteksi jenis bau yang berbeda-beda. Bulbus Olfaktori kemudian bertanggung jawab menginterpretasikan sinyal yang kita persepsikan sebagai bau.
Berbeda dengan indra lain dimana sinyal melalui bagian otak yang disebut Thalamus, indra penciuman nampaknya mengambil jalan pintas dan langsung terhubung dengan amigdala dan hipokampus. Amigdala berperan dalam proses emosi sedangkan Hipokampus berperan dalam pembentukan memori, hal itu menjelaskan mengapa ingatan yang dipicu aroma biasanya terasa jelas dan emosional.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah kita bisa menggunakan aroma untuk mengingat hal seperti rumus relativitas atau hal sederhana seperti dimana kita meletakkan kunci? Jawabannya tidak. Odor-Evoked Autobiographical Memory lebih mengingat memori perseptif dan bukan memori konsep. Artinya memori yang dipicu mengingatkan kita kepada sensasi dan perasaan kita saat peristiwa terjadi dan tidak bisa digunakan untuk mengingat sebuah konsep atau gagasan.(Arshamian et al., 2013)
Sekarang kita tahu bagaimana kita bisa kembali ke masa lalu hanya dengan menghirup aroma petrichor, parfum, pengharum ruangan, ataupun aroma kue yang baru matang. Meskipun masa lalu sudah terlewat, otak kita nampaknya tahu cara untuk menyimpan memorinya dan menawarkan cara untuk kembali. Seperti dalam puisi Sapardi Djoko Damono “Yang Fana Adalah Waktu, Kita Abadi”.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Arshamian, A., Iannilli, E., Gerber, J. C., Willander, J., Persson, J., Seo, H. S., Hummel, T., & Larsson, M. (2013). The functional neuroanatomy of odor evoked autobiographical memories cued by odors and words. Neuropsychologia, 51(1), 123–131. https://doi.org/10.1016/j.neuropsychologia.2012.10.023
Chu, S., & Downes, J. J. (2000). REVIEW Odour-evoked Autobiographical Memories: Psychological Investigations of Proustian Phenomena.
Gillespie, C. (2021, October 4). This Is Why We Associate Memories So Strongly With Specific Smells. Verywell Mind.
Saive, A. L., Royet, J. P., & Plailly, J. (2014). A review on the neural bases of episodic odor memory: From laboratory-based to autobiographical approaches. In Frontiers in Behavioral Neuroscience (Vol. 8, Issue JUL). Frontiers Research Foundation. https://doi.org/10.3389/fnbeh.2014.00240
ADVERTISEMENT
SciShow. (2015). How Smells Trigger Memories. YouTube. https://youtu.be/vY-HbcPInXw
Stierwalt, E. E. S. (2020, June 29). Why Do Smells Trigger Memories? Scientific American.