Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bonus Demografi Itu Apa?
16 Maret 2021 10:10 WIB
Tulisan dari Armansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selamat, anda sedang mendapatkan bonus! Namun, jangan senang dulu, karena bonus ini tidak otomatis membawa bahagia, ia hadir menjadi sebuah tantangan, yang bisa jadi membawa manfaat atau bisa jadi petaka.
ADVERTISEMENT
Saat ini kurang lebih 270 juta penduduk Indonesia sedang bersanding dengan bonus yang tercipta akibat tingginya jumlah kelahiran pada masa lalu (1970-an).
Bayangkan, pada kala itu, rata-rata keluarga Indonesia memiliki jumlah anak antara 5-6 orang, bahkan tidak sedikit keluarga yang memiliki jumlah anak puluhan.
Sebuah fenomena keluarga besar yang berdampak tak kalah besarnya terhadap dinamika penduduk di Indonesia.
Pada kala itu, Indonesia mengalami peristiwa kelahiran bayi yang tinggi atau disebut baby boom. Tak tanggung-tanggung, baby boom menyebabkan pertambahan penduduk yang ekstrem selama kurun waktu 20 tahun.
Pada 1950 jumlah penduduk Indonesia berjumlah 77,2 juta menjadi 118 juta pada 1970, atau bertambah sebesar 36 juta (Darwin, 2010).
Menyikapi kejadian tersebut, pemerintah Indonesia pada 1970-an mulai menerapkan Program Keluarga Berencana (KB) untuk tujuan membatasi angka kelahiran.
ADVERTISEMENT
Alhasil berkat kerja keras dan kerja sama yang baik antar semua pihak, Program KB yang dijalankan berhasil menurunkan angka kelahiran menjadi 2,4 pada 2000, dari 5,6 pada 1970 (Darwin, 2010).
Jadi, Apa Itu Bonus Demografi?
Keberhasilan Program KB yang diikuti dengan peningkatan fasilitas dan pelayanan kesehatan, telah terbukti dapat menurunkan angka kelahiran bayi di Indonesia.
Namun demikian, meskipun angka kelahiran bayi menurun, jumlah bayi yang dilahirkan setiap tahunnya masih terbilang cukup besar, yaitu berkisar 4 sampai 5 juta bayi per tahun (Adioetomo, 2018).
Pada sisi lain, kesempatan hidup sehat dan lama penduduk Indonesia juga semakin meningkat. Akibatnya terjadi peningkatan angka harapan hidup yang otomatis menurunkan angka kematian.
Dampaknya, jumlah bayi yang dilahirkan masih banyak, tumbuh sehat sampai remaja dan menjadi penduduk usia produktif (15-64 tahun), sehingga menciptakan proporsi penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia non produktif (usia < 15 tahun dan Usia > 64 tahun), kondisi inilah yang kemudian disebut dengan istilah bonus demografi.
ADVERTISEMENT
Kapan Terjadinya?
Para ahli memprediksi bonus demografi akan terjadi antara tahun 2015-2020 (Syarief, 2010), dan menurut Adioetomo (2018), puncaknya diperkirakan terjadi pada 2020-2035, yang ditandai dengan rendahnya angka beban tanggungan.
Jadi, dirasakan atau tidak, saat ini kita tengah berdampingan atau tercebur dalam bonus demografi. Ya, kita tengah mendapatkan bonus, yakni bonus demografi.
Apa buktinya? Berdasarkan sensus penduduk 2020, jumlah penduduk usia produktif di Indonesia saat ini mencapai 70,72 persen.
Data ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa jumlah penduduk usia produktif di Indonesia telah jauh lebih besar dibandingkan non-produktif, dan itu artinya fix, kita sedang berada dalam kondisi bonus demografi.
Mengapa Disebut Bonus?
Sama halnya ketika mendapatkan sebuah bonus atau voucher belanja, maka persepsi kita, itu adalah sebuah hadiah yang harus dinikmati, dirayakan dan kita senang.
ADVERTISEMENT
Begitu pun dengan bonus demografi, disebut bonus karena pada satu sisi terselip harapan bahwa banyaknya jumlah penduduk usia produktif akan mampu membawa keuntungan bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebab, pada puncak bonus demografi 2030, angka beban tanggungan diprediksi akan mencapai 46/100, yang berarti setiap 100 pekerja produktif berkemungkinan memiliki tanggungan 46 orang kelompok usia non produktif (Adioetomo, 2018).
Jika dikonversi pada tingkat keluarga, asumsinya setiap dua orang usia produktif akan menanggung satu orang usia non produktif atau bahkan kurang.
Sedikitnya beban tanggungan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia, karena dapat membuat aliran pendapatan menjadi lebih optimal, seperti untuk investasi, tabungan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan lain sebagainya.
Semakin banyak penduduk usia produktif, maka akan semakin tinggi produktivitas kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan upah dan kesejahteraan keluarga, pada skala yang lebih luas akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia akan semakin baik yang berujung pada perbaikan tingkat perekonomian Indonesia di masa depan.
Tantangan
Namun pada sisi lain, bonus demografi memberikan tantangan yang patut diwaspadai. Sebab, jumlah penduduk produktif yang besar, tidak otomatis berdampak pada perbaikan kualitas hidup dan perekonomian bangsa.
Pada zaman Romawi dan Yunani kuno, jumlah penduduk yang besar mungkin sangat berguna untuk kepentingan kekuatan perang. Namun, saat ini dunia telah merdeka dan bebas. Pemenang bukan hanya didominasi oleh kekuatan, namun justru kecerdasan/intelektual dan keterampilan.
Apalah artinya jumlah penduduk usia produktif yang banyak jika tidak diimbangi dengan kualitas (keterampilan hard skil dan soft skill). Terlebih lagi saat ini, angka pengangguran di Indonesia banyak terjadi pada lulusan pendidikan tinggi (SMA ke atas).
ADVERTISEMENT
Bahkan jenis pekerjaan sektor informal yang selama ini banyak dilakukan oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan rendah, telah banyak dimasuki oleh pekerja terdidik.
Kondisi ini memberikan nasihat kepada kita, bahwa bonus demografi tidak hadir dengan cuma-cuma bak bonus yang bisa kita nikmati begitu saja. Ia hadir membawa tantangan yang harus dipecahkan secara bersama-sama.
Pada satu sisi pemerintah diharapkan menyiapkan lapangan kerja layak, menyederhanakan urusan administrasi dan birokrasi usaha, memberikan insentif serta membuat aturan yang melindungi pekerja dan pelaku usaha di Indonesia.
Pada sisi lain, kita sama-sama membekali diri dengan berbagai keterampilan khususnya yang relevan dengan dunia kerja saat ini. Jangan malu dan sungkan untuk belajar dari siapa pun dan kapan pun, sebab keberhasilan bukan milik orang-orang pintar namun milik orang yang tak berhenti ikhtiar yang tentunya disertai do’a.
ADVERTISEMENT
Referensi
Adioetomo, Sri Moertaningsih. 2018. Bonus Demografi dan Jendela Peluang Meletakkan Dasar Pembangunan Manusia. Dalam Adioetomo, Sri Moertaningsih & Pardede, Elda Luciana. Editor. Memetik Bonus Demografi Membangun Manusia Sejak Dini. Depok: Rajawali Pers.
Darwin, Muhajir. 2010. Relevansi Kependudukan dalam Pembangunan di Era Governance. Dalam Darwin, Muhajir. Editor. Dinamika Kependudukan dan Penguatan Governance. Yogyakarta: Media Wacana.
Syarief, Sugiri. 2010. Program Kependudukan dan KB bagi Pembangunan Bangsa. Dalam Darwin, Muhajir. Editor. Dinamika Kependudukan dan Penguatan Governance. Yogyakarta: Media Wacana.