Konten dari Pengguna

Etiket Berkomunikasi Via Handphone

Mugniar
Seorang ibu yang tinggal di Makassar dan menemukkan passion-nya dalam dunia menulis sebagai blogger dan digital creator. Awalnya tergerak menulis sebagai catatan harian tahun 2001, mulai ngeblog 2006, lalu jatuh cinta hingga sekarang dan nanti.
24 September 2023 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mugniar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi balas chat. Foto: leungchopan/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balas chat. Foto: leungchopan/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sudah lama saya tidak membaca artikel tentang etiket ketika artikel dari majalah tua yang membahas Etiket Berkomunikasi Via Handphone menarik perhatian saya. Artikel tersebut berjudul Cukup Lima Menit! Kalau Ingin Bertelepon Genggam. Artikel tersebut dimuat di majalah Matra nomor 135 edisi Oktober 1997.
ADVERTISEMENT
Buat yang asing dengan istilah ETIKET, istilah ini bermakna tata cara (adat sopan santun, dan sebagainya) dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusianya (bisa cek di KBBI).
Dalam artikel berjudul Cukup 5 Menit! Kalau Ingin Bertelepon Genggam ini memuat arahan dari pakar etiket – Ibu Mien Uno yang kala itu menjabat sebagai direktur Sekolah Pengembangan Pribadi John Robert Powers.
Menurut Ibu Mien, merupakan suatu kendala yang kerap kita jumpai di Indonesia ada orang tak memanfaatkan telepon genggam sebagaimana mestinya. Ponsel dijadikannya alat untuk mengobrol, bergosip, dan berbicara di tempat umum dengan suara keras yang dihidupkan dalam jam formal dan sebagainya.
Perilaku-perilaku ini menurut Ibu Mien Uno tidak sesuai dengan sopan santun maupun manfaat yang seharusnya. Ibu Mien Uno kemudian memberikan tips bertelepon genggam sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bila menghubungi orang penting, ketahui dengan pasti apakah boleh langsung menghubungi tokoh itu bila anda sudah memiliki nomor teleponnya? Sebaiknya tetap saja menghubungi dulu asistennya atau sekretarisnya. Dengan demikian si tokoh lebih siap saat menerima dan membicarakan masalah yang akan Anda utarakan. Pada saat berbicara Anda boleh menanyakan apa Anda diperbolehkan olehnya untuk menghubungi langsung di lain kesempatan tanpa perantaraan asisten atau sekretaris kalau-kalau ada sesuatu yang benar-benar penting.
Majalah tua yang sudah hilang sampulnya. Lama-kelamaan bisa rusak. Isinya perlu "diselamatkan".
Menurut Ibu Mien Uno, handphone tanpa diikuti pengetahuan menggunakan sama saja dengan bersantap di sebuah jamuan resmi tanpa tahu aturan mainnya. Dengan demikian pengetahuan tentang tata cara amat perlu untuk menghindari sikap keliru yang justru bisa membuat malu.
Nah, bagaimana menurut kalian? Sepakatkah dengan hal-hal di atas? Jika ya atau tidak, pada bagian mana tidak sepakatnya?
ADVERTISEMENT