Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Stoik Seperti Gudetama
30 Juli 2023 21:08 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Abdul Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemarin malam, saya duduk di depan meja, menatap layar laptop dengan rasa bosan yang luar biasa. Pikiran saya terombang-ambing dalam gelombang stres, kesibukan, dan kekhawatiran sehari-hari. Rasanya seperti hidup dalam kekacauan tanpa ujung. Lalu, seketika, saya teringat sosok kartun yang telah menjadi simbol ketenangan dalam kegundahan: Gudetama.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut membuat saya berpikir mengapa tidak mencoba menjadi sosok seperti Gudetama? Menghadapi segala sesuatu dengan sikap tenang, menerima keadaan dengan lapang dada, tanpa harus terlalu khawatir atau stres dalam menjalani hidup.
Santai Saja, Hidup Sudah Diatur
Berpikir seperti Gudetama, kita bisa mengambil pesan untuk rileks dan melepaskan segala ketakutan akan masa depan. Seperti telur puyuh yang beristirahat nyaman dalam cangkirnya, terimalah kenyataan bahwa hidup sudah diatur sebaik mungkin.
ADVERTISEMENT
Jangan terlalu larut dalam kecemasan dan biarkan kehidupan mengalir dengan ritme sendiri. Tidak perlu terburu-buru dalam mencapai sesuatu. Alam semesta tidak pernah terburu-buru, tetapi semuanya tercapai.
Dalam menjalani hidup sering kali kita lupa untuk menikmati proses yang sedang kita jalani, manusia acapkali terlalu fokus kepada hasil akhir saja. Ketika hasil akhir tidak sesuai dengan harapan dan ekspektasi, manusia lupa akan proses yang sedang membentuk dirinya. Jadi, santai saja hidup sudah diatur. Tugas kita hanyalah berusaha semampunya dan terus berdoa.
Menolak Perfeksionisme
Siapa bilang hidup harus selalu sempurna? Gudetama mengajarkan bahwa kebahagiaan terkadang ditemukan dalam ketidaksempurnaan. Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri untuk mencapai standar perfeksionisme yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Nikmati momen kebahagiaan sederhana dan pelajari untuk menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ketidaksempurnaan dan kesederhanaan adalah dua hal yang seringkali dianggap negatif oleh banyak orang.
Kita hidup dalam masyarakat yang terobsesi dengan citra sempurna dan kekayaan material, sehingga seringkali kita merasa tertekan untuk mencapai standar yang tinggi dan selalu berusaha tampil sempurna. Namun, sebenarnya, ketidaksempurnaan dan kesederhanaan adalah dua aspek kehidupan yang dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Dalam kehidupan ini, tak seorang pun sempurna. Kita semua memiliki kelemahan, kekurangan, dan masa-masa sulit dalam perjalanan hidup kita. Namun, justru dari ketidaksempurnaan itulah kita belajar dan tumbuh.
Setiap kesalahan dan kegagalan adalah pelajaran berharga yang membentuk karakter dan membuat kita lebih bijaksana. Jangan takut untuk gagal, karena setiap langkah yang diambil membawa kita mendekati kesempurnaan diri yang sejati.
ADVERTISEMENT
Sikapi Tantangan dengan Candaan
Meski dihadapkan pada tantangan, Gudetama selalu mampu menyikapinya dengan candaan dan senyuman yang khas. Belajarlah untuk menghadapi hambatan dengan sikap ringan dan santai. Tertawalah atas kesalahan dan belajarlah dari pengalaman. Dengan begitu, hidup akan terasa lebih menyenangkan.
Kehidupan sering kali membawa kita pada ujian dan cobaan yang tak terduga. Entah itu persoalan dalam pekerjaan, masalah pribadi, atau tantangan dalam hubungan, cobaan datang dan pergi bagaikan gelombang di lautan kehidupan.
Ketika menghadapi cobaan, kita sering merasa tertekan, gelisah, bahkan putus asa. Namun, ada satu sikap yang dapat menjadi pilar kekuatan dalam mengarungi badai cobaan, yaitu "santai."
Sediakan Waktu untuk Bersantai
Seperti Gudetama yang senang berbaring dengan mata tertutup, jangan lupakan pentingnya waktu untuk bersantai dan merenung. Sesibuk apa pun kehidupanmu, jangan ragu untuk mengistirahatkan diri dan melepaskan beban.
ADVERTISEMENT
Memiliki waktu untuk diri sendiri adalah keharusan untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional. Kehidupan modern seringkali penuh dengan kegiatan dan tuntutan yang tak kenal henti. Dalam upaya mengejar berbagai tujuan dan tanggung jawab, kita seringkali melupakan satu hal yang sangat penting, yaitu istirahat. Padahal, istirahat adalah kunci untuk menjaga keseimbangan fisik, mental, dan emosional kita.
Memberi diri waktu untuk istirahat bukanlah tanda kelemahan. Sebaliknya, itu adalah tanda perawatan diri yang bijaksana. Dengan memberikan diri kita waktu untuk istirahat, kita dapat menghadapi kehidupan dengan lebih baik, lebih bahagia, dan lebih produktif
Tentu saja, menjadi seperti Gudetama bukan berarti kita harus sepenuhnya mengabaikan tanggung jawab dan kewajiban kita. Namun, mengadopsi sikap Gudetama ini dapat membantu mengurangi beban pikiran dan meredakan stres.
ADVERTISEMENT
Keheningan dalam pikiran kita menghadirkan ketenangan dalam hati. Saat segala sesuatu berubah dengan cepat, seperti arus lautan yang tak pernah berhenti, mengapa tidak berhenti sejenak dan menjadi seperti Gudetama? Biarkan pikiran kita menjadi hening, biarkan kegelisahan berlalu begitu saja.
Menjadi seperti Gudetama mengajarkan kita untuk menjalani kehidupan dengan lapang dada. Menerima keadaan seadanya, tanpa perlu terlalu ambisius atau memaksakan diri. Kita bisa belajar untuk lebih menghargai momen-momen kecil dalam hidup, menikmati secangkir teh hangat di sore hari atau naik motor muter ringroad sambal nyanyi sekeras mungkin pada malam hari.
Menjadi seperti Gudetama bukan berarti hidup tanpa perasaan, tetapi tentang menerima hidup dengan lapang dada dan penuh ketenangan. Jadikan Gudetama sebagai teladan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan lika-liku.
ADVERTISEMENT
Berpikir santai, menolak perfeksionisme, menghadapi tantangan dengan candaan, dan memberi waktu untuk bersantai adalah kunci untuk hidup lebih bahagia dan tenang. Ingatlah setiap manusia berjalan di garis edarnya masing-masing.