Konten dari Pengguna

Atas Nama Tuhan

Muhammad Areev
Pegiat Media Sosial, Pengagum Gus Baha, Pecandu Sepakbola, Penulis di www.muhammad-areev.blogspot.com
30 Mei 2024 18:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Areev tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peace. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Peace. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Agama seharusnya menjadi cahaya penerang bagi kemanusiaan, membimbing umat ke jalan kebaikan dan kedamaian. Namun, sayangnya, tidak sedikit agamawan yang justru menggunakan agama sebagai tameng untuk memanipulasi, mengeksploitasi, bahkan melecehkan para pengikutnya, dengan dalih bahwa tindakan mereka dilakukan atas nama Tuhan.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah, kita telah menyaksikan bagaimana agamawan menggunakan otoritas mereka untuk menindas dan menyalahgunakan kekuasaan. Mereka menafsirkan ajaran agama sesuai dengan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya menjadi inti dari setiap agama.
Salah satu bentuk eksploitasi yang kerap terjadi adalah penggunaan agama untuk membenarkan tindakan kekerasan dan diskriminasi. Banyak konflik dan peperangan telah terjadi dengan dalih membela agama atau melawan kaum "kafir". Agamawan radikal menghasut para pengikut mereka dengan menanamkan kebencian dan rasa superioritas, menyalahartikan ajaran agama untuk membenarkan tindakan kekerasan dan pembunuhan.
Selain itu, eksploitasi juga kerap terjadi dalam bentuk penyalahgunaan kekayaan dan sumber daya organisasi keagamaan. Agamawan yang seharusnya menjadi teladan dalam kesederhanaan dan kejujuran justru hidup dalam kemewahan, menghambur-hamburkan harta yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umat. Mereka memanfaatkan kepercayaan para pengikut untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya.
ADVERTISEMENT
Tidak kalah memprihatinkan, beberapa agamawan bahkan melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap pengikutnya, terutama kaum wanita dan anak-anak yang rentan. Mereka menggunakan dalih bahwa tindakan tersebut adalah "kehendak Tuhan" atau bagian dari ritual keagamaan. Ini merupakan penghinaan yang sangat besar terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan agama itu sendiri.
Di Indonesia, Herry Wirawan pemerkosa 13 santri perempuan menjadi korban kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan Herry Wirawan, pengampu suatu pondok pesantren di Bandung, Jawa Barat, sejak 2016 hingga 2021. Para santri yang menjadi korban kekerasan seksual rata-rata berusia 13-16 tahun, dengan beberapa di antaranya telah melahirkan bayi.
Di Korea, Jeong Myeong-seok pada tahun 1945 mendirikan sebuah gerakan keagamaan yang bernama The Providence, kemudian dikenal dengan nama Jesus Morning Star (JMS) dengan pengikut yang banyak.Ia memperkosa lebih dari 100 pengikutnya atas nama Tuhan.
ADVERTISEMENT
Di India tahun 2013 Baba Ram Rahim Singh, seorang guru spiritual dari Distrik Sirsa dipenjara 20 tahun akibat memerkosa muridnya hingga pengikutnya membuat kerusuhan dan menewaskan 38 orang dan ratusan lain luka-luka.
Mengapa semua ini bisa terjadi? Salah satu faktor utamanya adalah kurangnya pendidikan dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama yang sebenarnya. Banyak pengikut yang terlalu mudah percaya pada klaim agamawan tanpa mempertanyakan atau menggali lebih dalam. Mereka menerima begitu saja tafsiran agamawan tersebut, tanpa memahami bahwa tafsiran tersebut mungkin telah disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Selain itu, faktor kemiskinan dan ketidakberdayaan juga menjadi alasan mengapa banyak orang mudah terpengaruh dan dieksploitasi oleh agamawan. Ketika seseorang hidup dalam kemiskinan dan tidak memiliki akses pendidikan yang layak, mereka akan lebih mudah terjebak dalam lingkaran eksploitasi, dengan harapan mendapatkan keselamatan atau janji-janji palsu yang ditawarkan oleh agamawan tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari semua pihak. Pertama, pendidikan agama yang benar dan komprehensif harus diberikan kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda. Mereka harus diajarkan untuk memahami ajaran agama secara utuh, bukan hanya sekadar ritual atau tafsiran sepihak dari agamawan tertentu.
Kedua, penegakan hukum yang tegas harus dilakukan terhadap agamawan yang melakukan tindakan eksploitasi dan pelecehan. Mereka harus diproses secara hukum dan diberikan hukuman yang setimpal, tanpa pandang bulu. Ini akan menjadi peringatan bagi agamawan lain untuk tidak melakukan tindakan serupa.
Ketiga, masyarakat harus diberikan kekuatan dan kemandirian, baik secara ekonomi maupun sosial. Dengan demikian, mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh janji-janji palsu atau eksploitasi dari agamawan yang mengatasnamakan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan dan kasih sayang, bukan alat untuk menindas atau mengeksploitasi sesama manusia. Agama sejati mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan bagi semua.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menolak segala bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan yang dilakukan atas nama Tuhan. Hanya dengan demikian, agama dapat benar-benar menjadi cahaya penerang bagi kemanusiaan.