Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sang Teknokrat Pertanian dari Desa Cisampih
3 Juli 2024 13:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Fathan Insanulkamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kolang-Kaling merupakan sajian segar dari buah pohon aren.
Pengambilan dan pengupasan buah kolang-kaling yang masih sederhana terkadang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. Siapa sangka, teknologi unik yang diciptakan dapat membawa manfaat pada masyarakat luas. Hal ini dilakukan oleh Wahyu, seorang petani Kolang-Kaling asal Desa Cisampih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang.
ADVERTISEMENT
Jemari terampil Wahyu mulai memotong buah Kolang-Kaling yang telah direbus selama 30 menit lamanya. Alat pengupas kolang-kaling ciptaan Wahyu dapat menjepit sekaligus mengeluarkan buah kolang-kaling dari kulitnya hanya dalam hitungan detik. Proses yang biasanya dilakukan dalam hitungan puluhan menit dapat dibuatnya menjadi singkat.
Lewat wawancara langsung dengan Wahyu, pada Minggu, 30 Juni 2024. Ia menjelaskan alasan utama ia ingin menjadi petani adalah menjadi seseorang yang terbaik yang bisa ia lakukan. “Ya alhamdulillah, untuk pekerjaan saya menjadi petani itu adalah yang terbaik yang bisa saya lakukan, walau saya tidak bisa mendapatkan pendapatan yang lebih, tapi saya tetap berusaha yang terbaik.”
Kelihaian Wahyu dalam memilih buah kolang-kaling muda juga patut diacungi jempol. Pasalnya, kolang-kaling Desa Cisampih terkenal kenyal dan rasa manis yang khas jika dibandingkan dengan produksi kolang-kaling dari desa lain di Jatigede. Kolang-kaling yang berasal dari Desa Cisampih hasil produksi rumahan Wahyu sudah menyebar ke berbagai kota, termasuk Jakarta dan Bandung. Bahkan buah kolang-kaling juga dalam proses perencanaan penjualan ke Pulau Sumatera.
ADVERTISEMENT
Sejak 1994 Wahyu menekuni profesinya sebagai petani kolang-kaling.
Wahyu memanen buah kolang-kaling dari pohon aren yang tumbuh secara alami di hamparan sawah Desa Cisampih. Menurutnya, kolang-kaling selalu laku di bulan suci Ramadhan, tetapi sekarang kebutuhan pasar yang tinggi membuatnya terus melakukan produksi rumahan buah kolang-kaling.
Efektifitas dan efisiensi adalah dua kata kunci yang ditekankan oleh Wahyu dalam membuat alat pengupas kolang-kaling. Petani kolang-kaling seringkali harus masuk ke hutan untuk menaiki pohon aren dan mengambil buahnya secara manual. Proses pemisahan buah dengan batangnya memakan tenaga yang cukup melelahkan. “Itu seharian kita ngeprek-ngeprek (memukul-mukul) batangnya, bisa panen keringat dalam satu hari”
Awalnya Wahyu hanya menggunakan pisau sebagai alat untuk pengupas buah kolang-kaling dari kulitnya. “Satu irisan, dua irisan, tiga irisan, kok jigana (kayanya) lama prosesnya, keamanannya juga tidak takut teriris.” Permintaan pasar yang meningkat membuat Wahyu berinovasi dengan menggunakan alat jepitan bambu yang dibuatnya menjadi dua tingkatan. Tingkatan pertama merupakan penjepit dan tingkatan kedua merupakan mata pisau nya. Pemindahan buah dari tingkat pertama ke tingkat kedua pada awalnya masih dilakukan secara manual.
ADVERTISEMENT
Kemudian Wahyu mendapatkan masukan dari beberapa rekannya, bahwa Alat yang diciptakannya jauh lebih berbahaya dibandingkan pisau. Akhirnya, setelah beberapa kali melakukan ujicoba, Wahyu berhasil menciptakan alat yang jauh lebih sederhana namun ternyata jauh lebih bermakna untuk mengupas buah kolang-kaling secara efektif dan efisien.
Alat yang dibuat oleh Wahyu dibuat berbentuk seperti staples berukuran cukup besar. Di ujungnya ditempelkan mata pisau dan engsel agar buah kolang-kaling dapat terlepas dengan mudah dari kulitnya. Wahyu tidak menyangka, alat pengupas yang ia ciptakan mengantarkannya bertemu Gubernur Jawa Barat saat itu, Ridwan Kamil. Inovasi yang ia ciptakan berhasil memenangkan penghargaan Juara Favorit kategori Teknologi Tepat Guna (TTG) di Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) XXIII..
ADVERTISEMENT
Tentu kesuksesan dari alat tersebut mendapatkan atensi lebih dari masyarakat setempat juga pejabat daerah, Wahyu menjelaskan bahwa alat tersebut pernah dijual secara komersial ke masyarakat, ia juga sudah mendaftarkan alat tersebut ke HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual. Namun, tetap saja ada oknum yang berusaha meniru alat tersebut. Kini, ia lebih mengutamakan kepentingan pribadi terlebih dahulu. Mengupas kolang-kaling dengan alat yang diciptakan olehnya.
Wahyu menjelaskan bahwa peran pemerintah masih kurang dominan dalam menyukseskan pengembangan alat pengupas kolang-kaling. “Kalaupun memang pemerintah memerhatikan warga dan masyarakat, dibutuhkan pelatihan dalam pemasaran produk dan permodalan alat agar (alat) bisa berkembang.” tutur Wahyu.” Ia berharap alat pengupas kolang-kaling yang ia ciptakan dapat menjadi langkah awal bagi industrialisasi pertanian di Indonesia dan Jawa Barat.
ADVERTISEMENT