Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ego dan Keterkaitannya terhadap Islam dan Kesehatan
31 Oktober 2024 16:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Firooz Zhorif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari zaman ke zaman, bahasan mengenai ego tidak ada habisnya. Ego yang kita kenal dapat diartikan sebagai sebuah hasrat untuk mementingkan diri sendiri. Munculnya ego seseorang tentunya akan menyebabkan orang lain merasa tidak dihargai, merasa risih, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Akan tetapi, apakah kalian tahu apa itu ego? dan bagaimana ego dapat muncul di dalam diri seseorang?
ADVERTISEMENT
Ego biasa dijadikan sebagai sebuah kata acuan untuk mengarah pada sifat atau hasrat ingin menang sendiri. Ego berasal dari kata “Egois” yang berarti selalu tentang saya, saya, dan saya. Sifat tersebut merupakan sifat yang berbahaya bagi seorang manusia apabila dia memilikinya. Sesuai yang difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Q.S. Al-Mu’minun: 71.
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.”
Dalam gambaran tersebut, begitu bahayanya sifat ingin menang sendiri. Seorang manusia pada dasarnya diciptakan memiliki hawa nafsu, dari hawa nafsu itulah seseorang dapat timbul sifat ingin menang sendiri. Akan tetapi, justru hal itulah yang seharusnya menjadi pemicu semangat ibadah kita agar senantiasa mengelola serta menjaga hawa nafsu, sesuai syari’at yang telah diperintahkan oleh-Nya.
ADVERTISEMENT
Adapun hadits yang menyatakan bahwa egois merupakan sebuah sifat yang dapat menimbulkan keburukan. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dijelaskan, Rasulullah SAW bersabda, “Hati-hatilah kamu terhadap sifat mementingkan diri sendiri, karena sifat itu adalah penyebab kehancuran orang-orang sebelum kalian.” Dapat diambil kesimpulan, bahwasannya sikap egois tidak dapat dibela sebagai sebuah sifat naluriah seorang manusia.
Egois dalam perspektif psikologis biasanya identik dengan orang-orang yang mempunyai masa lalu atau orang-orang di sekitarnya yang tidak peduli terhadapnya, sehingga dia merasa kesepian dari waktu ke waktu. Orang-orang tersebut melampiaskan rasa kesepiannya dengan cara menjadi pribadi yang egois sesuai dengan kadar kesepian seorang tersebut. Apabila menurut perspektif sosial, sifat egoisme ini dapat menyebabkan berbagai konflik. Orang tersebut seringkali mengabaikan pendapat orang-orang disekitarnya, sehingga dapat menimbulkan ketegangan yang berujung perpecahan.
ADVERTISEMENT
Di dalam dunia kesehatan, egois tidak banyak berpengaruh, misalkan pada sisi psikologis atau kejiwaan. Seseorang yang biasanya mementingkan dirinya sendiri akan rentan dijauhi oleh teman-temannya, sehingga seiring berjalannya waktu, seseorang tersebut tidak mempunyai teman yang akan menyebabkan kondisi psikisnya merasa kesepian. Seseorang yang kesepian dapat berujung pada depresi, anxiety, atau bahkan mengakhiri hidupnya.
Lantas bagaimana cara seseorang dapat keluar dari lingkaran keegoisan? Lingkaran keegoisan dapat di atasi dengan berbagai cara. Cara yang pertama adalah refleksi diri dengan meluangkan waktu untuk merenung tentang tindakan yang telah kita lakukan. Yang kedua, yaitu mempraktikkan empati dengan mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu sebelum kita melakukan sesuatu. Yang ketiga adalah sering melakukan sebuah kontribusi kepada masyarakat sekitar, ini berpengaruh pada aspek tolong-menolong di dalam diri seseorang tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, pengantisipasian dari sikap egois adalah tergantung pada diri seseorang itu sendiri, bagaimana orang tersebut bersikap, berbicara, dan berpikir tentang segala yang telah ia lakukan. Selain itu, ada faktor eksternal yang dapat juga membantu dalam pengantisipasian sikap egois di dalam diri seseorang, seperti pemberian nasihat dari seorang teman dekat, orang tua, ataupun pasangan hidup.