Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahaya Glorifikasi Gangguan Mental
20 Januari 2023 17:56 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Hafizh Kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun hal ini tidak serta merta menghilangkan stigma keliru tersebut, masih banyak orang yang justru menyalahartikan gangguan mental sebagai sesuatu yang romantis, keren bahkan indah. Kita akan dengan mudah menemui berbagai konten di media sosial baik foto ataupun video yang berisikan quotes tentang gangguan mental seperti gambar di bawah ini.
Lalu apakah dampak yang timbul dari hal tersebut?
Bayangkan bila seseorang dengan depresi merasa perlu pertolongan namun ia enggan bercerita pada siapa pun karena takut dianggap sebagai orang yang lebay atau ketika seseorang merasa kesulitan dengan gangguan OCD yang dimilikinya malah dianggap keren oleh orang lain mereka bisa menjadi sangat tertutup dengan dunia sekitarnya dan hal tersebut justru akan menghambat pertolongan yang sebenarnya mereka butuhkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, melakukan glorifikasi pada gangguan mental bisa membuat orang melakukan self-diagnosed yang akan merugikan dirinya sendiri. Menganggap kondisi normal yang dialaminya sebagai sesuatu yang negatif, misalnya saat sedih ia justru menganggap kesedihan tersebut sebagai kondisi depresi dan bisa mengancam kestabilan emosinya padahal kesedihan hadir dengan fungsi tertentu dan memiliki berbagai dampak baik bagi diri manusia.
Daya tahan mental setiap orang memang berbeda-beda, ada orang yang dibentak sedikit langsung merasa rendah diri. Namun jangan sampai menjadikan gangguan mental sebagai label untuk memvalidasi respon kita terhadap sesuatu. Tidak semua orang yang rapi dan suka kebersihan mengidap OCD, tidak semua orang yang bersedih sedang mengalami depresi. Maka carilah informasi mengenai Kesehatan mental lewat sumber terpercaya seperti buku, jurnal, akun sosial media psikolog/psikiater yang kredibel, menghadiri psikoedukasi atau berdiskusi dengan orang yang ahli dalam bidang tersebut.
ADVERTISEMENT
Referensi
Jadayel, R. E., & Medlej, K. (2018). Mental Dissorder; A Glamorous Attraction on Social Media? International Journal of Teaching & Education, 465-476.