Konten dari Pengguna

Feromon Komunikasi Kecoak yang Berbau Apek dan Menyangat

Muhammad Irfan
Mahasiswa Biologi, IPB University - Bioteknologi dan Konservasi
26 Juli 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Irfan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kecoak. Foto : Pixabay (Erik_Karits)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecoak. Foto : Pixabay (Erik_Karits)
ADVERTISEMENT
Kecoak merupakan hewan arthopoda yang mudah sekali ditemui di manapun, bahkan di rumah, dan dianggap sebagai hewan yang menjijikkan. Kecoak sangat menyukai tempat-tempat yang lembap, hangat, dan gelap, seperti lemari makanan, toilet, gudang, sampah, dan di bawah lemari. Tidak jarang orang merasa terganggu dengan kehadiran serangga ini karena munculnya bau yang menyengat dan apek yang dikeluarkan kecoak.
ADVERTISEMENT

Pheromones - Media komunikasi antar Kecoak

Seperti halnya manusia, kecoak juga suka berkumpul bersama dan menarik pasangannya. Tidak seperti kerabat dekatnya, yaitu belalang dan jangkrik, kecoak tidak menggunakan suara sebagai media komunikasinya, melainkan menggunakan sinyal kimia yang disebut feromon sebagai media komunikasi. Sinyal tersebut akan ditangkap oleh indera penciuman kecoak yang tajam.
Pheromones atau feromon merupakan suatu senyawa kimia yang dikeluarkan serangga untuk berkomunikasi dengan serangga lainnya. Feromon bersifat mudah menguap (volatil) dan menimbulkan reaksi dalam konsentrasi yang rendah sehingga baunya dapat tercium oleh manusia. Oleh karena itu, tidak mengherankan kehadiran kecoak bisa dikenali dari aroma feromon.
Setidaknya, kecoak menghasilkan dua jenis feromon, yaitu feromon seksual dan feromon agregasi. Dua jenis feromon ini berperan penting dalam menentukan perilaku kecoak.
ADVERTISEMENT
Feromon seksual merupakan feromon yang diproduksi oleh serangga betina yang berperan menarik serangga jantan untuk datang dan kawin. Feromon ini biasanya dihasilkan secara endogen melalui kelenjar khusus pada serangga. Terdapat dua jenis feromon yang sudah berhasil diisolasi oleh peneliti, yaitu periplanon-A (PA) dan komponen utama periplanon-B (PB).
Sedangkan feromon agregasi merupakan senyawa kimia yang diproduksi agar mengumpulkan kawanan koloni kecoak untuk berkelompok. Feromon agregasi yang dihasilkan akan membantu koloni kecoak untuk menentukan perilaku makan, jadwal kawin, berlindung, ovoposisi (tempat telur), dan peringatan jika ada bahaya.
Perilaku agregasi (berkumpul) setidaknya dimediasi oleh dua jenis sinyal kimiawi, diantaranya senyawa endogen yang dihasilkan oleh serangga melalui kelanjar khusus dan senyawa yang terkandung dalam kotoran. Oleh karena itu, kehadian kotoran kecoak dapat menjadi indikasi kehadiran koloni kecoak.
ADVERTISEMENT
Feromon agregasi yang dilepaskan ke lingkungan sekitar akan dideteksi oleh kecoak lain melalui indra penciumannya yang terletak pada antena kecoak, yang sangat sensitif terhadap senyawa kimia. Proses ini akan memungkinkan koloni kecoak untuk berkomunikasi secara efektif, bahkan dalam keadaan gelap.