Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Islam dan Budaya
2 Oktober 2024 18:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad izza Anil mu'ir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
ADVERTISEMENT
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Pertama yang wajib digaris bawahi adalah Al-Qur’an turun dan Islam datang bukan didalam suatu masyarakat yang hampa budaya. Islam dalam menghadapi budaya masyarakat itu dengan tiga sikap sesuai dengan substansi budaya yang dihadapinya. Ada budaya yang benar-benar ditolak oleh Islam, ada juga budaya yang dapat ditoleransi namun perlu ada perbaikan, ada juga budaya yang benar-benar didukung oleh Islam. Hal ini disebut dalam islam sebagai Ma’ruf.
ADVERTISEMENT
Ma’ruf itu adalah apa yang dianggap baik oleh masyarakat, tetapi tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Apa yang dianggap baik oleh masyarakat itu bisa berubah dan bisa berbeda, budaya di Indonesia tentu akan berbeda dengan budaya masyarakat di Eropa dan di Arab. Bahkan bisa jadi budaya itu berbeda karena perkembangannya, sehingga jikalau dulu pada satu waktu hal itu dianggap baik, bisa jadi dizaman sekarang itu sudah dianggap tidak baik.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa terdapat nilai-nilai dasar dalam Islam yang bersifat fundamental dan tidak boleh berubah, yang berfungsi sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan berbagai budaya yang ada. Oleh karena itu, setiap budaya perlu dianalisis secara seksama untuk menentukan apakah ia bertentangan dengan nilai-nilai dasar Islam atau tidak. Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa toleransi dan penerimaan terhadap keragaman budaya bukan berarti mengorbankan prinsip-prinsip ajaran Islam. Sebaliknya, nilai-nilai dasar tersebut harus menjadi tolok ukur dalam menilai dan memahami budaya lain.
ADVERTISEMENT
Hal ini memungkinkan umat Islam untuk menghargai keragaman tanpa kehilangan identitas dan keyakinan mereka. Dengan pendekatan yang bijak, diharapkan akan tercipta harmoni antara nilai-nilai Islam dan keberagaman budaya, sehingga menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan damai, di mana setiap individu dapat menjalankan keyakinan dan praktik budaya mereka tanpa rasa takut atau tertekan, asalkan tetap dalam koridor yang sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang telah ditetapkan. Al-Quran pun menjelaskan dalam surat Ali Imron ayat 104 yang berbunyi:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
ADVERTISEMENT
Maksud dari kata “Ma’ruf” diatas adalah mengajak kedalam tuntunan Islam yang mungkin belum diketahui. Dalam konteks budaya, dapat diartikan sebagai “perintahkan budaya” karena budaya sudah diakui kebaikannya. Islam juga lahir didalam masyarakat yang sudah memiliki budaya, bahkan pada masa jahiliyyah . Jikalau Ma’ruf ini ditinggal, akan lahir lawannya. Ada ungkapan dari seorang sosiolog islam, jikalau Ma’ruf sudah lama ditinggalkan, maka orang-orang akan menganggapnya mungkar, begitu pun sebaliknya.
Hikmah yang dapat diambil dari pemahaman ayat-ayat diatas adalah pentingnya penghargaan terhadap keragaman budaya dalam konteks nilai-nilai Islam yang universal. Al-Qur'an menekankan bahwa perbedaan suku dan bangsa adalah bagian dari ciptaan Tuhan untuk saling mengenal dan mengajak umat Islam untuk bersikap terbuka dan toleran terhadap budaya lain, selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Konsep Ma'ruf mengajarkan bahwa kebaikan yang diakui oleh masyarakat harus sejalan dengan ajaran Islam, mendorong umat untuk berperan aktif dalam mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran.
ADVERTISEMENT