Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kesan Pertama Bersama Vespa Pertama
22 Mei 2021 21:24 WIB
Tulisan dari Muhammad Rahmawan Sarwoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada zaman sekarang siapa yang tak kenal dengan motor ikonik asal negara pizza bernama Vespa. Lebih dari 70 tahun motor buatan Italia ini berkeliaran di jalanan Indonesia. Kini Vespa klasik bukanlah sekadar alat transportasi. Ada unsur seni, koleksi, dan investasi di dalamnya. Banyak orang yang rela menabung sampai berbulan-bulan untuk mendapatkannya, termasuk saya. Meski begitu, saya yakin tidak akan ada penyesalan setelah saya mendapatkan Vespa tersebut dan tentu saja itu akan menjadi cerita hidup yang penuh warna.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri sudah sejak tahun 2015 mulai ada ketertarikan dengan Vespa. Semua berawal dari ketidaksengajaan mencoba, di mana pertama kali nya saya belajar mengendarai vespa teman saya yaitu Vespa small frame PTS 100. Saat itu saya benar-benar awam dan tidak tau cara mengendarai motor ini. First impression saya setelah mencoba belajar dan akhirnya bisa mengendarai motor tua ini, itu rasanya tenang sekali. Seakan hidup tidak ada masalah. Sejak saat itu juga saya ingin sekali memiliki vespa dan memutuskan untuk mulai menabung.
Alhamdulillah pada tahun 2016 akhirnya saya mendapatkan vespa pertama saya yaitu Vespa PX 150 tahun 1983 yang saya beri nama “Mudi” diambil dari kata moody. Dengan kualitas yang masih bagus, body aman tidak ada keropos, mesin bagus masih bisa diajak jalan jauh, surat-surat lengkap dan akur. Saya mendapatkan nya dengan harga yang bisa dibilang murah saat itu yaitu Rp 5 juta. Saya merawatnya dengan sepenuh hati dan kesabaran, maklum barang tua jangan diperlakukan dengan kasar nanti bisa ngambek, hehe.
ADVERTISEMENT
Sejak naik scooter tua ini banyak yang melirik saya, benar apa kata orang kalau kita naik vespa pasti tingkat kegantengan kita naik drastis (padahal yang dilirik adalah motor nya). Dan ada hal baru yang saya temui semenjak punya vespa, yaitu saling tegur sapa dan tolong menolong antar sesama. Padahal kita tidak kenal atau belum pernah bertemu sama sekali siapa scooterist yang menyapa kita dengan ramah dan menolong kita ketika kita sedang mogok di jalan. Heran bukan?
Persaudaraan adalah esensi dari mengendarai atau memiliki motor ini. Kalau ada vespa mogok di jalan biasanya pengguna vespa lain akan berhenti dan menolongnya, mereka pasti menanyakan, "vespanya kenapa mas?" nah di situ lah kita bisa melihat betapa hangat nya persaudaraan antar sesama scooterist. Jika kehabisan bensin, pasti akan bantu didorongkan vespa nya sampai ke pom bensin, istilah katanya "disetut". Begitupun jika ada masalah pada mesin yang mengharuskan nya membawa ke bengkel pasti akan di setut juga. Tapi uniknya anak vespa itu dia sudah menyiapkan kunci-kunci dan juga sparepart cadangan untuk memperbaiki di jalan.
ADVERTISEMENT
Saya pun bertanya-tanya, "Kok masih ada ya zaman sekarang orang yang mau membantu orang lain yang tidak dikenal dengan ikhlas dan tulus tanpa pamrih?”
Setelah saya sadari, ternyata kebaikan, keikhlasan, ketulusan, dan kemauan antar-scooterist untuk saling tolong menolong itu muncul dengan sendirinya. Di mulai dari kita sendiri merawat Vespa tersebut, kita tau betapa susah nya dan sabar nya kita menjaga kendaraan tua itu sehingga rasa sayang untuk menjaga dengan ikhlas dan tulus itu muncul dengan sendirinya. Ketika kita melihat scooterist lain yang mogok di jalan pasti kita akan membantu nya karna kita ingin pemilik tersebut terus merawatnya dengan sabar bagai anaknya sendiri dan yang pasti dengan penuh “cinta”.
Banyak nilai positif yang bisa diambil dalam bervespa. Dari mulai pengalaman kita mendapat banyak pelajaran, kesederhanaan dan kesabaran bagaimana kita menjaga dan merawat barang tua, bahkan nilai sosial juga banyak di temukan dalam bervespa. Dan yang saya suka dari vespa itu adalah slogan nya, “Satu vespa, sejuta saudara.” Maka dengan bervespa, kita semua saudara.