Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kembali pada HUT ke-55 RI, Pesan Presiden Gusdur untuk Indonesia
15 Agustus 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari MT Bara Sakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia seharusnya menjadi momen perayaan atas segala pencapaian yang telah diraih bangsa ini. Namun, di balik kemeriahan dan upacara yang digelar, masih tersimpan berbagai persoalan yang mengiringi perjalanan bangsa. Mulai dari isu ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, ancaman disintegrasi bangsa, hingga polemik terbaru terkait pemakaian jilbab anggota Paskibraka nasional.
Mengingat persoalan yang ada, penting bagi kita untuk sejenak merefleksikan diri di Hari Kemerdekaan ini. Mari kembali ke tahun 2000, tepatnya pada HUT ke-55 Republik Indonesia. Saat itu, Presiden Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gusdur, menyampaikan pidato di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat pada 16 Agustus 2000. Dalam pidatonya, Gusdur menegaskan bahwa "Proklamasi itu sendiri kita maknai sebagai puncak kesepakatan bangsa Indonesia untuk mewadahi kehidupan bersamanya melalui pembentukan sebuah negara kebangsaan."
ADVERTISEMENT
Pesan yang disampaikan Gusdur ini begitu dalam dan relevan hingga saat ini. Dari kutipan tersebut, setidaknya terdapat dua dimensi penting yang bisa kita refleksikan. Pertama adalah dimensi penghormatan kepada para Founding Fathers. Kita diingatkan bahwa Indonesia hari ini adalah hasil dari proklamasi kemerdekaan melalui perjuangan panjang yang dipimpin oleh para pendiri bangsa. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjaga dan menghormati warisan mereka
Dimensi kedua adalah persatuan. Proklamasi bukan hanya sekadar pengumuman kemerdekaan, tetapi juga merupakan puncak kesepakatan untuk hidup bersama dalam bingkai Indonesia. Presiden Gusdur menekankan pentingnya persatuan sebagai landasan utama dalam menjaga keberlangsungan Indonesia. Persoalan yang kita hadapi saat ini, termasuk isu-isu yang menyentuh aspek sosial dan kultural, harus diselesaikan dengan mengedepankan semangat persatuan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks polemik pemakaian jilbab pada Paskibraka nasional, kita perlu kembali pada nilai-nilai yang telah disepakati bersama. Persoalan identitas dan budaya seharusnya tidak menjadi pemecah, melainkan memperkaya keberagaman yang ada dalam bingkai persatuan Indonesia. Nilai-nilai kebangsaan dan kebersamaan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa harus terus dijaga dan menjadi panduan dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul.
Pada akhirnya, pesan yang disampaikan oleh Gusdur pada HUT ke-55 RI adalah pengingat bagi kita semua untuk senantiasa menghormati para pendiri bangsa dan menjaga persatuan Indonesia. Di tengah segala persoalan yang dihadapi, kita harus tetap teguh pada kesepakatan bersama untuk hidup sebagai bangsa yang satu. Semangat persatuan yang harus terus kita bawa dalam setiap langkah menuju masa depan Indonesia yang lebih baik
ADVERTISEMENT