Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menghargai Akar Budaya: Mengapa Kehadiran Tokoh Adat Penting dalam Kenegaraan?
10 September 2024 7:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad zen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peresmian Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia. Namun, di balik euforia pembangunan, terdapat pertanyaan mendasar mengenai bagaimana kita menghargai warisan budaya dan sejarah bangsa. Ketidakhadiran Raja Kutai dalam upacara tersebut telah memicu diskusi hangat di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kerajaan Kutai Kartanegara, sebagai salah satu kerajaan Hindu-Buddha tertua di Nusantara, memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam membentuk identitas budaya bangsa. Dengan sejarah yang panjang dan kaya, kerajaan ini telah mewariskan nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga saat ini. Bukti fisik dari kejayaan kerajaan ini masih dapat kita lihat hingga saat ini, seperti prasasti Mulawarman yang merupakan prasasti tertua di Indonesia. Kehadiran Raja Kutai dalam acara sebesar peresmian IKN dapat menjadi simbol penghormatan terhadap sejarah panjang dan warisan budaya bangsa.
Mengapa kehadiran tokoh adat seperti Raja Kutai penting dalam acara kenegaraan? Pertama, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mengakui dan menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Dengan melibatkan tokoh adat, pemerintah secara tidak langsung menyampaikan pesan bahwa pembangunan nasional tidak boleh mengabaikan akar budaya. Kedua, kehadiran tokoh adat dapat memperkuat legitimasi pemerintah di mata masyarakat adat. Ketika masyarakat adat merasa dihargai dan dilibatkan, maka akan tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab bersama dalam membangun bangsa.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, ada berbagai pertimbangan yang melatarbelakangi keputusan untuk tidak mengundang Raja Kutai. Mungkin ada kendala administratif atau protokol yang perlu diperhatikan. Namun, kita perlu menimbang kembali pentingnya melibatkan tokoh adat dalam acara-acara kenegaraan sebagai bentuk pengakuan atas peran mereka dalam membangun bangsa.
Ketidakhadiran Raja Kutai dalam upacara IKN dapat memberikan pesan yang salah kepada generasi muda, yaitu bahwa warisan budaya tidak lagi relevan di era modern. Padahal, justru dengan menghargai dan melestarikan budaya lokal, kita dapat membangun identitas bangsa yang kuat dan bermartabat.
Sebagai perbandingan, banyak negara lain yang lebih aktif melibatkan tokoh adat dalam acara-acara kenegaraan. Hal ini menunjukkan bahwa penghargaan terhadap keberagaman budaya bukan hanya semata-mata nilai tradisional, tetapi juga praktik yang relevan dalam konteks pembangunan modern.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Ibu Kota Nusantara harus menjadi momentum untuk memperkuat identitas nasional kita. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan tokoh-tokoh adat dalam berbagai kegiatan kenegaraan. Dengan demikian, kita dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang menghargai keberagaman budaya dan sejarahnya. Ketiadaan Raja Kutai dalam upacara IKN menjadi sebuah pengingat bahwa kita perlu terus berupaya untuk menyeimbangkan antara pembangunan modern dengan pelestarian nilai-nilai budaya.