Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Akidah Memandu Akhlak, Akhlak Dipandu Akidah
2 Oktober 2023 8:10 WIB
Tulisan dari Muhammad Zidan Ramdani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kalian? Pembahasan ini menjadi penting karena kemerosotan akhlak yang terjadi di zaman sekarang kian meningkat. Era digitalisasi dan globalisasi membuat arus pertukaran sosial budaya semakin membanjiri masyarakat luas. Etika yang berasal dari ufuk Barat, kini mulai merangsang penghuni bagian Timur, begitupun sebaliknya. Kemerosotan akhlak ini mulai menguat saat banyak anak-anak di sekolah yang condong melakukan perilaku tercela seperti; perundungan, tawuran, hingga kekerasan. Tak hanya di sektor pendidikan. Pada pemerintahan misalnya, pada kabinet Indonesia Maju yang akan berakhir tahun 2024 mendatang, terhitung 5 menteri terjerat kasus korupsi dan tak kunjung henti perbuatan zalim itu dilakukan.
ADVERTISEMENT
Lantas, dimanakah letak kesalahannya? Anak-anak sekolah zaman sekarang sudah dibekali sistem pendidikan yang lebih baik jika dibandingkan pendahulunya, para pemangku jabatan pun sebelum dilantik ia bersumpah di bawah kitab suci.
Akidah secara bahasa berarti ikatan yang kuat, landasan, dasar, atau fondasi bangunan. Dengan demikian, secara istilah akidah dapat diartikan sebagai kepercayaan yang dianut oleh orang-orang beriman (yakin/percaya) atau tali yang mengkokohkan hubungan orang-orang beriman dengan Allah Swt. Menurut W. Montgomer, akidah diartikan sebagai salah satu istilah dalam agama Islam yang mengalami perkembangan dalam penggunaannya. Pada fase permulaan, akidah belum digunakan untuk menyebut pokok suatu kepercayaan Islam yang bersumber dari kalimat syahadat (kesaksian tidak ada Tuhan selain Allah dan kesaksian bahwa Muhammad itu utusan Allah). Puncak perkembangannya yaitu saat akidah sudah dipergunakan untuk menunjuk keyakinan dasar dalam Islam secara komprehensif.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pembahasan mengenai pengertian akhlak. Di dalam buku karya Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail (guru besar Akhlak Tasawuf di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang berjudul Kuliah Akhlak Tasawuf, bahwa akhlak secara bahasa dapat diberikan definisi yaitu kebiasaan, karakter, bahasa tubuh, harga diri, dan keteraturan. Jadi, secara kebahasaan kata akhlak mengacu pada sifat manusia secara luas, baik sifat terpuji maupun tercela. Pengertian ini didukung oleh beberapa pakar ilmu. Ibrahim Anis misalnya, ia mendefinisikan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seseorang secara mendalam yang daripadanya muncul perbuatan baik maupun buruk dengan tidak membutuhkan pemikiran dan pertimbangan (sudah menjadi kebiasaan).
Dengan demikian, akidah adalah tali iman yang terikat kuat pada hati, dalam jiwa pribadi seorang muslim yang mengakar, dan menjadi sebab terbentuknya kepribadian muslim yang tercermin pada sikap, baik sikap personal maupun sosial. Maka, bukan penerapan moral maupun akhlak yang harus didahulukan, melainkan pengkokohan akidah yang harus sejak awal ditanamkan. Pada diri umat Islam khususnya, orientasi akidah sudah seharusnya berfokus kepada Allah Swt. Allahu mabda’una, yakni Allah pangkal keberadaan kita, dan Allahu ghayatuna, yakni Allah tujuan hidup kita.
ADVERTISEMENT
Dari landasan akidah yang kuat, hidup dan kehidupan muslim memiliki orientasi hidup yang jelas. Jadi, kepribadian seorang muslim harus terbentuk dari akidah yang kokoh, sehingga akan membuahkan akhlak yang baik. Akidah memandu akhlak, akhlak dipandu akidah. Akidah sebagai akar pohon kepribadian seorang muslim yang menjadi pondasi dari segala pola pikiran dan tingkah laku (termasuk arus globalisasi), dari akar yang kuat akan menghasilkan (terekspresi) akhlak terpuji. Oleh karenanya, seorang muslim tak hanya bersumpah pada mulutnya, tetapi terikat pada hatinya untuk selalu berorientasi kepada Allah Swt. Begitulah Islam sebagai agama universal (rahmatan lil aalamin) mengatur kepribadian hamba-Nya dalam menjalankan kehidupannya.