Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bertumpu pada Anak Muda
3 Maret 2022 11:14 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Muhammad Muchlas Rowi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
INDONESIA ternyata punya banyak talenta muda dengan kemampuan luar biasa. Tak hanya karena mampu menjala ikan dari jernihnya potensi bisnis digital dan memungut kekayaannya sendiri. Tapi juga memberikan sumbangan berarti bagi banyak orang, industri, dan bangsa.
ADVERTISEMENT
Beberapa diantaranya ternyata muncul dari lingkungan BUMN. Perusahaan plat merah yang dalam sekian lama dicap sebagai institusi bisnis dengan karakter kolot dan kurang kompetitif.
Seperti Muhammad Fajrin Rasyid dan Maya Watono. Keduanya baru saja masuk dalam daftar Fortune Top 40 Indonesia.
Selain dikenal sebagai Co-Founder Bukalapak, Muhammad Fajrin merupakan Direktur Bisnis Digital PT Telkom. Usianya baru 34 tahun ketika masuk perusahaan telekomunikasi terbedar di Indonesia ini. Meski begitu, anak muda kelahiran Jakarta ini sukses menyulap Bukalapak menjadi perusahaan rintisan berstatus unicorn di tahun 2017.
Lulus dari Harvard, Fajrin sempat menjadi konsultan di Boston Consulting Group (BSC). Tapi ia keluar tahun 2011 untuk membantu rekan kuliahnya di ITB, Ahmad Zaky mengelola bisnis Bukalapak.
ADVERTISEMENT
Selama 7 tahun, Fajrin berpeluh keringat merombak sistem pembayaran Bukalapak. Saat itu, banyak e-Comerce suka bermasalah dengan sistem pembayaran. Alih-alih banyak penipuan.
Fajrin, Zaky, dan seorang temannya di ITB akhirnya menemukan ide membuat sistem pembayaran yang bisa menjamin keamanan bertransaksi. Tak lama setelah itu, Bukalapak maju pesat. Lalu sukses jadi perusahaan rintisan berstatus unicorn. Fajrin lantas didapuk jadi Presiden Bukalapak.
Mengabdi pada Negara
Setelah berhasil membawa Bukalapak ke puncak kesuksesan, Fajrin ditawari bergabung dengan PT Telkom. Fajrin pun menerima tawaran itu, karena merasa punya kesempatan mengabdi kepada negara.
Fajrin bertekad mengubah wajah bisnis PT Telkom Indonesia. Ia ingin berkontribusi mewujudkan terciptanya transformasi digital pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Lewat tangan dinginnya, kini PT Telkom memiliki sebuah brand baru bernama Leap-Telkom Digital. Leap merupakan wajah baru sekaligus tenda besar beragam produk dan layanan digital Telkom. Tujuannya satu, mengakselerasi digitalisasi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Leap juga merupakan inovator digital yang menghadirkan berbagai solusi dan produk transformatif. Ada banyak produk digital unggulan yang sudah siap diluncurkan. Seperti PaDi UMKM, BigBox, MySooltan, Agree, Logee, Pijar dan produk digital lainnya.
Seperti Fajrin, Maya Watono juga muda usia namun punya segudang pengalaman dan seabreg prestasi. Maya merupakan anak dari pemilik perusahaan biro iklan ternama di Indoneisa, Dwi Sapta Group. Seorang juru foto yang sukses jadi raja iklan selama 35 tahun. Dialah Adji Watono.
Pada 2006, Adji Watono merintis MainAd dan menyerahkan kepemimpinanya kepada anaknya Maya. Inilah karir pertama Maya, setelah lulus dari Universitas of Western Australia. Tak dinyana, wanita kelahiran 12 Mei 1982 ini berhasil membuat MainAd tumbuh pesat.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun kemudian, karena dianggap sukses menangani MainAd, Maya diminta memimpin perusahaan lainnya, DSP Media. Di bawah kepemimpinannya, DSP media tumbuh 5 kali lipat.
Karena selalu moncer ketika dipercaya memegang perusahaan, Maya pun didaulat menduduki jabatan puncak di Dwi Sapta Group. Momen itu berbarengan dengan merger Dwi Sapta dan Dentsu Aegis Network. Inilah merger terbesar sepanjang sejarah periklanan dalam negeri.
Situasi ini membuat Maya dengan mudah membuat Dentsu Indonesia dikenal di kancah periklanan internasional. Maya berhasil membuat perusahaan tersebut tumbuh belipat lipat. Berkat prestasinya, Maya mendapat banyak penghargaan.
Setelah sukses memimpin perusahaan biro iklan ternama, tiba-tiba datang tawaran untuk bergabung dengan perusahaan BUMN. Maya diminta menempati posisi Direktur Marketing PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney.
ADVERTISEMENT
Karena merasa sudah mencapai segalanya, Maya menerima tawaran itu. Pikirnya, itu saat tepat untuk mengabdi pada negara.
Penunjukan Maya Watono sebagai bagian dari direksi InJourney ternyata memberi dampak positif. Tak butuh lama bagi Maya untuk melakukan penyesuaian. Di 100 hari pertamanya, Maya langsung tancap gas dan ikut melakukan perubahan besar. Rebranding TMII adalah salah satu dari sekian karyanya.
Masih segar dalam ingatan, heboh dan viralnya even test Pramusim MotoGP 2022 kemarin di Mandalika. Ternyata, Maya Watono menjadi bagian dari event itu. Keindahan Sirkuit Mandalika yang bakal menjadi lokasi penyelenggaraan MotoGP 2022 ini sukses membuat para pebalap dan penggemarnya di seluruh dunia takjub.
Banyak orang percaya, termasuk saya, Maya Watono bakal membuat banyak terobosan. Memajukan pariwisata Indonesia.
ADVERTISEMENT
Flynn Effect
Ada banyak alasan kenapa Menteri BUMN Erick Thohir berani mendapuk banyak talenta muda untuk menempati posisi puncak di sejumlah perusahaan di bawahnya. Namun yang paling penting bagi ET, anak muda bisa menjadi penggerak transformasi yang dibuatnya.
Erick Thohir sangat yakin, jika anak muda bisa jadi motor penggerak bagi transformasi yang tengah digulirkannnya. Baik secara historis maupun saintis, hampir tidak ada yang menolak hipotesa ini.
Secara historis, kemerdekaan Indonesia adalah buah karya dari anak-anam muda di negeri ini. Meski kita juga tak boleh melupakan peran penting generasi di atasnya.
Sementara dari saintis, ada banyak hasil penelitian yang membuktikan peran penting anak muda bagi kemajuan. Salah satunya yang ditemukan James Flynn, seorang profesor emeretus bidang politik asal Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
Menurut Flynn, IQ manusia rata-rata bertambah 3 poin setiap satu dekade. Penyebabnya, bisa beragam. Mulai dari berkurangnya tingkat penyakit, hingga sistem belajar yang lebih baik. Itulah mengapa anak muda selalu lebih pintar dari para pendahulunya. Inilah Flynn Effect.
Tak heran jika Bung Karno menyebut, “1000 orangtua bisa bermimpi, namun satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” Itu karena anak muda bisa melakukan sesuatu lebih baik dari orangtua.
Berkat Flynn Effect tersebut, transformasi SDM yang dilakukan Erick Thohir dalam BUMN dengan menghadirkan talenta muda di pucuk pimpinan mendapat respon positif dari banyak pihak. Meski saat ini baru 5 persen tercapai dari target 10 persen di tahun 2023.
Apakah semua anak muda punya jaminan mutu. Jawabannya, tentu tidak! Karena seperti kata Erick Thohir sendiri, tantangannya tidak satu. Selain Harta, ada tahta, bahkan wanita. Untuk dua terakhir, jelas anak muda belum selesai. Karena itu kita butuh keseimbangan tua-muda dalam transformasi.
ADVERTISEMENT
Milenial saja tidak cukup untuk membuat sebuah transformasi. Tetap perlu ada sosok-sosok berpengalaman yang bisa memberi contoh positif. Mengarahkan dan menempatkan anak muda sesuai potensi terbaiknya.
Keberlangsungan dan kemajuan Indonesia hari ini dan masa depan ditentukan oleh anak-anak muda. Karena itu dari sekarang, mereka harus diberi kesempatan. Jangan sampai bonus demografi berubah jadi bencana gara-gara kita tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk menempati jabatan-jabatan publik.
Ketika meresmikan BUMN Muda pada Juni 2021 silam, Erick Thohir bilang, bahwa untuk mendorong generasi muda Indonesia terus berkarya maka kita harus memberinya akses.
Menurutnya, potensi generasi muda begitu besar. BUMN bisa jadi wadah buat mereka.
BUMN memang seumpama Klub Rakrasa asal Catalunya, FC Barcelona. Sempat terpuruk gegara mis manajemen. Namun kembali menemukan permainannya.
ADVERTISEMENT
Sepeninggal Messi, Xavi dan Iniesta, Barcelona terlalu bertumpu pada pemain lama, dan terlambat menyiapkan talenta muda. Hingga akhirnya, Xavi Hernandes pulang dan mengubah segalanya.
Xavi berhasil memadukan talenta lama dan talenta muda Barcelona. Xavi memanggil anak-anak muda jebolan La Masia, sekaligus mempertahankan pemain lama seperti Sergio Bosquet, Jordi Alba, Gerard Pique, dan Dani Alves.
Bersama mereka, Xavi ingin melatih sekaligus mengajarkan bagaimana bermain dan memenangkan permainan. Tak sekadar berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi, atau sesekali menjatuhkan lawan. Tapi bagaimana bermain cantik dan menguasai bola lebih lama untuk menciptakan banyak peluang dan kemenangan. [ ]
Muhammad Muchlas Rowi
Komisaris independen PT Jamkrindo
member of IFG