Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Bolos Kuliah: Enggak Kasihan Sama Orang Tua?
24 Maret 2025 11:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rizky Mahfudz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah enggak sih bangun pagi terus ngerasa berat banget buat ke kampus? Rasanya selimut lebih menggoda daripada kursi kelas, dosen cuma ngomong doang, dan toh kuliah bisa dikejar nanti. Sekali bolos enggak bakal ngaruh, kan? Tapi hati-hati. Dari sekali jadi dua kali, lama-lama keterusan. Dan kalau sudah keterusan, kebiasaan itu yang bakal ngancurin masa depan kita pelan-pelan.
ADVERTISEMENT
Kuliah itu enggak sekadar hadir di kelas terus nunggu dosen absen. Bukan juga soal sekadar setor muka biar enggak dicoret dari daftar mahasiswa aktif. Ada ilmu yang harus kita serap, ada pengalaman yang harus kita dapat, ada kesempatan yang harus kita manfaatkan. Setiap jam yang kita habiskan di kelas adalah investasi buat masa depan. Bolos berarti melewatkan kesempatan buat ngerti lebih banyak, buat bertanya, buat diskusi, buat tahu hal-hal yang enggak ada di buku. Sekali kita skip, kita ketinggalan. Dan jangan mimpi semua bisa dikejar dengan fotokopian materi yang asal diambil dari temen.
Kita sering enggak sadar kalau kebiasaan buruk itu datangnya perlahan. Enggak ada orang yang tiba-tiba jadi pemalas dalam semalam. Awalnya kita cuma mikir, “Ya udah lah, sekali aja,” tapi besoknya ada alasan lain buat enggak masuk, lalu berulang-ulang sampai akhirnya kita kehilangan ritme belajar. Yang awalnya semangat di awal semester, tiba-tiba jadi mahasiswa yang lebih banyak nongkrong di kantin daripada di kelas. Dan percaya atau enggak, kebiasaan ini bisa bikin kita gagal.
ADVERTISEMENT
Kalau merasa kuliah itu berat, coba pikirin gimana beratnya orang tua kita nyari uang buat bayar semua itu. Mereka enggak pernah bolos kerja, enggak peduli hujan, panas, capek, atau bosan. Buat mereka, nyari nafkah itu kewajiban. Mereka rela kerja siang malam supaya anaknya bisa kuliah, bisa punya masa depan yang lebih baik. Tapi kita? Malah seenaknya aja buang kesempatan yang sudah mereka perjuangkan dengan susah payah.
Enggak ada yang salah dengan capek atau bosan. Itu wajar. Kuliah memang butuh perjuangan. Kalau mudah, semua orang bisa jadi sarjana. Tapi coba lihat di luar sana, ada berapa banyak orang yang pengen kuliah tapi enggak bisa karena keadaan ekonomi? Ada yang harus kerja banting tulang dulu buat nabung, ada yang rela kuliah sambil kerja, ada yang terpaksa mengubur mimpinya karena keadaan. Sementara kita yang sudah dikasih kesempatan, malah enak-enakan bolos.
ADVERTISEMENT
Sering kali kita ngerasa, “Ya udah lah, nanti juga bisa belajar sendiri.” Tapi, yakin? Enggak semua materi bisa dipelajari sendiri. Ada diskusi di kelas yang bisa bikin kita lebih paham. Ada penjelasan dosen yang enggak ada di buku. Ada pertanyaan-pertanyaan yang enggak kepikiran kalau cuma baca sendiri. Saat ujian tiba, baru sadar kalau banyak hal yang enggak ngerti karena pernah bolos. Dan di titik itu, biasanya sudah terlambat buat nyesel.
Bolos kuliah itu lebih dari sekadar soal kehilangan satu sesi materi. Ini soal membangun kebiasaan buruk. Sekali kita mulai, susah buat berhenti. Materi makin numpuk, tugas makin enggak ngerti, dan ujung-ujungnya kita cuma bisa pasrah pas nilai anjlok. Jangan sampai baru sadar pas semester akhir kalau semua ini kesalahan sendiri. Jangan sampai gara-gara malas, kita malah harus nambah semester, keluar uang lebih banyak, atau malah enggak lulus tepat waktu. Dan kalau sampai DO? Waduh, siap-siap menghadapi kekecewaan orang tua yang sudah capek-capek berjuang buat kita.
ADVERTISEMENT
Dunia kerja enggak peduli seberapa pintar kita nitip absen, seberapa jago kita nyari alasan buat bolos. Yang mereka lihat adalah siapa yang siap dan siapa yang tertinggal. Kalau dari sekarang kita sudah males-malesan, gimana nanti pas sudah kerja? Enggak ada lagi toleransi buat bolos seenaknya. Enggak ada dosen yang masih bisa ditawar-tawar buat tambahan tugas. Semua bakal dituntut buat profesional. Dan yang lebih menyakitkan, kita bakal kalah saing sama mereka yang lebih rajin, lebih disiplin, dan lebih bertanggung jawab.
Jadi, masih mau bolos? Masih mau buang kesempatan yang orang lain impikan? Kalau kita enggak mulai disiplin dari sekarang, siap-siap aja jadi penyesal di kemudian hari. Karena satu hal yang pasti, waktu enggak bisa diputar ulang.
ADVERTISEMENT