Konten dari Pengguna

Kura-kura Pipi Putih Berbau Busuk

Mumpuni
Peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi - BRIN
22 Juli 2024 10:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mumpuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pendahuluan

ADVERTISEMENT
Kura-kura pipi putih memiliki nama internasional Black Marsh Turtle, dan kalau di Indonesia dikenal dengan beberapa nama lokal. Bagi masyarakat di Sumatera mengenalnya dengan sebutan Kura-kura hangit/ tengik, ini dikarenakan Kura-kura pipi putih seringkali mengeluarkan bau busuk dari kloakanya sebagai reaksi peringatan ketika merasa terancam. Sedangkan di Kalimantan menyebutnya dengan nama Kura-kura ringgit, karena karapas belakangnya membentuk ringgik- ringgik. Beda lagi bagi sebutan masyarakat di daerah Banten yang menyebutnya Kura-kura bunga tanjung karena adanya bintik-bintik putih di atas matanya menyerupai bunga tanjung. Sebutan Kura-kura ninja juga digunakan untuk menyebut kura-kura ini terutama di kalangan pegumpul kura-kura, hal ini karena terinspirasi oleh tokoh dalam sebuah film yang cukup fenomenal pada zamannya. Dari berbagai istilah yang ada tersebut memiliki nama ilmiah yang sama, yaitu Siebenrockiella crassicollis (Gray, 1831).
Kura kura pipi putih Siebenrockiella crassicollis (Foto dok.Mumpuni)
zoom-in-whitePerbesar
Kura kura pipi putih Siebenrockiella crassicollis (Foto dok.Mumpuni)

Ciri Morfologi dan Daerah Sebaran

ADVERTISEMENT
Siebenrockiella crassicollis merupakan salah satu dari dua jenis kura-kura marga Siebenrockiella yang termasuk dalam suku Geoemydidae dengan ciri-ciri: perisai punggung berwarna hitam dengan panjang mencapai 22 cm. Kepala besar berwarna hitam dengan bercak putih atau krem di atas mata dan bercak agak besar di belakang gendang telinganya, akan tetapi seringkali tidak terlihat karena tertutup oleh lipatan leher. Karapas cenderung pipih dengan lunas memanjang di bagian tengah punggung. Ketika anakan ada 3 baris lunas bagian punggung dan bergerigi di bagian karapas belakang. Perisai perut atau di sebut sebagai plastron warna kuning dengan spot hitam atau hampir seluruhnya hitam. Kaki-kakinya hitam dan berselaput renang. Pada kura-kura jantan dewasa tampak dengan ekor lebih besar dan lebih panjang. Kura-kura betina memiliki karapas rata-rata lebih besar dari pada jantannya. Kura-kura jantan yang sudah dewasa memiliki plastron cekung di bagian tengah dan warna putih di bagian atas mata menghilang.
ADVERTISEMENT
Daerah sebaran kura-kura ini meliputi wilayah di Asia Tenggara, seperti Kamboja, Myanmar, Vietnam, Thailand, Semenanjung Melayu, Singapura dan Indonesia. Di Indonesia kura kura ini tersebar di Sumatera, Belitung, Jawa dan Kalimantan.
Plastron dengan variasi warna dari terang sampai gelap (Foto dok. Mumpuni)
Kura-kura pipi putih jantan, lubang anal di belakang karapas (Foto dok. Mumpuni)

Lebih Banyak Tinggal di Dalam Air

Di alam liar, kura-kura pipi putih hidup di perairan dataran rendah, meliputi genangan air, kolam, rawa-rawa, saluran air di sekitar perkebunan. Mereka lebih banyak tinggal di dalam air dan akan keluar ke daratan ketika malam hari untuk mencari mangsa. Mereka termasuk pemakan segala yang berupa tumbuhan, hewan vertebrata maupun invertebrata seperti katak, cacing, keong, dan udang, baik yang terdapat di darat maupun di air. Meskipun demikian kura-kura ini juga mau makan bangkai hewan lainnya dan jika dipelihara dapat diberikan pakan berupa pellet maupun cincangan ikan serta sayuran.
ADVERTISEMENT
Kura kura pipi putih mencapai dewasa pada umum sekitar 5 tahun. Pertumbuhan selama 4 tahun tercatat dengan bobot 753gram dengan panjang karapas 163 mm. Induk betina mampu bertelur 3 sampai 4 kali setiap musim bertelur dan dengan jumlah 1-2 butir setiap kali bertelur. Telur berbentuk lonjong dengan kerabang keras berukuran rata-rata 45 x19 mm. Telur-telurnya dikubur dalam tanah dengan kedalaman sekitar 10 cm dan akan menetas setelah 3 bulan. Tukik yang baru menetas berukuran sekitar 50 mm dengan berat sekitar 20 gram.
Kura-kura pipi putih yang baru menetas (Foto dok. Mumpuni)

Pemanfaatan dan Status Konservasi

Di dalam negeri Kura-kura ninja diperdagangkan untuk hewan peliharaan terutama yang berukuran kecil atau berupa anakan. Yang berukuran besar/dewasa dagingnya dikonsumsi sebagai sumber protein bagi masyarakat etnik tertentu di daerah yang jauh dari kota, seperti yang dijumpai di Kalimantan, daging karkas sekaligus organ dalam dan kakinya dijual dalam kemasan plastik dijajakan oleh pedagang sayur keliling dengan harga per ekor tanpa karapas sekitar Rp 15.000,-. Jauh di bawah harga daging ayam. Pedagang sayur ini tampaknya sudah berlangganan pada seorang agen yang memanfaatkan tempurung kura-kura, dan menampung hasil sampingannya untuk tambahan bahan dagangannya.
ADVERTISEMENT
Pada setiap tahunnya pemerintah Indonesia menyediakan kuota pemanfaatan Kura-kura ninja ini untuk dalam dan luar negeri, pada tahun ini saja (2024) dengan jumlah 3000 ekor dengan ukuran panjang karapas maksimal 15 cm, terutama untuk hewan peliharaan.
Kura-kura pipi putih ini menurut perundang-undangan di Indonesia tidak termasuk jenis yang dilindungi, akan tetapi termasuk dalam daftar merah IUCN (The International Union for Conservation of Nature) dengan keterancamannya termasuk dalam kriteria rentan. Sedangkan dalam ketentuan CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) termasuk jenis dalam daftar Appendiks II, oleh karenanya untuk perdagangan Kura-kura pipi putih ini secara international harus melalui mekanisme batasan kuota, dengan jumlah dan ukuran tertentu yang telah ditetapkan pada setiap tahunnya dan dilengkapi dengan dokumen yang diperlukan. Untuk keberlanjutan pemanfaatan kura kura ini diperlukan data populasi di alam yang dilakukan secara periodik sehingga hasilnya yang berupa kecenderungan perkembangannya dari waktu ke waktu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menggambil keputusan yang meyakinkan dalam mengambil kebijakan pemanfaatannya.
ADVERTISEMENT