Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sebagian Masyarakat Ternyata Hidupnya Bergantung pada Cecak
17 Mei 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Mumpuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cecak adalah makhluk melata yang paling dekat dengan kehidupan kita di mana kehidupan mereka liar di sekitar lingkungan pemukiman bahkan berada di dalam rumah. Keberadaan cecak di Indonesia khususnya secara umum sudah dikenal sejak umur balita melalui lagu anak-anak dengan judul “cicak cicak di dinding”.
ADVERTISEMENT
Cecak termasuk dalam kelompok suku Gekkonidae (Cecak-cecakan), seperti halnya tokek yang biasanya berukuran kecil, dengan panjang badan dan ekor kurang lebih 12 cm, sedangkan tokek berukuran lebih besar, panjang badan dan ekornya dapat mencapai sekitar 25 cm.
Menurut catatan “The reptile database”sampai akhir April 2024 di dunia tersebar sekitar 1594 jenis yang telah diketahui, di Indonesia saja tersebar tidak kurang dari 111 jenis, yang termasuk ke dalam 9 marga/ genera. Mereka hidup di pepohonan maupun bebatuan di sekitar hutan, perkebunan, pekarangan dan beberapa jenis beradaptasi di sekitar pemukiman penduduk.
Di alam liar, cecak memiliki peran dalam rantai makanan dan sebagai hewan pengendali lingkungan, memangsa hewan yang berukuran kecil, terutama bangsa serangga seperti lalat, nyamuk, kecoa dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selain itu cecak yang hidup di perumahan juga makan sisa-sisa makanan seperti nasi, gula dan sebagainya. Meskipun sebagai hewan pemangsa, cecak juga sebagai mangsa bagi hewan lain seperti kucing, ular, dan burung.
Beberapa jenis cecak beradaptasi di lingkungan pemukiman, diketahui paling sedikit ada 5 jenis, dengan nama ilmiah Hemidactylus frenatus, H. garnotii, H. platyurus dan Gehyla mutilata dan Hemiphillodactylus typus, meskipun yang paling umum terutama di Jawa adalah Hemidactylus frenatus, H. platyurus dan Gehyla mutilata.
Peran Cecak untuk menunjang peningkatan pendapatan dari segi ekonomi di sebagian masyarakat tidak kalah penting, keberadaanya menjadi penopang kelangsungan hidup beberapa keluarga, terutama yang tinggal di daerah pinggiran kota bahkan menjadi usaha andalan sebagai pemasok bagi eksportir cecak.
ADVERTISEMENT
Cecak rumah merupakan salah satu komoditas ekspor dari satwa liar yang menjanjikan dan ikut andil dalam pemasukan devisa negara. Selain itu cecak rumah juga menjadi salah satu peluang/objek dan membuka lapangan kerja, yaitu sebagai pencari atau pemburu, pengumpul atau agen yang mengolahnya sampai menjadi cecak kering yang siap dikirim kepada eksportir.
Baik eksportir lokal maupun eksportir nasional yang memerlukan tenaga kerja informal dengan cara mengerahkan kerabat maupun tetangganya sebagai pekerjaan sambilan.
Tidak kurang dari 17 jenis cecak dari berbagai daerah di Indonesia di tangkap dari alam liar untuk diperdagangkan ke luar negeri, baik dalam bentuk hidup maupun mati. Dalam bentuk hidup umumnya diekspor untuk hewan peliharaan, sedangkan yang mati dalam bentuk kering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional.
Beberapa jenis cecak dalam bentuk kering dimanfaatkan dalam jumlah yang sangat besar, terutama cecak jenis Hemidactylus frenatus, H. platyurus dan Gehyla mutilata, setiap tahunnya tidak kurang dari tujuh juta ekor dapat dipanen dari alam untuk diekspor.
ADVERTISEMENT
Cirebon adalah salah satu wilayah pemasok dan pengekspor cecak kering. Untuk mendapatkan bahan baku tersebut ternyata banyak melibatkan warga masyarakat penangkap dari berbagai wilayah di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya seperti Brebes, Tegal, Kuningan, Kadipaten dan Indramayu.
Cecak kering merupakan salah satu bahan yang akhir-akhir ini banyak diekspor untuk memenuhi permintaan negara-negara yang memproduksi obat tradisionil (Traditional China Medicine) sebagai bahan baku obat penyakit kulit, gangguan pencernaan bahkan kanker.
Dari informasi seorang pemburu, untuk mengumpulkan cecak, hanya dengan menggunakan tongkat kayu bamboo panjang sekitar 1,5 meter dibagian ujungnya diolesi dengan lem dan siap untuk dikibaskan pada cecak yang disasar. Cecak yang menempel di ujung tongkat dengan segera dilepas dengan bantuan minyak sayur dan dimasukkan ke dalam wadah yang dibuat sedemikian rupa sehingga cecak tidak keluar.
ADVERTISEMENT
Cecak yang diperoleh pada pagi hari langsung dijual kepada agen yang menyelenggarakan pengolahan cecak. Perolehan cecak semalam dari pukul 19.00 hingga pukul 03.00 sebanyak 2,6 kg, di mana sejumlah ini termasuk perolehan yang sedikit karena kendala keadaan alam seperti hujan.
Tampaknya cuaca sangat mempengaruhi pendapatan mereka. Apabila cuaca dalam keadaan cerah biasanya mampu memperoleh cecak dalam jumlah kisaran 6 kg untuk setiap malamnya. Cecak segar per kilogram (260 ekor) dihargai rata-rata Rp.50.000,-oleh agen. Sehingga pemburu dalam semalam bisa mendapatkan penghasilan Rp.130.000,- hingga Rp.300.000,- tidak termasuk biaya bensin yang dikeluarkan untuk kendaraan atau sepeda motor.
Pengolahan cecak dapat dijumpai di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Cirebon. Bagaimana pengolahan cecak sampai siap untuk diekspor ? perlu banyak tenaga dan keuletan untuk mengolah cecak yang baru datang dan diterima dari pemburu. Cecak segar yang terkumpul selanjutnya langsung dibersihkan dengan merendam dalam campuran air sabun dan setelahnya dibilas hingga bersih.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya satu persatu cecak disusun sesuai bentuknya pada rak terbuat dari kawat. Untuk menyusun pada rak penjemuran diperlukan tenaga dan ketekunan tersendiri, untuk mendapatkan 1 rak cecak yang sudah disusun rapi dan siap dijemur agen mengupah tenaga sebesar Rp. 4000,-.
Untuk mengeringkan cecak dengan cara dijemur di bawah sinar matahari sampai setengah kering dan di oven semalam dengan pemanas dari gas elpiji hingga kering atau jika cuaca hujan, maka akan mengandalkan oven saja untuk pengeringannya.
Cecak yang sudah dalam kondisi kering satu per satu di susun dalam kantong plastik dengan kemasan masing-masing dengan bobot 200 gram (kurang lebih 220 ekor cecak yang utuh). Cecak dengan kondisi yang tidak utuh (ekor putus) dan atau ukuran kecil di kemas terpisah dan dikategorikan BS /afkir dengan harga lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Untuk mengemas cecak biasanya dengan mengerahkan tenaga ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitarnya (4-5 orang). Biasanya dalam sehari masing-masing dapat menyelesaikan 33 pak dengan upah Rp.50.000,- Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh para ibu setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya dari pukul 9.00 s/d 17.00 dengan waktu istirahat 1 jam.
Cecak yang sudah kering dan dikemas plastik, siap dijual kepada eksportir, setiap pak dengan harga Rp.325.000,- untuk cecak kering dengan kualitas super (ukuran besar dengan ekor utuh). Cecak kering dalam kategori BS, yaitu cecak dengan ukuran kecil dan atau ekor putus, dihargai sedikit lebih murah, Rp.210.000,- per kg.
Demikian gambaran bisnis cecak dari hulu ke hilir dengan rangkaian yang cukup panjang, dari para pemburu yang melakukan penangkapan akan menjual langsung hasil buruannya kepada seorang agen untuk ditampung dan dibersihkan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya cecak yang sudah bersih disusun untuk dikeringkan dan dikemas ke dalam kantong-kantong plastik yang siap dijual kepada eksportir. Eksportir menerima cecak kering yang sudah dikemas untuk dilakukan pengepakan dalam kotak karton yang siap untuk dikirim ke luar negeri.