Konten dari Pengguna

Harapan Pasca-Setahun Pandemi

Muhamad Rikiansyah
Humas di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
3 Maret 2021 10:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Rikiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Swab Test masal di salah satu kantor pemeritah di Kota Bandung, 7 Desember 2020
zoom-in-whitePerbesar
Swab Test masal di salah satu kantor pemeritah di Kota Bandung, 7 Desember 2020
ADVERTISEMENT
Setahun sudah Virus Covid-19 beredar di Indonesia. 2 Maret 2020, pertama kali kasus suspek Covid-19 di Indonesia diumumkan oleh Presiden Joko widodo. Tepat setahun kemudian kasus Covid-19 sudah mencapai 1,3 juta orang. Dengan jumlah korban meninggal lebih dari 36 ribu orang. Akan tetapi jumlah kesembuhan juga sangat banyak mencapai lebih dari 1,1 juta orang.
ADVERTISEMENT
Dari sisi indikator statistik, 2020 merupakan tahun yang sangat berat bagi Indonesia. Melihat data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS), Inflasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami tekanan sangat besar selama 2020. Inflasi 2020 tercatat sangat rendah sebesar 1,68 persen. Hal ini dipengaruhi permintaan domestik yang belum kuat. Kebijakan Bank Indonesia juga mendukung terbentuknya inflasi inti yang rendah. Sementara inflasi kelompok administered prices (harga diatur pemerintah) juga tercatat rendah sebesar 0,25 persen. Untuk inflasi kelompok volatile food (harga bergejolak) terkendali sebesar 3,62 persen.
Masih menurut data dari BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Selama tiga kuartal berturut-turut di tahun 2020, Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi minus. Ekonomi Indonesia berdasarkan PDB kuartal IV atas dasar harga berlaku Rp 3.902 triliun. Sementara berdasarkan harga dasar konstan dengan tahun dasar 2010 adalah Rp 2.709 triliun. Menurut pengeluaran secara tahunan (year on year), semua komponen mengalami kontraksi dengan konsumsi rumah tangga mencatatkan penurunan paling dalam.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Untuk angka kemiskinan, data terkini dari BPS menunjukkan angka kemiskinan Indonesia kembali menyentuh angka 10,19 persen pada September 2020. Dengan jumlah penduduk miskin Indonesia pada periode September 2020 mencapai 27,55 juta orang. Jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah 2,76 juta orang bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini terjadi karena pandemi menyebabkan banyak kegiatan perekonomian tidak bisa berjalan normal, sehingga pendapatan masyarakat pun tertekan. Peningkatan angka kemiskinan ini menjadikan tren penurunan angka kemiskinan yang terjadi hingga tahun 2019 pun terhenti.
ADVERTISEMENT
Ketiga indikator statistik di atas menunjukkan bahwa kondisi Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Menjaga situasi perekonomian di tengah pandemi ternyata bukan hal yang mudah, dan ini dialami oleh semua negara bahkan negara maju sekalipun. Tetapi tentu saja bukan berarti kita lantas pesimis. Karena prinsip kehidupan adalah berusaha sekuat tenaga dan terus bergerak mencari solusi terbaik.
Pandemi tentu saja menjadi faktor utama tergerusnya kondisi ekonomi Indonesia selama 2020. Pemerintah bukan tanpa usaha mengendalikan pandemi ini. Mulai dari pembatasan sosial dengan berbagai istilah, hingga penerapan aturan terkait protokol kesehatan (prokes)yang berimplikasi hukum bagi pelanggar sudah dilakukan. Akan tetapi pandemi terus menyebar tanpa terlihat akan berakhir. Yang dihadapi memang sesuatu yang tak kasat mata, sehingga bukan hal enteng untuk melawan dan membarikadenya. Penerapan protokol kesehatan digadang menjadi salah satu usaha paling efektif menghadapi penyebaran virus covid-19. Walau tetap saja banyak juga yang tetap tertular padahal sudah sangat aktif mentaati prokes.
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2021 harapan mulai terbuka dengan adanya vaksin yang diimpor dari Tiongkok. Walau perbandingan jumlah vaksin masih jauh dari jumlah total penduduk Indonesia. Tapi ini menjadi salah satu harapan dari sekian banyak usaha mengatasi pandemi ini. Setiap negara punya cara tersendiri yang dilakukan untuk mengendalikan pandemi. Ada negara yang melakukan pembatasan ketat (lockdown) sehingga berhasil mengatasi penyebaran virus. Tapi tidak semua negara bisa melakukan hal yang sama. Indonesia termasuk yang sulit menerapkan lockdown. Faktor ekonomi menjadi salah satu yang membuat masyarakat harus keluar rumah untuk menjaga dapur mereka tetap "ngebul".
Manusia diciptakan sebagai khalifa di muka bumi. Artinya setiap manusia tercipta untuk memimpin minimal dirinya sendiri mengarungi segala permasalahan yang selama manusia hidup. Dengan nalurinya tentu manusia akan berusaha bertahan hidup dan mempertahankan kehidupan keluarganya. Maka dari itu dalam sebuah kehidupan sosial dan bernegara, ada aturan dan kebijakan agar manusia tetap bertahan hidup sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku. Di sinilah peran pemerintah menjaga hal tersebut. Jangan sampai ada rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian masyarakat yang dapat memicu konflik.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi pandemi ini pemerintah harus memperhatikan semua lapisan masyarakat. Adanya bantuan sosial membuktikan bahwa pemerintah peduli dengan masyarakat bawah walau tentu dengan anggaran yang terbatas sehingga belum menyentuh semua. Kebijakan moneter baik itu insentif perbankan maupun pelonggaran pajak membuktikan pemerintah juga melindungi kalangan pengusaha agar tetap bisa berusaha.
Tahun 2021 sudah melewati 2 bulan. Semoga saja ini adalah tahun terakhir pandemi. Agar kita bisa kembali berusaha dan bergerak layaknya manusia yang terus bergerak memenuhi kebutuhannya sampai akhir hayat.