Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
3 Langkah Menjadi Mom as The Guardian of The Family
17 September 2019 17:04 WIB
Diperbarui 19 September 2020 21:23 WIB
Tulisan dari Myra Anastasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi saya, menjadi seorang ibu bukanlah perkara mudah. Ketika sudah berubah status menjadi ibu, maka banyak hal yang berubah. Kurang tidur, kadang-kadang cemas, kerjaan rumah tangga dan lain sebagainya.
Tantangan menjadi seorang ibu tentunya luar biasa. Tetapi, seperti yang dikatakan oleh mbak Prameshwari Sugiri, Chief Editor KumparanMOM, pada acara Moms Mingle bersama Sun Life Indonesia yang bertajuk "Mom as The Guardian of The Family", 1002 tantangan akan berubah 10.200 solusi. Semangat!
ADVERTISEMENT
Setelah mendapatkan 'suntikan' semangat di acara Moms Mingle yang berlokasi di Eighty/Nine Eatery & Spirit, Kemang, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu (14/9) lalu, saya akan menceritakan 3 hal yang sudah saya lakukan sebagai seorang ibu. Sebetulnya bisa lebih dari 3. Tetapi, 3 hal ini memang bisa menjadi hal mendasar langkah saya menjadi Mom as The Guardian of The Family.
Pola Makan Sehat
Sejak punya anak, saya semakin memperhatikan pola makan sehat. Setiap hari saya memastikan asupan keluarga dengan cara selalu memasak sendiri. Tidak hanya itu, mereka pun wajib disiplin dengan waktu makan.
Olahraga
Kami sekeluarga menyukai kegiatan di luar ruangan. Sesekali mendaki gunung. Jadi tentunya kami membutuhkan fisik yang prima dengan cara rutin berolahraga paling tidak 2-3x dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Keuangan
Saya pernah mendengar ungkapan kalau ibu adalah seorang Menteri Keuangan di rumah tangga. Tetapi, menurut OJK, justru tingkat literasi keuangan perempuan lebih rendah dari laki-laki.
Salah satu penyebabnya adalah kurang disiplin. Masih banyak ibu yang taunya sekadar menerima uang bulanan dan mengeluarkan (membelanjakan), tetapi gak bijak mengelolanya. Ayo siapa di sini yang masih mudah belanja karena godaan diskon?
Saya merasa sudah cukup disiplin dengan pola makan dan olahraga bagi diri sendiri maupun keluarga. Tetapi, memang masih menjadi pekerjaan rumah untuk urusan keuangan. Masih kurang disiplin. Suka ada 'bocor alusnya' karena masih suka tergoda untuk belanja tanpa perhitungan matang.
Menurut Ila Abdulrahman, Financial Planner, cash flow keuangan sehat adalah sebagai berikut
ADVERTISEMENT
Pos keuangan sosial ada di urutan pertama karena di sana ada zakat. Bagi seorang muslim, wajib mengeluarkan zakat 2,5%. Makanya harus jadi prioritas. Setelah itu baru lakukan pelunasan hutang.
Hutang produktif dan living cost ini saling berkaitan. Semakin kecil jumlah hutang produktif, living cost bisa dinaikkan. Tetapi, tetap jangan lebih dari total persentase 2 pos keuangan itu.
Saya jadi ingat ketika baru menikah pernah bilang ke suami gak mau meributkan urusan keuangan. Bagi saya, urusan uang memang seperti tidak mengenal teman dan saudara. Banyak kasus perceraian juga terjadi gara-gara urusan keuangan. Makanya perlu banget menjalin komunikasi yang baik dengan suami, termasuk membahas urusan keuangan.
ADVERTISEMENT
Membahas keuangan juga butuh waktu yang tepat. Biasanya kami lakukan saat pillow talk. Dilakukan dengan obrolan santai tentang keuangan. Membicarakan liburan atau hal-hal menyenangkan lainnya. Tetapi, ada kalanya juga saya to the point bila ada kebutuhan mendesak. Tentu aja harus lihat mood pasangan terlebih dahulu.
Membahas keuangan dengan pasangan memang harus ada seninya. Gak mau ada yang ditutupi, tetapi juga harus bisa mengelola komunikasi. Jangan sampai malah jadi pertengkaran dalam rumah tangga.
Menurut Tania Ray Mina, Digital MOMfluencer sekaligus Entrepreneur, "Ayah bertugas memastikan semuanya terpenuhi dan ibu yang mengatur pos-pos keuangannya." Tentunya ini membutuhkan komunikasi yang baik bersama pasangan.
Bila keuangan rumah tangga sudah sehat, asuransi tetap diperlukan. Hermawan Kurnianto, Digital Marketing Manager Sun Life Financial Indonesia, mengatakan kalau asuransi itu ibarat ban serep dalam mobil. Sebagai pengguna mobil, tentunya kendaraan akan terus dirawat dan gak berharap akan menggunakan ban serep. Tetapi, bisa jadi suatu saat kita dihadapkan pada kondisi di mana harus menggunakan ban serep.
Masalah keuangan bisa bikin ibu uring-uringan dan sakit. Tetapi, bila seorang ibu juga tidak mampu menjaga kesehatan diri sendiri atau keluarga, keuangan juga bisa tergerus untuk biaya pengobatan.
ADVERTISEMENT
Ketiga hal di atas memang berkaitan. Berdasarkan survei Sun Life Financial Asia Health Index 2014, ada kelompok usia produktik yang termasuk dalam Generasi O yaitu Overworked (terlalu banyak bekerja), Overeating (banyak mengkonsumsi makanan tidak sehat), dan Overwhelmed (kelelahan). Ibu rumah tangga bisa termasuk ke Generasi O ini. Oleh karena itu Sun Life Indonesia juga gencar mengkampanyekan pola hidup sehat "Live Healthier Lives".
Ada yang mengatakan kalau seorang ibu memang sebaiknya tidak boleh sakit. Prinsip saya adalah "Happy Mom, Happy Family." Seorang ibu harus sehat fisik, mental, dan finansial.
Baiklah. Saya jadi semangat untuk cek lagi cash flow rumah tangga sepulang dari acara ini. Belajar semakin disiplin lagi. Biar keuangan rumah tangga semakin sehat.
ADVERTISEMENT