Konten dari Pengguna

Gen Z dan Pilpres 2024

Muhammad Nabiel Hakim
Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta
2 Desember 2023 19:03 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nabiel Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gen z. Foto: Odua Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gen z. Foto: Odua Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024 yang merupakan pesta rakyat lima tahunan semakin dekat. Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga telah meresmikan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan mengikuti Pilpres 2024 nanti, yaitu: Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Ajang yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 tersebut tentu sangat penting untuk kita cermati bersama karena akan mempertaruhkan masa depan bangsa Indonesia selama 5 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Hal yang amat menarik dalam Pilpres kali ini adalah bagaimana demografi Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang didominasi oleh Generasi Z (1997-2012) dan Millenial (1981-1996) sebagai representasi generasi muda di Indonesia. Berdasarkan data KPU tahun 2023, jumlah akumulatif Gen Z dan Milenial adalah 113,6 juta jiwa, dengan 68,8 juta jiwa adalah Gen Milenial dan 46,8 juta jiwa adalah Gen Z. Jumlah ini sangatlah banyak karena setara dengan 56,45 persen dari total jumlah pemilih di Indonesia sebanyak 204 juta jiwa.
Adapun definisi dari Gen Z itu sendiri adalah generasi yang lahir dalam kurun waktu 1997-2012 dan sejak usia dini cenderung sering berinteraksi dengan teknologi dan mendapatkan banyak informasi sehingga secara karakteristik, Gen Z relatif memiliki kesadaran yang lebih tinggi sekaligus lebih kritis terhadap isu-isu sosial dibandingkan generasi sebelumnya. Selain itu, keterbukaan akan akses teknologi dan informasi inilah yang menyebabkan Gen Z lebih suka berdiskusi secara terbuka dan dua arah, sehingga dalam praktiknya, Gen Z cenderung lebih rasional dalam memutuskan sesuatu, termasuk dalam memutuskan siapa figur yang akan memimpin mereka selama 5 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Isu anak muda atau Gen Z memang baru santer terdengar dalam Pilpres 2024. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat bangsa Indonesia dalam kurun waktu 2020-2035 akan mengalami bonus demografi, yaitu suatu kondisi ketika postur penduduk sebuah negara didominasi oleh penduduk usia produktif atau 60 persen di antaranya adalah penduduk berusia 15-64 tahun. Tentu, bonus demografi akan menjadi sebuah berkah apabila negara mampu menyediakan lapangan kerja dan menyerap secara optimal angkatan kerja produktif. Sebaliknya, bonus demografi dapat seketika berubah menjadi bencana apabila jumlah lapangan kerja tidak mencukupi dan kualitas tenaga kerja tidak memadai.

Pemimpin Pilihan Gen Z

Kondisi Indonesia yang telah memasuki era bonus demografi tentu membutuhkan pemimpin yang paham arah pembangunan bangsa dan juga memiliki visi-misi yang jelas agar masa depan generasi muda Indonesia tidak hilang dalam sekejap dan tetap memiliki harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Hal inilah yang nampak pada preferensi Gen Z dalam memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 lalu, dalam memutuskan siapa calon pemimpinnya, Gen Z cenderung menyukai pemimpin yang berkarakter jujur dan berkomitmen penuh terhadap aksi pemberantasan korupsi serta memiliki kompetensi untuk melakukan perubahan dan memimpin dalam situasi krisis.
Masih berdasarkan data yang sama, dalam hal isu-isu sosial, yang harus menjadi perhatian utama menurut Gen Z adalah persoalan kesejahteraan masyarakat dan ketersediaan lapangan kerja. Bukan tanpa sebab, isu kesejahteraan masyarakat di republik ini memang belum sepenuhnya tuntas mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun 9 tahun terakhir hanya mencapai 5 persen, belum lagi dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan ekonomi antar masyarakat.
Adapun isu lapangan pekerjaan juga akan terus bergulir mengingat tingkat pengangguran di Indonesia yang masih cukup tinggi yaitu 7,86 juta jiwa penduduk atau setara dengan 5,32 persen per Agustus 2023.
ADVERTISEMENT
Kedua isu tersebut juga diperumit oleh situasi ekonomi dunia yang menunjukkan ketidakstabilan. Salah satunya diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 selama 2 tahun yang turut menyebabkan sejumlah negara di dunia mengalami resesi ekonomi. Walhasil, pertumbuhan ekonomi dunia cenderung melambat dan menyebabkan banyak pihak kehilangan pekerjaannya.
Hal inilah yang juga dialami bangsa Indonesia dan saat ini belum pulih sepenuhnya, sehingga wajar apabila Gen Z beranggapan bahwa dalam kurun 5-10 tahun ke depan yang dibutuhkan Indonesia adalah pemimpin yang battle proven serta pandai mengelola krisis agar bangsa Indonesia bisa tetap selamat dalam situasi apa pun.

Pendekatan Terhadap Gen Z

Lebih lanjut, hasil survei tersebut juga sejatinya menunjukkan bahwa Gen Z lebih pragmatis, praktis, dan konkret dalam menentukan kriteria pemimpin idamannya. Artinya, ketiga paslon harus betul-betul cermat dalam menyampaikan gagasan beserta solusi agar Gen Z merasa kepentingannya diperhatikan dan permasalahannya dibantu untuk dicarikan jalan keluarnya.
ADVERTISEMENT
Misal, dalam menyelesaikan masalah pengangguran, sebaiknya setiap paslon memaparkan bagaimana cara membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya dengan catatan tetap memperhatikan kualitas tenaga kerja seperti mengadakan pelatihan keterampilan secara berkelanjutan dan aspek-aspek keadilan lain seperti jam kerja dan upah yang wajar, sehingga ke depan tidak ada lagi pola bekerja yang “kutu loncat” akibat lingkungan kerja yang toxic serta ketidaksesuaian antara beban kerja dan upah yang diterima.
Dalam masalah kesehatan mental, setiap paslon juga sudah sepatutnya memberikan perhatian lebih melalui program konseling atau sejenisnya karena tidak dapat dipungkiri bahwa berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh University College London tahun 2022, Gen Z adalah salah satu generasi yang sangat rawan mengalami permasalahan mental. Hal ini tak lepas dari tekanan dan tuntutan lingkungan sosial serta situasi dunia yang serba tidak pasti dan cepat, yang mana hal ini menyebabkan Gen Z menjadi generasi dengan tingkat stres tertinggi berdasarkan data Alvara Research Center tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Pada persoalan pemberantasan korupsi, setiap paslon sudah sepatutnya menjabarkan langkah strategis dan taktisnya serta menyatakan komitmen penuh untuk terus mendukung penindakan terhadap aksi rasuah seperti melalui pengembalian independensi dan memperkuat kembali KPK, hingga mengesahkan RUU Perampasan Aset. Terakhir pada persoalan lingkungan hidup, setiap paslon selayaknya menjabarkan langkah ekonomi hijau seperti apa yang akan dilakukan dan bagaimana eksekusinya hingga tataran masyarakat paling bawah.

Ujian untuk Gen Z

Hal-hal demikianlah yang seharusnya menjadi concern dari tim sukses pemenangan setiap paslon, sehingga narasi kampanye yang tersebar di ruang publik adalah berkualitas dan penuh gagasan, bukan hanya gimmick dan terkesan dipaksakan untuk mengikuti tren anak muda. Tentu, kita semua berharap Pilpres 2024 nanti akan berjalan dengan penuh kegembiraan layaknya sebuah ajang hiburan yang menyenangkan, tetapi dalam konteks memilih pemimpin yang akan menahkodai 280 juta jiwa penduduk, itu adalah hal lain dan tidak bisa bermain-main.
ADVERTISEMENT
Artinya, Gen Z sebagai salah satu generasi penentu dalam Pilpres 2024 dan representasi dari generasi muda Indonesia harus tetap mengedepankan objektivitas dan daya kritis. Jangan karena menemukan paslon yang menggunakan jargon-jargon kekinian atau mempraktikkan hal-hal yang bersifat menghibur, lantas memilihnya tanpa mempertimbangkan dengan matang visi-misi, rekam jejak, serta gagasan seperti apa yang akan mereka bawakan dan terapkan bagi bangsa Indonesia tercinta ini.