Konten dari Pengguna

Resensi Novel "Percobaan Setia" Karya Suman HS

Nabiila Rahma Fauziah
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
31 Oktober 2024 23:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabiila Rahma Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1931
Cetakan: ke 10 tahun 2011
ADVERTISEMENT
Jumlah Halaman: 118 halaman
ISBN: 9789796661701
Tentang Penulis
Suman Hasibuan, seorang sastrawan dan tokoh pendidikan dari Riau, lahir di Bengkalis pada 4 April 1904. Ia dikenal sebagai penulis dengan gaya bahasa yang ringan dan energik, serta karya-karyanya yang sering kali bernuansa detektif. Salah satu karyanya yang terkenal adalah novel "Percoban Setia" (1931). Menikmati karya Suman bukan hanya karena gaya ceritanya yang humoris dan penuh teka-teki, tetapi juga karena nilai-nilai keagamaan yang sering ia sisipkan. Lahir dari keluarga yang religius, Suman sudah akrab dengan nilai-nilai ini sejak kecil, yang kemudian terlihat dalam karyanya melalui karakter anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keagamaan.
Suman dianggap sebagai pelopor dalam genre cerita humor dan detektif di Indonesia. Ia percaya bahwa cerita detektif yang penuh teka-teki mampu menarik perhatian pembaca karena akhir ceritanya yang sering kali tak terduga. Sebagian besar karyanya memiliki elemen detektif yang disajikan dengan humor, dengan harapan karya-karyanya dapat diterima dan dinikmati oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Sinopsis
Sebuah novel yang mengisahkan kehidupan seorang pria muda bernama Syamsuddin, pada usianya yang ke empat Syamsuddin telah kehilangan sosok seorang ayah dalam kehidupannya, sehingga ia tumbuh dalam kasih dan sayang seorang ibu dan ayah tirinya. Sejak kecil, ia telah merasakan pahitnya kehilangan, namun semangat juang dan keimanannya tetap teguh.
Di usia 8 tahun, Syamsuddin diajak ayah tirinya pindah ke Tatarak Buluh. Di sana, ia dididik dengan penuh kasih sayang dan diajarkan nilai-nilai agama. Semangat belajarnya membara, membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang berakhlak mulia dan beriman.
Ketika menginjak usia 16 tahun, Syamsuddin merasakan hasrat untuk merantau. Ia ingin menimba pengalaman dan mencari penghidupan yang lebih baik. Permintaannya disetujui oleh orang tuanya, dan ia pun memulai perjalanan panjangnya.
ADVERTISEMENT
Keberuntungan menghampiri Syamsuddin di awal perantauannya. Ia langsung mendapat pekerjaan dan diangkat sebagai anak oleh majikannya. Namun, takdir berkata lain. Seorang gadis teman sekerjanya menaruh hati padanya dan berusaha menggoda Syamsuddin. Namun, pemuda itu teguh pendirian, keimanannya tak tergoyahkan, dan ia berhasil menolak godaan nafsu.
Merasa sakit hati, gadis itu memfitnah Syamsuddin, sehingga ia dipecat dari pekerjaannya. Syamsuddin pun melanjutkan perantauannya ke Malaka. Di sana, ia kembali menemukan kasih sayang dan kepercayaan dari majikannya.
Suatu hari, Syamsuddin berhasil menyelamatkan Haji Salwiah, anak gadis majikannya, dari kobaran api. Keberanian dan ketulusannya membuat Haji Salwah menaruh hati padanya. Majikannya pun menyetujui hubungan mereka, namun dengan syarat Syamsuddin harus menunaikan ibadah haji terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Syamsuddin pun berangkat ke Mekah dengan menggunakan kapal laut. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Jamin, sahabatnya. Keduanya saling membantu dan menemani dalam suka dan duka.
Di Mekah, Syamsuddin menunaikan ibadah haji. Setelah itu, ia berpisah dengan Jamin yang memutuskan untuk menuntut ilmu di kota suci tersebut. Syamsuddin sendiri menginap di Pulau Pinang.
Di penginapan, ia bertemu dengan Abdul Fatah, yang mengenal keluarga Haji Salwah. Syamsuddin menceritakan rencana pernikahannya dengan Haji Salwah kepada Abdul Fatah. Namun, ternyata Abdul Fatah juga mencintai Haji Salwah dan berniat menggagalkan pernikahan mereka.
Abdul Fatah menyebarkan kabar bohong bahwa Haji Salwiah telah menikah dengan orang lain. Namun, Syamsuddin tidak mempercayai kabar tersebut.
Mengetahui siasatnya gagal, Abdul Fatah menjalankan rencana liciknya yang kedua. Ia merekayasa sebuah tabrakan yang menyebabkan Syamsuddin mengalami luka parah. Ia kemudian mencuri barang-barang milik Syamsuddin dan menyebarkan kabar bahwa sahabatnya telah meninggal.
ADVERTISEMENT
Rencana licik Abdul Fatah hampir berhasil, namun Jamin yang telah kembali ke tanah air, mengetahui kebenarannya. Ia pun segera menengok Syamsuddin di rumah sakit dan mengungkap semua kebohongan Abdul Fatah.
Atas perbuatannya, Abdul Fatah dijatuhi hukuman penjara selama 6 tahun. Sementara itu, Syamsuddin yang telah sembuh, kembali ke tanah airnya dan akhirnya menikah dengan Haji Salwiah.
Kelebihan dan Kekurangan
Kisah ini menekankan pentingnya keteguhan hati, kesetiaan, dan keimanan dalam menghadapi cobaan hidup. Ini memberikan pembaca pelajaran berharga tentang kesetiaan dan kejujuran. Dengan berbagai konflik dan rintangan yang dihadapi, cerita ini tetap menarik dan penuh ketegangan. Pembaca diajak untuk mengikuti setiap langkah perjalanan Syamsuddin. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami, sehingga dapat menjangkau pembaca dari berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
Beberapa karakter pendukung, seperti Haji Salwiah dan Abdul Fatah, kurang dieksplorasi. Motivasi dan latar belakang mereka bisa dikembangkan lebih dalam untuk memberikan warna pada cerita. Cerita ini lebih fokus pada Syamsuddin tanpa banyak memberikan sudut pandang dari karakter lain. Hal ini bisa membuat pembaca kehilangan konteks emosional dari karakter lain.
Simpulan
Kisah Syamsuddin merupakan sebuah bukti bahwa keteguhan hati dan kesetiaan akan selalu mendapatkan ujian, sebagai tolak ukur kesetiaannya. Ia telah melewati berbagai cobaan dan rintangan, namun tetap teguh pada prinsip dan keyakinannya. Alur cerita ini menceritakan kisah asmara antara Syamsuddin dengan Haji Salwiah, juga terdapat bagian detektif pada tokoh Jamin yang menjadi mata-mata Syamsuddin.