Konten dari Pengguna

Antropologi Budaya: Ekowisata dan Pelestarian Batik

Nabila Nur Annaba
Mahasiswi- ilmu komunikasi universitas pamulang
23 Desember 2024 11:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila Nur Annaba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pembuatan batik tuli, sumber: pixaba.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pembuatan batik tuli, sumber: pixaba.
ADVERTISEMENT
Batik tidak hanya menjadi simbol budaya Indonesia, tetapi juga menjadi sarana penting dalam upaya pelestarian budaya. Dalam ekowisata batik menjadi media untuk menjembatani interaksi budaya sekaligus menjaga nilai-nilai tradisional batik.
ADVERTISEMENT
Batik adalah kerajinan melukis di atas kain menggunakan canting, dengan sejarah yang dimulai lebih dari seribu tahun lalu. Awalnya, batik digunakan oleh kalangan kerajaan dan memiliki pengaruh dari budaya Hindu-Buddha serta Islam. Setiap motif batik mengandung makna filosofis dan kultural. Misalnya, motif batik parangkusumo yang bermakna kehidupan harus didasari dengan perjuangan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman kusuma (bunga). Batik kawung motif ini memiliki makna kesucian, kemurnian, dan kesempurnaan. Makna lain dari batik ini adalah harapan agar usaha keras yang dilakukan dapat membuahkan hasil dan memperoleh rezeki yang melimpah.
Di Yogyakarta terdapat kampung batik giriloyo, desa wisata yang mengunggulkan batik tulis keturunan Kraton dan metode pewarnaan batik menggunakan cara tradisional. Di tempat ini wisatawan yang berkunjung dapat melakukan kegiatan belajar membatik, dan belanja batik, bahkan bisa menikmati suasana alam pedesaan. Kegiatan eduwisata ini tidak hanya menarik minat para wisatawan domestik saja, namun juga turis mancanegara. Tak sedikit para turis yang berkunjung ke desa Batik Giriloyo untuk belajar membatik.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu ekowisata batik, hal ini memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan pengrajin serta pelestarian budaya. Dengan pengembangan wisata ini, pengrajin batik mendapatkan akses ke pasar yang lebih luas dan peningkatan pendapatan. Ekowisata juga mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata, memperkuat identitas budaya lokal. Selain itu, program edukasi membatik menarik wisatawan, membantu mempertahankan tradisi batik sebagai warisan budaya yang diakui UNESCO.
Tantangan terbesar dalam melestarikan batik tradisional adalah persaingan dengan produksi batik massal yang seringkali melibatkan penggunaan mesin dan bahan kimia. Dengan adanya ekowisataini menjadi media yang efektif untuk melestarikan batik sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lokal. Adanya desa wisata ini kita dapat memahami pentingnya pelibatan masyarakat dan nilai budaya dalam menciptakan ekowisata yang autentik. Pelestarian batik tidak hanya melibatkan upaya mempertahankan teknik tradisional tetpi juga menanamkan kebanggaan budaya kepada generasi muda.
ADVERTISEMENT