Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kesehatan Perjalanan, Modal Penting Mendaki Gunung
9 Desember 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nabila Putri Nurhafidzah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendaki gunung akhir-akhir ini sedang marak digemari masyarakat. Mulai anak-anak hingga yang lanjut usia nampak aktif berkegiatan, berusaha mencapai puncak-puncak yang tinggi. Dari yang mencari pemandangan baru, menuju puncak tertinggi, menikmati perjalanan dan kebersamaan, menguji diri sendiri, hobi, bahkan mengikuti trend demi memenuhi kebutuhan media sosial. Banyak alasan dan tujuan yang membuat seseorang menjadi pendaki gunung, berlelah-lelah di alam terbuka dan meninggalkan kenyamanan rumah.
ADVERTISEMENT
Nampak keren dan menyenangkan ketika melihat foto-foto para pendaki gunung, baik ketika masih dalam perjalanan ataupun sudah sampai di puncak. Cerita yang mereka dapat juga menarik untuk didengar, memancing rasa penasaran yang tinggi. Apalagi bagi orang yang belum pernah mendaki.
Meskipun begitu, bukan berarti mendaki gunung hanya tentang bersenang-senang tanpa risiko. Tak jarang pula muncul berita kecelakaan saat mendaki gunung seperti orang hilang, meninggal dunia, atau bisa seperti yang terjadi baru-baru ini, erupsi Gunung Marapi di Sumatra Barat.
Selain disebabkan oleh faktor eksternal seperti kondisi alam yang diluar kendali kita, alasan terbesar lainnya adalah faktor internal yang berasal dari pribadi para pendaki. Faktor internal ini merujuk pada pengetahuan dan kemampuan dalam berkegiatan di alam terbuka.
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pendakian gunung atau kegiatan alam bebas lainnya. Modal utama yang harus dipersiapkan diantaranya adalah mental, pengetahuan, peralatan, dan perbekalan. Semua itu tentu demi terlaksananya kegiatan yang aman dan nyaman, pulang membawa banyak cerita dan kenangan.
Dalam pendakian gunung yang notabene terpencil dan jauh dari fasilitas publik yang memadai, setidaknya kita harus memiliki pengetahuan tentang kesehatan perjalanan. Khususnya ketika terjadi hal-hal yang bersifat insidental dan berpotensi besar terjadi ketika di gunung.
Dengan mengetahui risiko-risiko tersebut, kita akan mengetahui juga peralatan dan perbekalan apa saja yang dibutuhkan untuk keselamatan dan penanganannya. Beberapa kecelakaan yang mungkin terjadi ketika mendaki gunung biasanya seperti cedera karena terkilir, hewan liar, kelelahan, dan momok terbesar bagi para pendaki berupa hipotermia.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan mengenai kesehatan perjalanan ini tentu tidak hanya dibutuhkan saat terjadi kecelakaan, melainkan juga sebelum pendakian dilakukan. Seharusnya ini sudah menjadi bagian dari persiapan sebelum mendaki.
Dilansir dari laman resmi Pramuka Universitas Negeri Yogyakarta, ada beberapa faktor pendukung kesehatan perjalanan bagi pegiat alam bebas, khususnya mendaki gunung. Diantaranya adalah kesiapan fisik, mental, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) atau Medical First Respond (MFR), dan daya tahan tubuh. Menurut hemat saya, faktor-faktor tersebut merupakan modal utama yang dibutuhkan oleh para pendaki untuk melaksanakan kegiatan yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
Atas pentingnya pengetahuan mengenai kesehatan perjalanan, materi tersebut turut menjadi materi dasar bagi para organisasi pegiat alam dan harus dikuasai oleh setiap anggotanya. Misalnya seperti Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri dan Mapala UI, dua organisasi pegiat alam yang sudah melegenda di Indonesia. Kesehatan perjalanan menjadi salah satu materi awal dan utama yang dipelajari dalam masa pendidikan dalam rangka penerimaan anggota baru.
ADVERTISEMENT
Mengutip pendapat Sarwo Edhi Wibowo tentang Wanadri, beliau mengatakan bahwa tak ada gunung yang tinggi, rimba belantara, jurang curam dan lautan serta angkasa yang tak dapat dijelajahi oleh Wanadri. Ungkapan tersebut tentu tidak dibuat tanpa alasan.
Alih-alih menyombangkan diri, itu adalah cara Wibowo untuk menyampaikan bahwa anggota Wanadri memiliki pengetahuan dan kecakapan yang mumpuni dalam berkegiatan di alam bebas. Semua itu mereka peroleh salah satunya dari modal utama tentang kesehatan perjalanan.