Konten dari Pengguna

Transformasi Pojok Baca Danarto

Nadhila Zahra Rahmahwati
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta
22 Desember 2023 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadhila Zahra Rahmahwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam rangka penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Nasional 2023, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi salah satu titik penyelenggara ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional dari 40 titik yang tersebar. Dalam penyelenggaraan tersebut, PBSI UIN Jakarta bekerja sama dengan Kemendikbudristek dan mengangkat tema “Resonansi Budaya Islam: dari Ciputat untuk Dunia”.
ADVERTISEMENT
Berbagai rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan oleh PBSI UIN Jakarta, yaitu mulai dari pembukaan, seminar, bincang-bincang santai, panggung ekspresi, hingga tribute. Selain itu, PBSI UIN Jakarta juga meluncurkan Pojok baca Danarto yang bekerja sama dengan Komunitas Danarto DKK untuk merawat warisan Pak Dan. Peluncuran Pojok baca Danarto dilakukan dengan kegiatan Workshop Inventarisasi Digital Koleksi Komunitas, serta membuka Taman Bacaan Danarto. Pojok baca Danarto dapat dengan mudah dikunjungi, terutama oleh mahasiswa dan dosen yang berada di fakultas tarbiyah dan keguruan, karena lokasinya yang strategis yaitu di lobi timur FITK UIN Jakarta. Pojok baca Danarto berisi karya-karya sastra milik Danarto, seperti buku-buku kumpulan cerpen, esai, novel serta terdapat juga lukisan-lukisan dari ilustrasi tulisan dalam cerpen karya Danarto.
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Pojok baca Danarto, kita juga perlu tahu siapa sih Danarto itu? Bagaimana riwayat hidupnya? Apa saja karya-karya yang telah dihasilkan?
Danarto merupakan penulis, sastrawan, dan seniman Indonesia yang menghasilkan karya-karya fenomenal. Danarto lahir di Mojowetan, Sragen, Jawa Tengah pada 27 Juni 1940. Ia adalah anak dari pasangan Jakio Harjodinomo yang merupakan seorang mandor pabrik gula, dan Siti Aminah yang merupakan seorang pedagang batik. Danarto dikenal sebagai cerpenis puitis, pematung dan penata artistik, serta penulis novel, drama, dan esai. Ia kuliah jurusan seni lukis di ASRI (sekarang bernama Institut Seni Indonesia) Yogyakarta pada tahun 1958-1961. Ia juga aktif dalam Sanggar Bambu pimpinan pelukis Sunarto Pr, serta ikut mendirikan Sanggar Bambu Jakarta. Ia menulis cerpen sejak usia 17 tahun, banyak karya-karya yang telah ia hasilkan, di antaranya kumpulan cerpen berjudul Godlob (1975), Adam Ma’rifat (1982), Orang Jawa Naik Haji (1984), Berhala (1987), Gergasi (1993), Setangkai Melati di Sayap Jibril (2001), Cahaya Rasul (2016), dan Ikan-Ikan dari Laut Merah (2016). Karya-karya Danarto lainnya seperti drama yang berjudul Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek (1976), Bel Geduwel Beh (1976), kumpulan esai yang berjudul Gerak-Gerak Allah (1996), novel yang berjudul Asmaraloka (1999) dan lainnya. Pada tahun 2009, Danarto meraih penghargaan Achmad Bakrie di bidang kesusastraan dan menerima penghargaan kesetiaan berkarya dari Kompas pada tahun 2008.
ADVERTISEMENT
Karya-karya Danarto yang telah disebutkan, serta gambar ilustrasi yang berada di dalam karyanya juga terdapat di Pojok baca Danarto. Karya-karya dan gambar ilustrasi tersebut dapat bertransformasi menjadi ruang publik “Pojok Baca”. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan melakukan alih wahana. Apa itu alih wahana?
Alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Alih wahana juga mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Wahana dapat diartikan sebagai medium yang digunakan untuk mengungkapkan atau memamerkan gagasan dan perasaan. Berbicara tentang alih wahana, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari hubungan-hubungan antar media. Oleh karena itu, studi alih wahana memberikan kebebasan pada kita untuk menemukan dan menguraikan hal-hal penting melalui media lainnya yang sebelumnya tidak kita sadari.
ADVERTISEMENT
Alih wahana Pojok baca Danarto yaitu berupa buku-buku kumpulan cerpen, esai, serta karya sastra lainnya yang bertransformasi menjadi ruang-ruang publik dan dapat dilihat oleh siapa saja. Transformasi buku dan karya-karya sastra itu dapat dilihat dari segi perubahan bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya. Karya Danarto berupa kumpulan cerpen mengalami transformasi atau perubahan yang awalnya hanya sebagai karya sastra untuk bahan bacaan atau edukasi, namun setelah dipajang dan dipamerkan di Pojok baca Danarto, karya tersebut memiliki fungsi estetika atau nilai keindahan. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan gambaran ilustrasi melalui tulisan dalam buku kumpulan cerpen karya Danarto yang mengalami transformasi menjadi sebuah lukisan yang dipajang di Pojok baca Danarto. Lukisan tersebut merupakan sebuah karya seni rupa dua dimensi yang memiliki nilai estetika. Proses alih wahana ilustrasi melalui tulisan tersebut yaitu perubahan dari aksara atau tulisan menjadi sebuah lukisan atau gambar. Berkaitan dengan hal itu, Pojok baca Danarto ini dapat dihubungkan dengan salah satu seminar pada acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang membahas tentang karya-karya Danarto.
ADVERTISEMENT
Salah satu narasumber yang merupakan bagian dari anggota Komunitas Danarto DKK yaitu Bapak Hairus Salim, diundang untuk mengisi salah satu acara seminar Pekan Kebudayaan Nasional pada Rabu, 25 Oktober 2023 dengan tema seminar “Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”. Dalam seminar tersebut, ia menjelaskan mengenai cerpen-cerpen Danarto yang memvisualisasikan malaikat. Dalam karyanya, Danarto memang kerap kali menampilkan sosok supranatural yang hadir dalam bahasa lukis yang natural. Selain itu, Bapak Hairus Salim juga mengatakan bahwa islam tidak membatasi kita untuk berseni dan berkarya.
Bapak Hairus Salim bersama Komunitas Danarto DKK sampai sekarang masih melakukan riset tentang cerpen Danarto dan Visualisasi Malaikat. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan alih wahana Pojok baca Danarto, misalnya seperti yang dicontohkan oleh Bapak Hairus Salim yaitu cerpen “Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” dalam buku kumpulan cerpen karya Danarto yang berjudul Adam Ma’rifat. Melalui alih wahana, cerpen tersebut dapat mengalami transformasi dari cerpen yang hanya berbentuk tulisan atau aksara menjadi sebuah drama atau monolog seperti video yang ditayangkan saat seminar.
ADVERTISEMENT
Kutipan teks dari cerpen tersebut yang memvisualisasikan malaikat dan bertransformasi menjadi sebuah drama atau monolog melalui tayangan video saat seminar, yaitu seperti berikut:
“Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, dan nabi-nabi yang lain...”
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karya-karya sastra yang terdapat di Pojok baca Danarto dapat bertransformasi menjadi ruang-ruang publik dengan melakukan alih wahana, sehingga karya-karya tersebut dapat dilihat oleh orang banyak. Hal tersebut mungkin sebelumnya tidak saya sadari, namun saya menyadari hal tersebut setelah mengikuti seminar Pekan Kebudayaan Nasional yang membahas resonansi budaya islam dalam sastra dan seni rupa yang di dalamnya juga membahas karya-karya Danarto.
ADVERTISEMENT