Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pernikahan Terasa Menakutkan Bagimu
27 November 2024 16:29 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nadifa Salsabila Nizar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Puluhan tahun kamu tinggal dalam keluarga yang harmonis. Orang tua lengkap. Utuh. Tidak ada caci maki, umpatan, dan teriakan dengan suara tinggi. Saudara yang saling menyayangi. Tapi, itu tidak menjamin rumah tanggamu akan seperti itu juga. Kisah pertengkaran, kekerasan, hingga perceraian rumah tangga orang lain menjadi bayang-bayang hitam yang menakutkan bagimu.
ADVERTISEMENT
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Kamu bisa menahan diri dari hawa nafsu dan amarah saat kamu belum menikah. Rasulullah memerintahkanmu untuk berpuasa dan kamu sanggup menjalaninya. Terlihat mudah karena yang sedang kamu lawan adalah dirimu sendiri. Tapi, nanti saat kamu telah menikah, kamu tidak berhadapan dengan dirimu sendiri tapi orang lain, pasanganmu. Mudah bagimu menolerir kesalahanmu tapi tidak kepada pasanganmu. Sehingga mudah bagimu untuk mengeluarkan kata-kata kasar bahkan perbuatan yang menyakiti.
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Sebelum kamu menikah, kamu bisa membelanjakan uang hasil kerjamu untuk dirimu sendiri tapi saat setelah menikah, kamu ikut menanggung stabilnya ekonomi keluargamu. Kamu tidak lagi bebas menggunakan uangmu. Kamu membaginya dengan pasanganmu meski hatimu berat sekali melakukannya. Atau sebaliknya, sekarang kamu harus ikut membantu ekonomi keluargamu, kamu takut setelah kamu menikah kamu tidak lagi bisa membantu karena keluarga kecilmu juga butuh untuk dibantu.
ADVERTISEMENT
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Saat nanti kamu harus menjadi akar yang kokoh, batang yang kuat, daun yang teduh, dan buah yang ranum bagi keluarga kecilmu sedangkan dirimu sendiri belum pernah merasakan itu. Akarmu hampir saja tercerabut jika kamu tidak memaksanya menghujam lebih dalam dan mencengkeram tanah kuat-kuat. Batangmu hampir roboh bahkan ada yang sengaja ingin menebasnya. Daunmu banyak yang gugur, jangankan untuk berteduh, untuk melindungimu dari sengat matahari saja tidak mampu. Buahmu, belum sempat berbuah, ada tangan-tangan usil yang mencoba melemparimu dengan batu atau keganasan makhluk liar.
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Nanti akan ada seseorang yang harus kamu kuatkan pundaknya, kau yakinkan niatnya, kau temani langkahnya, kau tenangkan hatinya, sedangkan dirimu saat ini mati-matian untuk tetap kuat, untuk tetap yakin, untuk tetap melangkah di tengah kegelisahan, kekhawatiran, dan memberanikan diri dari ketakutan.
ADVERTISEMENT
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Perjalananmu dalam pernikahan nanti amat panjang, selamanya, seumur hidupmu. Selama perjalanan itu, mustahil tidak ada jatuh bangun di dalamnya. Jatuh yang membuatmu luka. Lukamu, luka pasanganmu, dan luka anak-anakmu. Sedangkan saat ini kamu masih berupaya untuk sembuh. Sembuh dari luka yang berasal dari perjalananmu sebelumnya. Lukamu belum sembuh benar. Masih terasa sakit ketika ada yang menyentuhnya sekalipun itu sentuhan halus.
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Entah akan berapa banyak kata maaf yang terucap saat kamu menjalani pernikahan. Kesalahan pasanganmu atau kesalahan dirimu sendiri. Sedangkan saat ini masih ada beberapa hal dan orang yang belum kau beri maaf untuknya. Atau kamu berharap mereka minta maaf kepadamu. Nyatanya kamu tidak mendapatkan itu.
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Saat laki-laki yang kamu temui nanti sama dengan laki-laki yang membuatmu takut dan tidak betah di rumah. Laki-laki yang kalah dengan amarah. Laki-laki yang menyakiti ibumu. Laki-laki yang tak berdaya di matamu.
ADVERTISEMENT
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Saat perempuan yang kamu temui nanti sama dengan perempuan yang membuatmu risih dan ingin pergi dari rumah. Yang teriakannya memekakkan telinga dan cubitannya meninggalkan memar di lenganmu.
Pernikahan terasa menakutkan bagimu,
Mimpi-mimpimu sudah banyak yang terampas. Kamu takut untuk bermimpi lagi. Kamu tidak tahu harus bercita-cita apa lagi. Dan kamu berharap pasanganmu nanti yang akan menemani mewujudkannya. Tapi, justru ia menjadi orang pertama yang membuatnya kandas tak berbekas.
Pernikahan terasa menakutkan bagimu
Saat ini dengan mudah kamu membaca, menghafal dan mempelajari Al Quran. Kamu ingin membentuk keluarga dan generasi qurani. Tapi, kesibukan mengurus rumah tangga justru membuatmu jauh darinya.
Semua ketakutanmu itu masuk akal. Tapi, apakah kamu tahu darimana asal ketakutan itu? Dari ketidaktahuan. Ya, ketidaktahuanmu yang membuatmu ragu dan takut.
Ketidaktahuanmu yang menjadikanmu malas untuk mencari tahu. Ketidaktahuanmu yang membuatmu memiliki pemikiran bahwa semua laki-laki itu sama atau semua perempuan itu tidak ada beda. Ketidaktahuanmu yang mengungkung dirimu dalam sangkar emas yang kamu buat sendiri. Kamu yang menjadikan langit terasa mendung. Kamu menyalahkan awan yang menghalangi matahari padahal angin prasangka dari dalam dirimu yang membuatnya berhenti.
ADVERTISEMENT
Ketidaktahuanmu yang menghambat gerakmu, menutupi penglihatanmu, merusak pendengaranmu dan menumpulkan pikiranmu dan mengotori hatimu. Ketidaktahuanmu membuatmu lupa siapa yang mensyariatkan pernikahan dan siapa manusia terbaik yang mencontohkannya.
Apakah aku terkesan menyalahkanmu? Oh, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tidak sedang memaksamu. Aku justru ingin memberi ruang untukmu. Untuk menata lagi pikiranmu yang kacau dan hatimu yang galau.
Memberimu jeda dari ricauan manusia. Memberimu waktu untuk mempelajari medan yang akan kamu tempuh. Memberimu jarak agar luka itu tidak bergesekan sehingga membuatnya tambah pedih. Agar kamu masih punya banyak kesempatan untuk mengobatinya.
Miliki waktu berdua dengan Rabbmu. Hidupkan lagi malam-malam di tengah tidur nyenyakmu. Lazimkan lagi dzikir dan doamu. Miliki waktu dengan dirimu. Agar kamu bisa memetakan apa saja yang harus dipersiapkan. Menikahlah dengan penuh persiapan, bukan karena ketergesaan.
ADVERTISEMENT
Bekerjalah dengan sebaik-baiknya. Ikhtiarkan secara maksimal. Upayakan yang halal dan minta pada-Nya rizki yang tiada habisnya. Mulai belajar memaafkan agar langkahmu terasa ringan. Ambil pelajaran dan hikmah yang tersimpan. Carilah orang yang dapat kamu percaya. Carilah guru. Minta nasihatnya.
Pernikahan akan terasa menakutkan bagimu,
Adukan semua ketakutanmu itu pada Allah. Allah ingin kamu bahagia dalam pernikahanmu.
Semoga dalam pernikahan ini justru akan kamu temukan pasangan yang benar-benar kamu butuhkan, kasih sayang yang belum pernah kamu rasakan, dan semua nikmat yang selama ini kamu mintakan. Semoga pernikahan tidak lagi terasa menakutkan untukmu dan juga untukku. Semoga kelak kamu akan menyambut pernikahan dengan penuh kegembiraan. Menjalaninya dengan penuh ketenangan dan keberkahan hingga akhir perjalanan.