Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Saya Ngobrol dengan Si Janin Agar Melahirkan Pas Cuti
15 Oktober 2020 13:49 WIB
Tulisan dari Nadila E R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai perempuan yang masih harus bekerja saat hamil, saya memiliki banyak keinginan. Ingin rasanya di rumah saja, menikmati kehamilan tanpa harus bolak-balik naik ojek ke kantor. Semakin besar perut, semakin sulit naik motor lo.
ADVERTISEMENT
Ternyata permintaan tersebut dikabulkan karena ada pandemi corona. Antara sedih dan bahagia. Sedih karena jadinya harus di rumah terus. Bahagia karena perut semakin buncit jadi tidak perlu capek-capek keluar rumah untuk bekerja.
Permintaan lainnya yaitu, saya ingin sekali melahirkan ketika cuti. Saya enggak mau tiba-tiba harus lahiran saat masih bekerja. Kan repot ya. Apalagi pekerjaan saya ini setiap shift-nya hanya satu orang yang masuk.
Tapi kan, kelahiran bayi tidak bisa diprediksi meski sudah ada hari perkiraan lahir (HPL), karena kadang bisa lebih lama atau cepat dari HPL.
Salah satu teman lalu bercerita, katanya coba untuk mengajak ngobrol si bayi di dalam perut. Minta dia untuk keluar sesuai keinginan kita.
Saya pun akhirnya mengajak ngobrol bayi yang ada di dalam perut, saya usap-usap perut, lalu berkata, "Nak, nanti kamu lahiran waktu aku lagi cuti ya, tanggal sekian, bulan sekian, oke!" Setiap hari, setiap hari selalu saya ajak ngobrol seperti itu. Entah berhasil atau tidak, yang pasti saya coba dulu.
ADVERTISEMENT
Tiga hari sebelum cuti, saya tiba-tiba merasakan kontraksi. Posisi saat itu, saya sedang bekerja dari pukul 5.30 WIB. Saya bingung apakah harus izin atau tidak, karena kontraksinya semakin sakit setiap menitnya.
Namun, saya memutuskan untuk tidak minta izin. Pertama, karena rasa mulas-mulasnya masih bisa ditahan. Kedua, bekerja dari rumah. Ketiga, saya malas minta izin, haha.
Ternyata kontraksi yang saya rasakan ini sampai tiga hari lho. Padahal ibu saya bilang untuk segera ke bidan saat kontraksi hari pertama, tapi tertunda sampai hari ketiga.
Kenapa kok sampai tiga hari ya?
Usai bekerja di hari terakhir sebelum cuti, saya langsung tidur dan mengajak suami saya tidur bersama agar malamnya tidak mengantuk jika harus melahirkan.
ADVERTISEMENT
Untung saja saya dan suami tidur dulu, karena malamnya intensitas kontraksi yang saya rasakan semakin tak tertahankan. Sampai akhirnya, di pagi hari, di hari pertama saya cuti, anak lucu, gemas, dan pintar pun lahir. Ternyata, dia ingin lahir saat ibunya cuti.
Komunikasi yang saya lakukan setiap hari dengan si janin ternyata membuahkan hasil. Keinginan sederhana saya terkabul.
Setelah baca-baca banyak referensi, ternyata janin dalam perut memang memiliki ikatan emosional dengan ibunya. Sehingga, dengan sering-sering mengajak berkomunikasi, bayi akan semakin paham dengan mengingat dan menyerap rasa cinta dari sang ibu.
Seperti yang dikutip dari TheAsianParent, sejak trimester dua, janin bisa mengingat dan mengenal suara ibunya. Sehingga dia akan merasa tenang saat mengetahui ada ibu di sampingnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, untuk ibu-ibu hamil yang sedang menanti kelahiran sang buah hati. Jangan lupa untuk sering-sering mengobrol dengan bayi di perut, ya. Rasakanlah keajaiban yang juga saya rasakan.