Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bukit Ollon Toraja: Potensi Alam dan Majanemen Pengelolaannya
2 Desember 2024 10:12 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Priscilla Nadine Isvari Putri Atmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Destinasi wisata di Indonesia sudah banyak yang mendunia seperti yang berada di Pulau Jawa-Bali. Wisata di Pulau Sumatera , khususnya Tana Toraja butuh lebih banyak di-highlight agar semakin mendapat perhatian dari wisatawan. Salah satunya destinasi wisata yang masuk ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Sulawesi Selatan, tepatnya di Bukit Ollon. Artikel ini membahas potensi besar dan hal-hal yang sekiranya dapat mengembangkan pariwisata di Bukit Ollon, Sulawesi Selatan.
Ollon Toraja terletak di Desa Buakayu, Kecamatan Bonggakaradeng, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Disebut-sebut sebagai surga tersembunyi di pelosok Tana Toraja, daerah ini dulunya termasuk ke dalam kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Setelah diresmikan oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Sulawesi Selatan, warga sekitar Bukit Ollon mulai mencicipi rasanya modernisasi dari total dana sekitar 27 miliar rupiah untuk pembangunan kawasan bukit ini.
ADVERTISEMENT
Diperlukan waktu sekitar satu jam tiga puluh menit dengan jarak 40,9 kilometer dari kota Makale (ibu kota Kabupaten Tana Toraja) untuk sampai ke lokasi. Dana tersebut awalnya difokuskan untuk akses jalan agar kendaraan roda empat dapat melintas, dikarenakan permasalahan utama daerah ini adalah akses yang cukup sulit. Pembangunan infrastruktur disusul untuk menunjang pembangunan kawasan Bukit Ollon. Seiring berjalannya waktu, lokasi ini kini menyuguhkan pemandangan jajaran bukit yang indah serta masih terjaga keasliannya. Dipisahkan oleh Sungai Sa’dan, pengunjung dapat melihat sendiri savana yang indah sejauh mata memandang.
Sekalipun jalan menuju Bukit Ollon sudah banyak yang dicor agar memudahkan transportasi, kawasan ini tergolong masih sangat asri. Murid-murid sekolah yang menjalani perkemahan pramuka memilih lokasi Bukit Ollon karena alamnya yang indah dan bisa menjadi lokasi untuk menenangkan diri dari suntuknya tugas dan pekerjaan sehari-hari. Masyarakat di Bukit Ollon masih awam dengan yang namanya pengelolaan daerah pariwisata, sehingga pengunjung tidak bisa mengharapkan pelayanan akan didapatkan dengan mudah layaknya di kota-kota besar. Sebaiknya wisatawan membawa bekal makanan sendiri sesuai selera selama perjalanan ke Bukit Ollon.
ADVERTISEMENT
Harga tiket yang harus dirogoh untuk menikmati keindahan alam di sini tergolong sangat terjangkau. Jika ingin mendirikan tenda atau perkemahan dapat dibicarakan terlebih dahulu dengan warga sekitar. Berdasarkan pengalaman salah satu wisatawan, masyarakat Bukit Ollon tergolong sangat ramah dengan pengunjung sehingga seharusnya tidak sulit untuk melakukan koordinasi.
Fakta unik masyarakat di Bukit Ollon, di sana terdapat 30 kepala keluarga yang tinggal, mereka memiliki mata pencaharian utama sebagai petani jagung. Sedikit berbeda dari slogan orang Indonesia bahwa "belum makan nasi berarti belum makan," dikarenakan topografi Bukit Ollon merupakan savana yang tidak bisa ditanami padi atau jenis pertanian yang beragam, sehingga makanan pokok masyarakat Bukit Ollon merupakan jagung.
Dapat dikatakan bahwa masyarakat sekitar Bukit Ollon berperan besar dalam menyambut dan membantu pengunjung. Peran mereka sangat penting sehingga diperlukan bantuan tambahan dari pemerintah berupa edukasi tentang pengelolaan wilayah yang nantinya juga dapat tersampaikan ke pengunjung. Contohnya, edukasi tentang informasi-informasi seputar Bukit Ollon, lokasi-lokasi strategis untuk mendirikan tenda, sumber makanan, dan juga mengajak pengunjung untuk menjajal makanan khas Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Selain memanfaatkan peran penduduk sekitar, Pemerintah daerah berkewajiban untuk terus meningkatkan kenyamanan pengunjung yang datang ke Bukit Ollon, peningkatan fasilitas di sana dapat dikembangkan mulai dari fasilitas umum seperti penyediaan toilet, air bersih, dan sanitasi agar warga sekitar dan pengunjung dapat terus nyaman berada di sana.
Berdasarkan pengalaman salah satu wisatawan yang datang dari Makale, jalan menuju Bukit Ollon kadang sangat sempit untuk dilalui dua mobil dan sangat curam hingga berkelok-kelok. Jika tidak hati-hati maka bisa saja pengunjung terpeleset dan jatuh ke jurang dengan kedalaman 200 meter. Oleh karena itu, pemerintah dapat menganggarkan dana lebih untuk membuat sign di sepanjang jalan menuju Bukit Ollon yang bertujuan agar pengendara dapat lebih berhati-hati dan terus fokus. Membuat posko keamanan setiap beberapa kilometer untuk monitoring wilayah. Alangkah lebih baik lagi untuk memperlebar jalan agar aman untuk minimal dilalui dua mobil dari arah yang berlawanan.
ADVERTISEMENT
Selain meningkatkan keamanan, pemasaran juga wajib dilakukan untuk menunjang ketenaran destinasi. Salah satu langkah yang diambil oleh Pemprov Sulsel yaitu memberikan dana sebesar 22,5 miliar rupiah. Dana sebanyak itu tidak hanya dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur, namun juga subsidi tiket pesawat rute Toraja-Kalimantan. Kebijakan ini berkesempatan membuka rute sebaliknya yaitu rute Kalimantan-Toraja. Bertujuan menggeliatkan perekonomian dan pariwisata di Toraja, langkah ini merupakan langkah yang cukup cemerlang mengingat Kalimantan memiliki potensi yang besar untuk mendatangkan calon-calon wisatawan.
Berkaitan dengan masalah sampah, telah disiapkan tempat yang sudah dikelola oleh BUMDES Lembang Bau kawasan Ollon. Wisatawan diharapkan untuk membawa sampahnya sendiri sampai sampah tersebut bisa dibuang di Buakayu atau Makale. Hal ini bertujuan agar kawasan Ollon tetap terjaga kebersihan dan kerapiannya dari tumpukan sampah yang dihasilkan. Wisatawan juga diharapkan untuk menghindari penggunaan api besar dan pembakaran sampah dikarenakan api di padang savana sangat mudah untuk merambat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pernyataan tentang pengelolaan sampah di Bukit Ollon, ini sangat baik mengingat banyak sekali lokasi-lokasi wisata di Indonesia yang sedikit berkurang kecantikan alamnya dikarenakan pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Membuat peraturan membawa sampah masing-masing hingga dapat dibuang di ibu kota dapat melatih pengunjung untuk dapat bertanggung jawab dengan sampah yang dihasilkannya sendiri. Alangkah lebih baiknya jika di Makale, pengelolaan sampah juga sudah dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya. Hal ini dapat meringankan beban pengelolaan sampah yang akan terus bertambah seiring lokasi Bukit Ollon menjadi lebih terkenal dan pengunjung pastinya akan semakin bertambah banyak.
Mengingat kawasan ini awalnya masuk kawasan 3T, pembangunan kawasan Bukit Ollon dan sekitarnya sudah membawa banyak pengaruh bagi kenyamanan warga setempat dan juga pengunjung. Peran pemerintah dan gubernur sudah cukup baik, mengingat sulitnya akses kendaraan beroda empat untuk melintas yang sebelumnya tidak dicor semen/aspal, selanjutnya dapat ditingkatkan lagi agar minimal dua kendaraan roda empat dapat melintas di waktu bersamaan. Warga sekitar juga berperan penting untuk mendampingi pengunjung.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan sampah sebaiknya semakin diutamakan di area sekitar bukit dan ibu kota Makale, agar tidak terjadi kesulitan kedepannya. Manajemen pengunjung yang datang berkemah sebaiknya diperluas agar semuanya dapat dimonitor dan menghindari terjadinya kerusakan alam, buang sampah sembarangan, dan kemungkinan kecelakaan tak disengaja yang membuat terbakarnya rumput di savana. Adanya longsor di beberapa titik sepanjang jalan berefek menutup beberapa jalur perjalanan, sehingga membuat posko keamanan, rambu-rambu lalu lintas, fasilitas P3K di jalan menuju bukit dan sekitarnya sangat baik untuk memastikan pengunjung dapat aman untuk sampai dan pulang dari Bukit Ollon.