Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
‘Kupclang’ Si Pahlawan Kolang-Kaling Dari Sumedang
4 Juli 2024 5:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nadya Yasmine Khaerunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tangannya tak berhenti memegang sebuah alat. Alatnya terlihat sangat sederhana, hanya terbuat dari dua bilah kayu dengan sisi yang berbeda. Cara menggunakannya cukup dengan ditekan. Luar biasanya, alat tersebut mengeluarkan biji-biji buah kecil, yaitu kolang-kaling.
ADVERTISEMENT
Wahyu, seorang petani kolang-kaling dari Desa Cisampih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, yang saat ini berusia 46 tahun, merupakan seorang pencipta alat kecil nan bermanfaat yang bernama Kupclang itu. Kucplang saat ini telah menjadi pahlawan kecil bagi para petani aren di Desa Cisampih dengan kemampuannya.
Sudah 30 tahun, Wahyu menjadi seorang petani. Sumber utama penghasilannya berasal dari pohon aren. Tidak hanya Wahyu, warga Desa Cisampih pun kebanyakan berprofesi sebagai petani. Bahkan Detik.com menyebutkan bahwa desa ini merupakan desa penghasil kolang-kaling terbesar di Sumedang. Tidak hanya di Desa Cisampih, berdasarkan data, Kecamatan Jatigede merupakan kecamatan yang memiliki banyak pohon aren aktif. Jumlahnya mencapai sekitar 5 ribu tangkal.
Kolang-kaling saat ini diminati oleh berbagai kalangan. Tidak hanya ramai saat bulan Ramadhan, seperti diolah menjadi kolak dan es campur. Wahyu mengatakan bahwa saat ini permintaan untuk kolang-kaling selalu ada. Maka dari itu, penting untuk menciptakan inovasi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan minat pembelian.
ADVERTISEMENT
Setelah 30 tahun masa pengabdiannya menjadi seorang petani aren, Wahyu berhasil menemukan inovasi dalam produksi kolang-kaling. Inovasinya adalah merubah alat pengupasan kolang-kaling secara konvensional yaitu pisau, menjadi alat yang lebih modern. Dari sinilah, Wahyu mulai merakit Kupclang.
Kerja alat ini cukup sederhana. Dua bilah kayu persegi panjang dengan dua sisi berbeda disatukan dengan kayu berbentuk persegi. Alat ini bekerja seperti gunting, menggunting ujung buah aren hingga mengeluarkan kolang-kaling. Di bawahnya, akan dialasi wadah yang menampung kolang-kaling tersebut.
Untuk satu alat sederhana ini petani perlu merogoh kocek sebesar 250 ribu. Apabila masyarakat luar Jawa Barau ingin membelinya. Alat ini juga telah dipasarkan di marketplace dengan harga sekitar 300 ribu. Tentunya, akan terasa lebih murah apabila membeli langsung dari petani gula arennya.
ADVERTISEMENT
Efisiensi waktu dan pengurangan modal produksi juga menjadi salah satu keunggulan dari alat ini. Buah aren biasanya berbiji tiga, ketiganya itu harus dikeluarkan untuk menjadi kolang-kaling. Karena tidak menggunakan pisau, Kupclang dapat langsung mengeluarkan tiga biji buah sekaligus dalam sekali tekan. Berbeda dengan penggunaan pisau yang harus mengupas buah satu-persatu untuk mengeluarkan bijinya.
Selain memberikan berkah bagi warga desa melalui Kupclang. Berkah juga menghampiri Wahyu dengan berhasilnya alat ini menjuarai Juara Favorit kategori Teknologi Tepat Guna (TGG) pada Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) XXIII di tahun 2022. Alat ini terbukti dapat memudahkan para petani kolang-kaling untuk mengupas kulit buah aren.
Dony Ahmad Munir, Bupati Sumedang pada wawancaranya bersama Kompas.com mengaku bangga atas pencapaian yang dicapai Wahyu. Dony mengatakan bahwa inovasi yang diciptakan Wahyu dapat mengatasi masalah di tengah masyarakat. Dony juga berharap penemuan ini dapat memotivasi warga lainnya untuk menciptakan inovasi baru untuk memecahkan masalah di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dony pada Bisnis.com di tahun 2022 mengatakan, "dari Sumedang untuk Jawa Barat, dari Sumedang untuk Indonesia. Sebuah inovasi yang berdampak luas pada masyarakat dan bisa menyelesaikan persoalan serta bisa mensejahterakan masyarakat."
Sesuai dengan pernyataan Dony, Wahyu kembali termotivasi. Setelah menemukan alat pemotong buah Aren ini, Wahyu tidak merasa puas. Dengan motivasi yang sama, yaitu melihat kesulitan para petani padi Wahyu mengatakan bahwa ia termotivasi untuk menciptakan alat lainnya, yaitu alat perontok padi.
Wahyu berharap, pemerintah dapat memberikan permodalan untuk peningkatan kualitas alat. “Pemasarannya itu juga perlu bantuan,” tambah Wahyu. Wahyu mengatakan bahwa dirinya membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk mempromosikan alat-alat teknologi pertanian ini. Pada intinya. sangat dibutuhkan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan petani dalam udaha eningkatan inovasi pada industri pertanian.
ADVERTISEMENT