Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
KKN Daring: Meningkatkan Literasi Digital Masyarakat
31 Agustus 2021 14:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nafi Dian Rama Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah digital menjadi sebuah perwujudan dari era kontemporer di mana hampir semua aktivitas manusia dapat dilakukan melalui media digital. Hal inilah yang menjadikan kita sebagai masyarakat digital. Masyarakat digital sendiri adalah masyarakat yang elemen di dalamnya terhubung melalui jaringan teknologi di mana mereka dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Hal paling umum paling mendasar dari masyarakat digital adalah interaksi yang dilakukan secara virtual melalui media sosial seperti Facebook, Telegram, Twitter, Instagram, WhatsApp, dan sejenisnya. Bahkan pemerintah juga turut mendorong masyarakat untuk mulai membiasakan diri dengan gaya hidup digital. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai layanan publik yang dilakukan secara virtual melalui perangkat digital seperti pengurusan SIM , pembuatan NPWP , hingga pendaftaran vaksinasi – meskipun masih belum maksimal, ini merupakan langkah awal meningkatkan literasi digital masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan era kontemporer ini.
ADVERTISEMENT
Lalu apa itu literasi digital?
Sesuai namanya, pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan dan memanfaatkan media digital dengan bijak.
Pada pertengahan Juli hingga akhir Agustus 2021, Mahasiswa KKN-PPM UGM Periode 2 Unit JT033 diterjunkan ke Kecamatan Karangtengah secara daring dengan literasi digital sebagai salah satu program yang dilakukan di salah satu desa, yakni Desa Rejosari. Sebagai gambaran awal, kondisi di Rejosari sendiri tidak ada bedanya dengan daerah lain di tengah kota. Namun literasi digital di sana masih belum merata di mana masih terdapat kalangan yang kesulitan mengoperasikan media digital, terutama kalangan usia 40-50 tahun ke atas. Tentu saja berbeda dengan kalangan pemuda di mana hampir semuanya sudah tidak asing untuk mengoperasikan media digital dan lebih cepat untuk belajar dan menyesuaikan diri.
ADVERTISEMENT
Melihat fenomena tersebut menjadikan program literasi digital ini untuk menyasar warga Desa Rejosari secara umum. Tentu saja terdapat pandangan skeptis terkait pelaksanaan program ini seperti “Apakah warga Desa Rejosari siap atau tidak untuk menerima program ini?”. Namun pertanyaan pentingnya adalah kapan warga Desa Rejosari akan menyesuaikan diri dengan era kontemporer ini dengan menjadi bagian dari masyarakat digital. Di mana digitalisasi ini tidak akan berhenti, akan terus meluas, dan memaksa kita untuk menyesuaikan diri atau kita tidak akan memiliki tempat lagi di era ini karena mulai dari layanan publik, gaya hidup, hingga urusan finansial mulai dilakukan secara digital.
Program literasi digital ini sendiri mensosialisasikan mengenai etika di media sosial , kejahatan siber, dan keamanan data pribadi dengan penekanan lebih terkait tema keamanan data pribadi memiliki. Hal ini cukup memberikan pandangan baru mengenai hal sesederhana struk transaksi yang biasanya langsung kita buang tanpa pikir panjang dapat menjadi kesempatan bagi orang lain untuk mencuri data pribadi kita. Bahkan untuk membuat password yang rumit seperti lima digit karakter acak bahkan tidak lebih aman dari kalimat digit yang lebih panjang seperti “selamat ulang tahun”, hal ini bertolak belakang dengan apa yang dipahami kebanyakan orang mengenai semakin “semakin acak password-nya, maka semakin aman”. Tidak hanya keamanan data dalam ruang digital, namun hal sederhana seperti fotocopy yang sering kita sepelekan juga jauh lebih rentan untuk keamana data pribadi – di mana semua mesin fotocopy produksi tahun 2002 ke atas telah dilengkapi hard drive . Sama dengan teknisi handphone, teknisi mesin fotocopy juga memiliki akses ke memori (hard drive) yang terdapat ribuan dokumen penting orang yang telah menggunakannya. Tentu saja hal ini masih asing di Indonesia dan masih terdapat antisipasi lain seperti pemasangan enkripsi pada hard drive jika pemilik mesin tersebut concern terhadap keamanan datanya.
Metode daring menjadi hambatan terbesar untuk pelaksanaan program literasi digital yang direncanakan dilakukan dalam bentuk webinar secara synchronous. Namun mengingat tingkat literasi digital warga Desa Rejosari, program ini hanya akan diikuti oleh kalangan tertentu saja yang sudah terbiasa dengan webinar. Solusi paling mudah tentu dengan mengganti sasarannya ke kalangan pemuda, namun tujuan dari KKN adalah berkontribusi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sehingga metode webinar diubah menjadi video asynchronous yang diunggah ke kanal YouTube Desa Rejosari untuk dapat dilihat siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Kemudian untuk memastikan output dari video tersebut, dilakukan evaluasi singkat dari peserta melalui Google Forms dan pesan pribadi. Hasil evaluasi dari warga Desa Rejosari yang hanya memberikan feedback mengenai kualitas perangkat pembuatan video memberikan kesimpulan bahwa materi yang telah disampaikan sudah dapat diterima dengan baik.
ADVERTISEMENT