Konten dari Pengguna

Telusur Sejarah: Peran Perempuan Dalam Politik Yunani dan Romawi Kuno

Nafisa Fachrudia Nikmah
Saya Nafisa Fachrudia Nikmah seorang mahasiswa S1 Ilmu Sejarah Universitas Airlangga
3 Oktober 2024 6:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nafisa Fachrudia Nikmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto barisan patung kepala perempuan Yunani dan Romawi Kuno, sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto barisan patung kepala perempuan Yunani dan Romawi Kuno, sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
Peradaban kuno Yunani dan Romawi sering dianggap sebagai tempat lahirnya demokrasi dan hukum, yang membentuk pemikiran politik selama berabad-abad yang akan datang. Namun, jika dicermati lebih dekat, masyarakat-masyarakat ini menunjukkan keterbatasan yang mencolok dalam marginalisasi perempuan di bidang politik. Meskipun laki-laki mendominasi proses pengambilan keputusan dan wacana publik, suara perempuan seringkali dibungkam atau diabaikan. Maka dengan ini dieksplorasi bagaimana peran, kontribusi, dan kendala yang dihadapi perempuan dalam lanskap politik Yunani dan Romawi kuno, serta menyoroti bagian sejarah yang sering diabaikan.
ADVERTISEMENT
Kerangka Patriakisme Masyarakat
Kehidupan masyarakat pada era Yunani dan Romawi Kuno sangat kental dengan kerangka patriakisme yang kuat, penyebab patriakisme itu dikarenakan berbagai hal seperti kondisi struktur masyarakat Yunani dan Romawi yang sangat bersifat patriarkal, dengan arti laki-laki dipandang sebagai pengambil keputusan dan pemimpin utama. Hirarki gender ini tidak hanya memengaruhi struktur keluarga namun juga meresap ke dalam institusi politik.
Di Yunani, khususnya di negara-negara kota seperti Athena, sebagian besar perempuan dikecualikan dari partisipasi dalam kehidupan politik. Mereka tidak dapat memilih, memegang jabatan publik, atau berbicara di majelis. Di Roma, meskipun sejumlah perempuan elit mempunyai pengaruh informal, mereka tetap dikecualikan dari peran politik resmi.
Tak hanya itu Perempuan di Yunani dan Romawi kuno menghadapi pembatasan hukum yang membatasi hak-hak mereka. Misalnya, perempuan Athena tidak dapat memiliki tanah, dan status hukum mereka sering kali terikat pada perwalian laki-laki. Selain itu juga isolasi ruang publik yang disebabkan oleh kerangka sosial memaksakan pemisahan antara kehidupan publik sosial masrakat dan kehidupan pribadi perempuan. Ruang lingkup perempuan pada dasarnya adalah domestik, dan kontribusi mereka sebagian besar tidak diakui di luar rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Tokoh Terkemuka dan Dampaknya
Meskipun sebagian besar perempuan dikesampingkan keberadaannya dalam ruang publik masyarakat, namun dengan adanya beberapa pengecualian yang menyoroti potensi pengaruh mereka dalam ruang publik masyarakat, yakni seperti adanya perempuan kuat dan berpengaruh dalam catatan sejarah yang hidup pada era Yunani dan Romawi Kuno. Sosok perempuan kuat dan berpengaruh tersebut diantaranya.
ADVERTISEMENT
Perempuan-perempuan tersebut dapat menjadi kuat dan memiliki pengaruh disebabkan oleh adanya perubahan sosial melalui pertemuan perempuan dan salon perempuan menjadi ruang informal di mana ide dan gagasan dapat dipertukarkan serta diskusi politik dapat dilakukan, sehingga memberikan perempuan kapasitas untuk memberikan pengaruh dalam kehidupan publik pada era Yunani dan Romawi Kuno. Selain itu pernikahan strategis dengan kalangan bangsawan sering kali memungkinkan perempuan untuk memberikan pengaruh secara tidak langsung. Mereka menjadi tokoh berpengaruh karena mensejajarkan keluarga mereka dengan tokoh politik terkemuka.
Kontribusi Budaya yang Membentuk Wacana Politik
Meskipun partisipasi langsung perempuan dalam politik terbatas, kontribusi budaya mereka sangat menentukan lanskap politik, hal ini dikarenakan para perempuan, khususnya di Roma, berkontribusi pada sastra yang seringkali mengkritik norma-norma sosial. Karya-karya penyair dan dramawan perempuan mulai bermunculan, secara halus mempertanyakan struktur kekuasaan yang sudah mapan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu ide-ide tentang filsafat dari para perempuan Yunani dan Romawi Kuno juga memberikan kontribusi dalam tatanan politik, meskipun dalam catatan sejarah para filsuf perempuan jarang ditemukan keberadaannya, namun filsuf-filsuf yang muncul seperti Hypatia dari Alexandria menawarkan wawasan yang sangat berharga mengenai etika dan politik, serta mendorong batasan mengenai peran perempuan dalam masyarakat.
Agama sebagai Alat Politik
Agama sering digunakan oleh kaum perempuan Yunani dan Romawi Kuno sebagai alat dalam mengatur tatanan politik, hal ini dibuktikan dengan sering kalinya kaum perempuan yang menduduki posisi penting dalam lembaga keagamaan, yang terkadang diterjemahkan menjadi kekuasaan politik informal. Misalnya, Perawan Vestal di Roma mempunyai pengaruh yang besar karena otoritas keagamaan mereka. Kemudian ritual keagamaan di ruang publik juga sering kali digunakan, terbukti dengan adanya partisipasi kaum perempuan dalam ritual keagamaan terkadang masuk ke ranah publik, sehingga memungkinkan mereka untuk berekspresi dan terlibat dalam pengambilan keputusan di masyarakat.
Ilustrasi kumpulan Perawan Vestal, sumber : National Geography
Eksplorasi peran perempuan dalam lanskap politik Yunani dan Romawi kuno mengungkap interaksi yang kompleks antara norma-norma masyarakat, batasan hukum, dan peluang untuk mendapatkan pengaruh. Meskipun suara mereka sering kali tidak terdengar, kontribusi perempuan berpengaruh dan kekuatan simbolis yang mereka miliki menyoroti potensi perempuan yang belum dimanfaatkan dalam peradaban dasar ini. Saat kita merenungkan sejarah, penting untuk mengakui perbedaan pengalaman perempuan dan menyadari bahwa ketidakhadiran mereka dalam kerangka politik formal tidak berarti tidak adanya dampak. Memahami dimensi-dimensi ini memperkaya pemahaman kita tentang sistem politik kuno dan mengundang masyarakat modern untuk mencari narasi yang lebih inklusif dalam sejarah politik mereka.
ADVERTISEMENT