Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Doa Tukang Sol Sepatu
12 Februari 2021 12:58 WIB
Tulisan dari Nahdan Faiq Hanania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi ini dia mengayuh sepedanya, keliling kampung dan komplek di sekitaran Jatiasih, Bekasi. Matahari tampak lebih cerah dari beberapa hari terakhir di bulan Januari, musim penghujan.
ADVERTISEMENT
Peluhnya menderas, sesekali dia doping dengan air putih. Rebusan singkong yang dia beli sehari sebelumnya dilahap di emperan masjid.
Tentu dia berharap lalu lalang warga sekitar memanggilnya untuk sekadar menjahit sandal dan sepatu yang harganya tidak dapat dia fahami.
Cuaca hari ini mendukungnya. Sudah tiga jam dia keliling tapi tak ada satu pun pelanggan. Mungkin efek WFH (work from home) sehingga sepatu orang-orang tidak terpakai, awet, tidak ada kerusakan.
Dia menepi, istirahat, tak lupa salat dhuha dua rokaat. Memanjatkan Allahumma innid-duhaa dhuha uka... Tak luput berdoa semoga COVID-19 lenyap agar dia kembali dapat pelanggan.
Membawa Rp 50 ribu sehari sudah cukup baginya. Sementara hari-hari ini kadang tak serupiah pun dia dapatkan.
ADVERTISEMENT
Baginya, yang penting adalah ikhtiar. Kembali dia mengayuh sepeda sampai zuhur. Menjelang asar dia masih blm mendapatkan satu pun pelanggan.
Dia menepi, mengambil air wudhu asar. Doa bakda asarnya bertambah khusu' "Ya Allah, anakku masih kecil. Dia butuh asupan gizi agar sehat, kuat, dan cerdas. Agar tidak seburuk nasib orang tuanya.." Doa yang sederhana.
Dia menyudahi doanya dengan sujud. Meletakkan kepalanya dg derajat terendah di hadapan Tuhan-Nya. Lalu keluar masjid.
Di luar masjid, seorang pemuda, gagah, bersih, dan berdasi rapih. Tapi raut mukanya terlihat lelah, berat. Dia tampaknya mengendarai mobil merek toyota alphard yang ada di parkiran masjid.
Pemuda itu meminta kepada tukang sol agar membersihkan sepatunya, menjaganya sampai selesai salatnya.
ADVERTISEMENT
Tukang sol bingung, sepatu masih tampak bersih mengkilat. Dia tetap menerima sambil kembali mengelap dengan sigap. Tidak perlu menjahit seperti biasanya.
Pemuda tadi keluar dari masjid, memberinya satu lembar uang merah. Tukang sol menolaknya karena upah membersihkan sepatunya hanya Rp 10 ribu. Tukang sol juga menyampaikan hari ini belum mendapatkan pelanggan satu pun.
Pemuda tadi mengeluarkan dompetnya dan menambah satu lembar uang merah lagi. Katanya terima saja dua lembar uang tersebut. “Itu buat bapak makan bersama keluarga.”
Gumam pemuda dalam hatinya "Saya harus lebih bersyukur. Proyek Rp 100 miliar memang gagal didapatkan. Tapi, bukankah masih ada pekerjaan dan pendapatan yang diperolehnya. Membayangkan menjadi tukang soal rasanya jauuuh lbh berat"
Sementara tukang sol menggenjot sepedanya dengan cucuran air mata. Tiga hari ini dia hanya membawa pulang uang Rp 10 ribu dan hari ini 200rb. Sungguh Maha Baik Tuhan!!
ADVERTISEMENT
Membayangkan anak istrinya dapat makan dengan lauk ikan lele. Membayangkannya saja mereka bahagia. Dia juga akan mampir di pasar untuk membeli bawang merah, cabai, terasi, garam, dan minyak sayur.
“Semoga anak muda tadi lancar urusannya, dilapangkan rezekinya, disehatkan badannya, dan dikuatkan iman takwa-nya” doa tukang sol.
Sementara pemuda parlente tadi menderu mobilnya, melanjutkan perjalanan. Dia menyengaja mampir ke masjid komplek karena imajinasinya akan masa lalu di tempat yang sama. Masjid tersebut adalah tempat dia dulu belajar ngaji di TPA.
Dalam beberapa menit, Toyota Alpahard sudah sampai di lampu merah. Dia menengok handphone-nya yang mendering pelan.
“Mas, langsung aja ya. Yang kita bicarakan kemaren, jadi ya. Kita bagi tugas aja, kamu yang carikan supplier-nya, saya yang masarin di sini. Saya sudah deal sekitar beberapa supermarket di California dengan kebutuhan 500 ton udang tiap bulannya. You should make sure if the supply ready every month!!.”
ADVERTISEMENT
“Deal!!”
Senyumnya mengembang. Dia yang gagal andil dalam impor daging sapi Australia karena harus suap sana-sini, kini mendapat proyek eskpor udang ke AS tiap bulannya.
Awalnya dia hanya say hallo ke teman kecilnya yang kini tinggal di AS soal temannya di Gresik yang kebingungan “membuang” udang karena permintaan domestik turun drastis.
“Aah.. mungkin ini karena doa tukang sol sepatu” gumamnya. Dia bertekad akan mencari tukang sol sepatu tadi untuk sekedar zakat atau infaq.