Konten dari Pengguna

Belajar Menampar Sandiaga Uno dari Roy Citayam

Gigih Imanadi Darma
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bekerja di media online sepakbola Libero.id
26 Juli 2022 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gigih Imanadi Darma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Foto: Jamal Ramadhan/Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Foto: Jamal Ramadhan/Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Agar supaya hidup lebih meriah sedikit, remaja-remaja Bogor yang kebanyakan dari Citayam dan Bojonggede beramai-ramai nongkrong di kawasan elit Sudirman Central Business District alias SCBD.
ADVERTISEMENT
Dengan pakaian yang modis mereka berseliweran di jalanan yang bersih dan terang dan tidak perlu waktu lama Citayam Fashion Week menggema. Sampai sekarang.
Bukan Paris. Bukan juga New York. Atau Milan. Atau London sekalipun. The big four pusat mode dunia. Tempat di mana lampu tidak pernah padam. Kota-kota besar itu seolah libur dan panggung catwalk pindah ke Ibu kota Jakarta.
Sampai-sampai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno, merasa perlu berbicara. Aji mumpung. Di mana ada yang viral disitu Sandiaga Uno cari perhatian.
Sebagai sarjana lulusan Amerika, Sandi yang bukan Menteri Pendidikan sangat peduli dengan pendidikan, para ABG yang jadi ikon SCBD itu ditawari bantuan beasiswa sekolah. Terus bagaimana respon mereka?
ADVERTISEMENT
Aji Alfriandi alias Roy Citayam bertindak sebagai juru bicara, mewakili rekan-rekannya, dengan keyakinan yang mantap menolak tawaran itu.
Tamparan Dari Roy Buat Sandiaga Uno
Mendengar niat baiknya bertepuk sebelah tangan, saya membayangkan Sandiaga Uno menepuk jidat sambil tertawa kecut. Lalu menepuk tangannya yang menepuk jidat. Bertumpuk jidat dengan jidat. Begitulah kira-kira. Dan kalau sudah begitu, harus dengan apa Sandiaga Uno menutup kedua pipinya?
Pipi mulus yang kenyang di sepoi-sepoi angin negeri seribu pulau itu sewajarnya menjadi tempat yang empuk untuk mendaratkan tangan.
Meski tak bisa dengan wujud fisik tangan. Kata-kata penolakan dari Roy Citayam lebih telak kiranya didaratkan ke Sandiaga Uno. Sebuah tamparan keras.
Beruntung buat Roy, Sandi yang rajin olahraga itu tidak mengidap darah tinggi, kalau iya, bisa jadi maki-maki yang keluar. Ditawari remah APBN pendidikan malah tidak mau.
ADVERTISEMENT
Teganya lagi, Roy menjawab itu dengan gelagat santai yang sangat natural. Dijawabnya dalam satu tarikan nafas dan 5 kali kedipan mata. Dan upaya dari sosok yang pernah jadi calon orang nomor dua di Indonesia itu gagal.
Sandi gagal meyakinkan Roy bahwa pendidikan itu penting. Denyut nadi sebuah bangsa. Roy yang tak tamat SMP lebih berminat menjadi content creator tanpa embel-embel sarjana.
Roy punya kuasa sendiriuntuk menanggapi omongan latah yang mungkin iseng dan tak sengaja direkam kamera dan cuma cari perhatian itu. Beasiswa yang berarti segepok uang cuma-cuma buat duduk dan merasakan kembali atmosfer sekolah ditolak Roy.
Sebuah SaranUntuk Sandiaga Uno
Ada baiknya Sandi memberi tawaran ke petinggi-petinggi BEM yang sering demonstrasi dan sekali dua kali pernah omong-omong di televisi meksipun gemetaran juga dicecar Hotman Paris Hutapea dan grogi di hadapan Karni Ilyas atau tidak fokus saat ditanya Najwa Shihab.
ADVERTISEMENT
Atau ke senior-senior mereka di organisasi ekstra kampus yang kalau ketemu pejabat publik tak jauh-jauh bicara soal proyek. Jadi makelar.
Kalau dengan mereka yang kaum intelektual itu jawabannya mungkin membuat Sandi lega dan tersenyum bersyukur, sebab kurang dari 25 persen alias 20% APBN pendidikan (Rp 621, 3 triliun) akan terpakai untuk mereka yang sangat bisa diarahkan jadi buzzer dan influencer.
Pastilah konten-konten yang dihasilkan oleh sarjana-sarjana itu lebih gemerlap dari apa-apa yang dihasilkan Roy dan rekan-rekan.
Entah Sandi entah Menteri yang lain, tawaran beasiswa ke kaum intelektual yang konon agent of change dan social control itu dengar-dengar tipis sebetulnya sudah dialokasikan dananya. Khusus. Ada kuotanya. Jatah. Begitu kasarannya. Dengar-dengar loh ya. Ini gosip dikalangan aktivis.
ADVERTISEMENT
Mari Belajar Dari Roy Citayam
Hidup ini memang seputaran pilihan dan kesempatan. Banyak yang mencemooh Roy lantaran tak mau diberi beasiswa, tapi kita juga harus belajar dari Roy, jangan karena pakaian KW yang kedodoran dan model rambut yang ngeri-ngeri sedap itu kita jadi tak menaruh respect kepadanya.
Kalau akhlak kita berfungsi dengan baik dan tidak dikecoh oleh akal, jawaban dari Roy cobalah dipikir-pikir lebih dalam, bukankah itu mengajarkan kita tentang pilihan? Seni dalam menyikapi tawaran dan mencocokkannya dengan situasi internal diri kita secara jujur.
Roy melihat peluang lebih nyata didepannya. Menghabiskan waktu di bangku sekolah tidak akan lebih produktif jika dibanding dengan buat-buat konten di SCBD. Roy sudah bisa dapat endorse. Uangnya nyata bukan lagi sebentuk janji.
ADVERTISEMENT
Uang yang didapatnya dari keringat sendiri, tidak meminta. Uang itu datang karena ia jujur menampilkan dirinya.
Para aktivis mahasiswa yang sibuk kejar beasiswa luangkanlah waktu untuk belajar dari Roy. Janganlah terlalu sibuk memoles citra diri. Memperpanjang CV yang cuma ilusi itu. Berhentilah mencari ketenaran, bermain di atas panggung dengan cara menjilat dan menginjak harga diri sendiri.
Belajarlah dari Roy dan ABG di SCBD lainnya, belajarlah bagaimana cara menampar pejabat, menampar kekuasaan, yang datang menawari uang dan kalau diterima harus ikut aturan main mereka. Kalau seseorang punya value yang tinggi, ia tak akan goyah oleh uang berapapun jumlahnya.
Angkat topi. Hormat setinggi-tingginya untuk Roy Citayam.