Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inovasi yang Berisi, Bukan Tong Kosong yang Nyaring Berbunyi
22 April 2022 15:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Inovasi menjadi ciri dari kompetensi masa depan, yang mungkin paling sering disebut saat ini. Guru, orang tua, atasan di dunia kerja, mengamini pentingnya inovasi di era digital dalam menghadapi tantangan masa kini. Pengusaha dan pemasaran produk serta jasa di berbagai industri, beramai-ramai mengeklaim sebagai pelaku bahkan pelopor inovasi. “Kebaruan” memang selalu memikat hati, walau tentu sekadar “beda tanpa substansi” bagaikan tong yang isinya kopong dan tidak memberi arti.
ADVERTISEMENT
Daripada ikut-ikutan menggunakan kata inovasi hanya karena sedang trendi, mari mengulik lebih dalam apa dan bagaimana inovasi yang bermakna untuk pengembangan diri.
Memikirkan opsi yang seolah berlawanan atau melampaui batasan dalam menyelesaikan permasalahan adalah ciri kekritisan dan kreativitas berpikir yang menjadi esensi dimensi kompetensi berinovasi. Akan tetapi jangan lupa, inovasi selalu juga berarti aksi yang diimplementasi. Jadi kemampuan melakukan eksperimentasi, eksekusi dengan tenggat waktu cepat yang kemudian juga segera diperbaiki, perlu kita miliki. Terus mengumpulkan bukti dan perspektif penuh empati, disiplin dalam mendokumentasikan proses kerja dan mengumpulkan umpan balik serta bertemu dengan beragam praktisi, juga indikator perilaku harian yang menjadi modal inovasi.
Bagaimana memperkaya inovasi, hulu dan hilirnya selalu tentang bagaimana menumbuhkan lebih banyak inovator. Sama seperti semua jenis kompetensi, dimensi ini tak akan subur sendiri. Butuh dukungan ekosistem yang kuat di mana pejuang anti status quo mendapat dukungan tanpa henti, bukan sekadar dalam bentuk insentif materi tetapi dalam mengkoneksikan ide dan mendapat apresiasi atas proses disrupsi.
ADVERTISEMENT
Salah satu miskonsepsi yang juga perlu kita luruskan di ekosistem saat ini, proses inovasi sifatnya tidak soliter dilakukan di laboratorium peneliti. Kisah hidup inovator yang paling berhasil, sering menunjukkan pentingnya kerja barengan yang terintegrasi untuk merangsang inovasi. Inovator sejati akan selalu didorong oleh motivasi internal yang semangatnya mirip dengan pencinta sepi sekaligus ramai dan menikmati percakapan atau perdebatan dengan elaborasi yang detail sekali (termasuk dengan berbagai elemen imajinasi).
Pembeda lainnya? Inovator tulen percaya pentingnya keragaman jalan menuju Roma, dan menghayati semua tikungan tajam serta tanjakannya. Dunia yang makin kompleks tidak membutuhkan jawaban tunggal sebagai solusi, visi yang kuat dan jauh ke depan menghasilkan aksi yang mudah dipahami dan diadaptasi tetapi tak pernah sekadar simplifikasi apalagi imitasi.
ADVERTISEMENT
Inovasi selalu rentan disalahpahami, selalu membutuhkan konsistensi. Karenanya, keterampilan mengekspresikan diri, dan kemampuan untuk mempraktikan persistensi adalah bagian dari pendidikan dan pengasuhan yang sangat terkait dengan kompetensi ini.
Inovasi bisa (bahkan harus) dikultivasi pada setiap kita, dan tak hanya eksklusif dimiliki orang dewasa atau anak dengan bakat dan bibit tertentu. Kesempatan berkreasi jauh lebih berharga dalam pendidikan dibanding mengkonsumsi. Penekanannya adalah pada kolaborasi dan karya sebagai pengalaman bermakna, bukan yang sekadar memenuhi tuntutan tugas sederhana. Sepanjang tahapannya, inovasi juga akan dikuatkan dengan paparan pada kemahiran tingkat tinggi di berbagai bidang multidisiplin yang memperkaya perspektif diri. Membaca sastra dan menikmati seni, atau perjalanan ke luar negeri misalnya, terbukti meningkatkan kuantitas dan kualitas inovasi baik pada penelitian di anak usia dini maupun di pemimpin korporasi. Menjadi spesialis sejak dini, tanpa terekspos pada kerangka ilmu yang berbeda bukan pilihan yang tepat untuk memastikan keluasan wawasan dan keberanian menggerakkan perubahan di pemuda kita.
ADVERTISEMENT
Di dunia pendidikan, yang punya konvensi yang sudah dipraktikkan berabad-abad, mempertentangkan “tradisi” dan inovasi adalah fakta yang sayangnya masih kita hadapi. Seharusnya, penghormatan pada masa lalu tak perlu dipertentangkan dengan hak anak akan masa depan. Inovasi sejatinya justru jadi budaya yang secara alamiah melekat pada pendidik, karena inovasi selalu dimulai dari pengetahuan yang dimiliki. Inovasi juga idealnya bukan hanya tentang tujuan monetisasi atau penguatan ekonomi tetapi mendorong perubahan sosial di masyarakat yang kita ingin capai, dampak yang selaras dengan cita-cita pendidikan yang kita yakini.
Di organisasi, Inovasi adalah proses berkarya dengan mata dan semua indera, otak, tangan dan hati- yang dalam perusahaan sebesar apa pun tak bisa didedelegasi, harus dicontohkan oleh pemimpin tertinggi. Di sisi lain, data menunjukkan bahwa inovasi perlu didesentralisasi, dengan kata lain menjadi DNA organisasi yang ditularkan dan akhirnya digerakkan oleh sebanyak mungkin anggota tim secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemimpin, tuntutan untuk memfasilitasi proses inovasi menjadi kompetensi kunci. Pemimpin menghabiskan waktu untuk menemukan inovasi, bukan dengan cara spesifik mencari ide kreatif saja, tapi membuat asosiasi, mengobservasi pola, melakukan uji coba, membangun jejaring, dan bertanya, bertanya, bertanya.
Dalam pengembangan karier jangka panjang, sebagaimana angin yang terus mengalir, sebagian kita memilih memitigasi dengan membangun tembok sementara sebagian lain membangun kincir. Mudah untuk membedakan, mana individu yang gagal beradaptasi, dan mana yang menjadi ahli dan berkontribusi di profesi. Semoga kita semua bisa terus belajar, berkolaborasi dan berkarya bersama untuk bisa membudayakan inovasi, sekaligus membuktikan bahwa risiko dari “ketidakpastian” selalu lebih kecil dibanding harapan akan keberhasilan atau penyesalan akan aksi yang urung kita inisiasi.
ADVERTISEMENT
Berinovasi bukan sekadar pilihan antara agility atau mati, tetapi sudah menjadi esensi dari integrasi teknologi serta tuntutan sekaligus jawaban dari segala perubahan dunia setelah pandemi.