Konten dari Pengguna

Bagaimana Pengaruh Fatherless terhadap Akademik Mahasiswa?

Najwa Adinda Fakhira
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
22 Desember 2024 11:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najwa Adinda Fakhira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Masa remaja merupakan fase penting dalam kehidupan anak, di mana mereka mulai mencari jati diri. Faktor-faktor seperti keluarga, lingkungan sekolah, teman-teman, serta pengaruh media sosial dapat memengaruhi perilaku dan hasil belajar seorang anak. Keluarga, sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak, memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk keberhasilan akademik, termasuk di bangku perkuliahan. Lantas, bagaimana dampak pencapaian hasil belajar remaja di bangku perkuliahan yang mengalami fenomena fatherless?
ADVERTISEMENT
Apa itu Fatherless?
Fenomena fatherless merujuk pada kondisi di mana seorang anak merasakan ketiadaan ayah, baik secara fisik maupun psikologis. Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti meninggalnya ayah, perceraian, kepergian ayah untuk berperang, atau hilangnya peran ayah dalam keluarga. Dalam beberapa kasus, meskipun ayah hadir secara fisik, ketiadaan kedekatan emosional yang disebabkan oleh budaya patriarki juga dapat menyebabkan anak merasa kehilangan figur ayah.
Salah satu penyebab utama fenomena fatherless adalah perceraian. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, jumlah perceraian mencapai 493.002 kasus. Angka ini menurun pada tahun 2020 menjadi 291.677 kasus, namun kembali meningkat pada tahun 2021, dengan jumlah perceraian tercatat sebanyak 447.743 kasus. Peningkatan angka perceraian ini mengakibatkan semakin banyak anak yang kehilangan figur ayah dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Dampak Fatherless Pada Hasil Belajar Mahasiswa
Kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga sering kali ditandai dengan hilangnya peran orang tua, terutama ayah. Hilangnya peran ini berdampak pada aspek psikologis (nonkognitif) maupun akademik (kognitif) anak. Sebagai unit sosial terkecil, keluarga memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian akademik anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Firda, Nurhalza, Widya, dan Fathimah dalam jurnal "Dampak Ketiadaan Peran Ayah (Fatherless) terhadap Pencapaian Akademik Remaja" menunjukkan bahwa prestasi akademik remaja yang tidak memiliki figur ayah cenderung kurang memuaskan. Hal ini tercermin dari rendahnya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), kegagalan dalam menyelesaikan mata kuliah, hingga keterbatasan kehadiran di kampus.
Faktor Lain yang Memengaruhi Pencapaian Belajar Mahasiswa
Namun demikian, fenomena fatherless tidak dapat dianggap menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi kegagalan seorang mahasiswa pada pencapaian hasil belajar. Berdasarkan penelitian "faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar siswa" oleh Yopi Nisa dan Moh. Joharudin, Peneliti mengemukakan bahwa selain keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat juga merupakan faktor eksternal yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan dan masyarakat merupakan sumber belajar yang sangat lengkap dan sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena di masyarakat terdapat berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang berarti bagi mahasiswa, yang tidak didapatkan dari keluarga. Selain itu, kehidupan bermasyarakat juga memungkinkan mahasiswa belajar berorganisasi, bergaul, serta menambah pengalaman hidup yang dapat menunjang keberhasilan akademi mereka.
ADVERTISEMENT
Faktor lain di era digitalisasi ini adalah media sosial, media sosial juga turut memengaruhi hasil belajar mahasiswa. Penggunaan media sosial yang baik dapat memberikan manfaat positif, seperti variasi dalam pembelajaran daring yang membuat proses belajar lebih menarik dan meningkatkan semangat belajar. Sebaliknya, penyalahgunaan media sosial dapat menjerumuskan remaja ke dalam hal-hal negatif yang berdampak buruk pada pencapaian akademik mereka di bangku perkuliahan.
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan, meskipun keluarga bukan satu-satunya faktor eksternal utama yang menjadi pengaruh mahasiswa dalam mencapai hasil pembelajaran peran dan kehadiran keluarga -terutama ayah-sangat penting dalam kehidupan anak, terutama selama masa perkuliahan. Karena di masa ini, banyak mahasiswa yang sedang berada di fase remaja, fase penting dalam pembentukan jati diri dan kepribadian anak. Dalam fase ini, keterlibatan orang tua untuk memberikan arahan, nilai-nilai, dan norma yang positif sangatlah diperlukan. Anak yang tidak merasakan kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah cenderung mengalami gangguan emosional, yang pada akhirnya juga berdampak pada keberhasilan akademiknya. Dukungan emosional dan perhatian ayah dapat membantu anak mengatasi berbagai kendala dalam kehidupan akademik mereka.
ADVERTISEMENT