Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dari Otak ke Perasaan: Memahami Proses Emosi dan Afek dalam Pengolahan Otak
4 Desember 2024 14:04 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Najwa Salsabila Achmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Emosi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Setiap hari, kita merasakan berbagai macam perasaan, mulai dari kebahagiaan, kesedihan, hingga kemarahan. Namun, meski emosi sering kita alami, proses di balik munculnya perasaan tersebut masih menjadi misteri bagi banyak orang. Apa yang terjadi di dalam otak ketika kita merasakan emosi? Mengapa kita bisa merasa senang atau marah? Apa peran otak dalam mengatur perasaan ini? Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep emosi dan afek, serta bagaimana otak kita dalam memprosesnya.
Apa Itu Emosi dan Afek?
ADVERTISEMENT
Meskipun kita sering mendengar kata emosi, tidak semua orang tahu apa bedanya dengan afek. Pada dasarnya, emosi adalah respons fisik dan psikologis yang muncul sebagai reaksi terhadap suatu kejadian atau stimulus. Misalnya, saat kita mendengar kabar baik, kita merasa senang. Atau ketika kita melihat sesuatu yang mengancam, kita merasa takut. Emosi ini biasanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat dan sangat intens, bergantung pada situasi yang terjadi.
Di sisi lain, afek lebih merujuk pada perasaan yang lebih umum dan sering kali bertahan lebih lama. Afek bisa berupa suasana hati yang lebih stabil, seperti merasa "bahagia" sepanjang hari atau "sedih" selama beberapa waktu. Afek tidak selalu dipicu oleh kejadian tertentu dan lebih menggambarkan perasaan yang kurang spesifik dibandingkan dengan emosi.
ADVERTISEMENT
Peran Otak dalam Memproses Emosi dan Afek
Ternyata, proses di balik emosi dan afek ini melibatkan beberapa bagian otak yang saling bekerja sama. Otak kita sangat canggih dalam merespons rangsangan emosional, dan ada beberapa area atau yang biasa disebut Region of Interest (ROI) yang berperan penting dalam pengolahan emosi. Berikut adalah beberapa wilayah otak yang terlibat:
1. Amigdala
Amigdala bisa dibilang sebagai "pusat kontrol" emosi dalam otak kita. Bagian otak ini berperan besar dalam mengenali ancaman dan meresponsnya, seperti ketika kita merasa takut atau cemas. Amigdala mengirimkan sinyal untuk mempersiapkan tubuh kita menghadapi situasi yang dianggap berbahaya, misalnya dengan meningkatkan detak jantung atau tekanan darah. Amigdala juga mengingatkan kita pada pengalaman emosional masa lalu, sehingga kita dapat merespons situasi serupa dengan cara yang lebih cepat.
ADVERTISEMENT
2. Prefrontal Cortex (PFC)
Jika amigdala adalah pusat deteksi ancaman, prefrontal cortex (PFC) adalah pusat kontrol yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan pengaturan emosi. PFC memungkinkan kita untuk berpikir rasional dan mengatur bagaimana kita merespons suatu situasi. Misalnya, saat kita merasa marah, PFC membantu kita untuk meredam emosi tersebut dan memilih untuk tidak bertindak impulsif. Inilah mengapa orang yang memiliki PFC yang lebih aktif cenderung lebih mampu mengelola emosinya dengan baik.
3. Insula
Bagian otak ini memiliki peran dalam merasakan perasaan tubuh kita—dari rasa sakit fisik hingga sensasi emosional yang kita rasakan di dalam tubuh, seperti ketegangan atau kegelisahan. Insula membantu kita untuk lebih sadar akan kondisi tubuh kita, sehingga kita dapat merasakan perasaan yang lebih mendalam, seperti jijik atau cemas. Ketika kita merasa tidak nyaman atau terancam, insula bekerja sama dengan amigdala untuk mengarahkan perhatian kita pada perasaan tersebut.
ADVERTISEMENT
4. Cingulate Cortex
Cingulate cortex berperan dalam menghubungkan perasaan emosional dengan keputusan atau tindakan yang akan kita ambil. Bagian otak ini juga terlibat dalam mengatur perasaan yang muncul saat kita menghadapi situasi sosial atau moral. Misalnya, ketika kita merasa bersalah atau menyesal, cingulate cortex membantu kita untuk menilai tindakan kita dan memutuskan bagaimana kita akan menghadapinya.
Penelitian Terkini tentang Emosi dan Afek
Studi terbaru menunjukkan betapa pentingnya interaksi antara berbagai bagian otak ini dalam mengatur emosi kita. Penelitian yang dilakukan oleh Ochsner dan timnya pada tahun 2004 menunjukkan bahwa ketika seseorang mencoba untuk mengendalikan emosi mereka, seperti dengan berpikir lebih rasional atau menggunakan strategi pengaturan emosi, prefrontal cortex akan lebih aktif dan menurunkan aktivitas di amigdala. Ini membuktikan bahwa kita bisa mempengaruhi respons emosional kita dengan berpikir lebih rasional atau mengubah cara kita melihat suatu peristiwa.
ADVERTISEMENT
Penelitian lain oleh Pessoa (2008) lebih lanjut menggali hubungan antara emosi dan kognisi. Dalam studinya, Pessoa menemukan bahwa amigdala sangat sensitif terhadap ancaman, dan ini memicu respons emosional yang sangat kuat. Namun, otak kita tidak hanya bereaksi begitu saja. Melalui proses berpikir dan pengaturan dari prefrontal cortex, kita bisa mengubah atau meredam respons tersebut, tergantung pada situasi yang kita hadapi.
Selain itu, penelitian oleh Kober et al. (2008) menunjukkan bahwa insula juga berperan dalam merasakan dan memproses emosi yang berhubungan dengan tubuh, seperti rasa cemas atau perasaan tertekan. Insula tidak hanya memfasilitasi kesadaran tubuh kita, tetapi juga membantu kita memahami bagaimana perasaan kita dapat mempengaruhi tubuh fisik kita, seperti peningkatan detak jantung saat kita cemas.
ADVERTISEMENT
Jadi, emosi dan afek adalah bagian integral dari pengalaman manusia, dan otak kita memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur dan memproses perasaan ini. Beberapa area otak, seperti amigdala, prefrontal cortex, insula, dan cingulate cortex, bekerja bersama-sama untuk mendeteksi, merasakan, dan mengatur respon emosional kita. Penelitian kontemporer semakin memperjelas bagaimana kita bisa mempengaruhi emosi kita dengan cara berpikir dan bertindak, serta bagaimana pemahaman ini dapat membantu kita menghadapi gangguan emosional, seperti kecemasan, depresi, atau trauma.
Dengan terus mempelajari proses-proses ini, kita dapat lebih memahami diri kita sendiri, cara kita merespons dunia sekitar, dan bagaimana kita dapat mengelola emosi dengan lebih baik. Penelitian lebih lanjut di bidang neurosains akan semakin membuka jalan bagi pengobatan yang lebih efektif dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan emosi dan afek.
ADVERTISEMENT
________________________________________
Referensi:
1. Ochsner, K. N., et al. (2004). "Regulating emotions: The brain science of emotion regulation." Current Directions in Psychological Science, 13(2), 98-103.
2. Pessoa, L. (2008). "On the relationship between emotion and cognition." Nature Reviews Neuroscience, 9(2), 148-158.
3. Kober, H., et al. (2008). "Neural systems for emotion regulation: From cognitive control to affective processing." Journal of Cognitive Neuroscience, 20(11), 1959-1973.