Konten dari Pengguna

Candi Sukuh dan Kemajuan Dunia Kedokteran di Akhir Keruntuhan Majapahit

Nanang Diyanto DS
Seorang Perawat Kesehatan di RSUD Harjono Ponorogo, Pendidikan S-1 Keperawatan Hoby travelling Hoby potograpy Hoby menulis Pernah mendapatakan penghargaan The best nitizen jurnalisme 2016
13 Juli 2022 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanang Diyanto DS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Relief "Uterus", lengkap bayi laki-perempuan plasenta, tali pusat, dan pertolongan persalinan di Candi Sukuh. Foto Nanang Diyanto
zoom-in-whitePerbesar
Relief "Uterus", lengkap bayi laki-perempuan plasenta, tali pusat, dan pertolongan persalinan di Candi Sukuh. Foto Nanang Diyanto
ADVERTISEMENT
Uterus, kebanyakan orang dunia kesehatan sepakat menyebut organ reproduksi wanita itu saat melihat salah satut relief di candi sukuh. Uterus atau Rahim, didalamnya tergambar pasangan laki perempuan, tentang kehidupan meski bukan berupa janin dalam ruangan mirip balon tersebut. Sedangkan di leher balon ada tubuh kecil-kecil manusia, dan pas diujung (mirip ujung rahim atau portio) orang menarik kaki bayi mirip memberikan pertolongan persalinan. Diluar luar sekitarnya nampak berpakai relief tubuh-tubuh kecil mirip perkembangan manusia mulai dari janin, remaja, dewasa, bahkan sampai tua.
ADVERTISEMENT
Candi Sukuh adalah cadi yang berada Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Diyakini dibangun menjelang keruntuhan Kerajaan Majapahit. Candi Sukuh ini diperkirakan dibangun saat pemerintahan Ratu Suhita, tepatnya tahun 1359 Saka atau 1437 Masehi.
Relief Vulgar di Candi Sukuh menyimpan tanda tanya besar yang musti tersibak maknanya. Foto Nanang Diyanto
Lingga Yoni, vulgar di gapura depan yang dipagari. Foto Nanang Diyanto
Banyak misteri yang belum tersibak secara akademis, mengapa candi ini mirip bangunan-bangunan suku Maya di Meksiko. Candi ini juga sering disebuat candi Kamasutera karena dari patung dan reliefnya banyak menggambarkan hubungan biologis pasutri yang vulgar. Nampak pula lingga yoni di sisi barat dalam gerbang utama yang dipagari, dan ini juga sangat vulgar bertemunya dua kelamin laki dan perempuan.
Mistono bersama istrinya datang jauh-jauh dari Pasuruhan di candi Sukuh berharap segera dikarunia momongan, karena hmpir 10 tahun hidup berumah tangga belum juga mendapatkan momongan. Dia dikabari saudara sepupunya kalau dulu saudaranya ini juga lama gak mendapatkan momongan dan berdoa dan munajat di candi ini akhirnya Allah mengabulkan permintaanya dikaruniai momongan. Hal ini sudah jamak, menjadi rahasia umum didaerahnya kalau lama bemum dikarunia keturunan beriktiar di tempat ini.
ADVERTISEMENT
Meski jauh dia tetep berusaha dengan caranya, meski sebenarnya di daerah candi tersebut ada ritual kesuburan tentang hajat seperti hajatnya.
Dia datang dari Pasuruhan bawa mobil via tol keluar exit tol Karanganyar. Ambil jalan jurusan Tawangmangu dan mencari arah ke Candi Sukuh terletak di kelurahan Berjo, desa Sukuh, Kecamatan Ngayoyoso, Kabupaten Karanganyar. Kurang lebih Sekitar 30-an kilometer dari Kota Solo.
Berundak mirip peninggalan suku Maya di Meksiko. Foto Nanag Diyanto
View Candi Sukuh dari sisi puncak. Foto Nanang Diyanto
Sudah sebegitu majunyakah dunia kesehatan leluhur kita pada masa itu? Sampai detailnya memahat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia dan organ kesuburan wanita. Sudah begitu majunyakah dunia kedokteran saat itu? Tatalaksana persalinan sudah begitu aktual sehingga menjadi tema sebuah candi pemujaan.
Meski susunan relief bukan urutan aslinya namun nampak sekali peradaban saat itu, terutama dunia kesehatan sub kandungan dan kebidanan sudah dipelajari dan terdokumentasi.
Mirip Garuda Pancasila, Rajawali yeng mencengkeram ular. Foto Nanang Diyanto
Semoga para peneliti baik dari arkeolog maupun pakar obstetri dan gynekologi (kandungan dan kebidanan) bisa mengungkapkan rahasia di balik itu semua.
ADVERTISEMENT
Candi ini juga menyimpan patung-patung serta relief mirip Garuda Pancasila, burung rajawali yang kakinya mencengkeram ular mirip pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika di kaki burung Garuda. meski patung dan relief tersebut masih berserakan belum pada tempatnya.